A brief history of alcohol - Rod Phillips

Translator: Natasha Annisa Reviewer: Bias A R Sukma

This chimpanzee stumbles across a windfall of overripe plums.

Simpanse ini menemukan rezeki nomplok dari buah prem (plum) yang terlalu matang.

Many of them have split open,

Beberapa buahnya telah terbelah,

drawing him to their intoxicating fruity odor.

menarik si simpanse ke aroma buah yang memabukkan.

He gorges himself

Dia memakannya dengan rakus

and begins to experience some… strange effects.

dan mulai mengalami beberapa ... efek aneh.

This unwitting ape has stumbled on a process

Kera ini, tanpa disadari telah menemukan suatu proses

that humans will eventually harness

yang akan dimanfaatkan manusia

to create beer, wine, and other alcoholic drinks.

untuk membuat bir, anggur, dan minuman beralkohol lainnya.

The sugars in overripe fruit attract microscopic organisms

Gula pada buah yang terlalu matang menarik organisme mikroskopis

known as yeasts.

yang diketahui sebagai ragi.

As the yeasts feed on the fruit sugars they produce a compound called ethanol—

Saat ragi memakan gula buah,

mereka menghasilkan senyawa yang disebut etanol—

the type of alcohol in alcoholic beverages.

jenis alkohol dalam minuman beralkohol.

This process is called fermentation.

Proses ini disebut fermentasi.

Nobody knows exactly when

Tidak ada yang tahu kapan tepatnya

humans began to create fermented beverages.

manusia mulai membuat minuman berfermentasi.

The earliest known evidence comes from 7,000 BCE in China,

Bukti paling awal yang diketahui berasal dari 7.000 SM di Tiongkok,

where residue in clay pots

di mana residu dalam pot tanah liat

has revealed that people were making an alcoholic beverage

mengungkapkan bahwa manusia membuat minuman beralkohol

from fermented rice, millet, grapes, and honey.

dari fermentasi beras, milet, anggur, dan madu.

Within a few thousand years,

Dalam beberapa ribu tahun,

cultures all over the world were fermenting their own drinks.

budaya dari seluruh dunia telah memfermentasi minuman mereka sendiri.

Ancient Mesopotamians and Egyptians made beer throughout the year

Bangsa Mesopotamia kuno dan Mesir membuat bir sepanjang tahun

from stored cereal grains.

dari biji-bijian sereal yang disimpan.

This beer was available to all social classes,

Bir ini tersedia untuk semua kelas sosial,

and workers even received it in their daily rations.

dan para pekerja bahkan menerimanya dalam ransum harian mereka.

They also made wine,

Mereka juga membuat wine,

but because the climate wasn’t ideal for growing grapes,

tetapi karena iklimnya tidak ideal untuk menanam anggur,

it was a rare and expensive delicacy.

minuman ini menjadi langka dan mahal.

By contrast, in Greece and Rome, where grapes grew more easily,

Sebaliknya, di Yunani dan Roma, di mana anggur tumbuh lebih mudah,

wine was as readily available as beer was in Egypt and Mesopotamia.

wine sudah menjadi umum layaknya bir di Mesir dan Mesopotamia.

Because yeasts will ferment basically any plant sugars,

Karena ragi pada dasarnya akan memfermentasi gula tanaman,

ancient peoples made alcohol

orang zaman dulu membuat alkohol

from whatever crops and plants grew where they lived.

dari apa pun tanaman yang tumbuh di tempat mereka tinggal.

In South America, people made chicha from grains,

Di Amerika Selatan, orang membuat chicha dari biji-bijian,

sometimes adding hallucinogenic herbs.

terkadang dengan menambahkan herbal halusinogen.

In what’s now Mexico, pulque, made from cactus sap,

Sekarang ini di Meksiko, pulque, terbuat dari getah kaktus,

was the drink of choice,

menjadi minuman beralkohol pilihan,

while East Africans made banana and palm beer.

sementara orang Afrika Timur membuat bir dari pisang dan palem.

And in the area that’s now Japan, people made sake from rice.

Di area yang kini menjadi Jepang, orang membuat sake dari beras.

Almost every region of the globe had its own fermented drinks.

Hampir setiap wilayah di dunia punya minuman fermentasi sendiri.

As alcohol consumption became part of everyday life,

Ketika konsumsi alkohol menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,

some authorities latched onto effects they perceived as positive—

beberapa pihak mengaitkannya dengan efek yang mereka anggap positif—

Greek physicians considered wine to be good for health,

Dokter di Yunani menganggap wine baik untuk kesehatan,

and poets testified to its creative qualities.

dan penyair menyebutkan bahwa alkohol meningkatkan kreativitas.

Others were more concerned about alcohol’s potential for abuse.

Yang lain lebih khawatir tentang potensi penyalahgunaan alkohol.

Greek philosophers promoted temperance.

Para filsuf Yunani menyarankan untuk tidak meminumnya.

Early Jewish and Christian writers in Europe integrated wine into rituals

Penulis Yahudi dan Kristen awal di Eropa mengintegrasikan anggur ke dalam ritual

but considered excessive intoxication a sin.

namun minum berlebihan juga dianggap sebagai dosa.

And in the middle east, Africa, and Spain,

Dan di Timur Tengah, Afrika, dan Spanyol,

an Islamic rule against praying while drunk

aturan Islam yang melarang ibadah ketika mabuk

gradually solidified into a general ban on alcohol.

berangsur-angsur menjadi larangan umum terhadap alkohol.

Ancient fermented beverages had relatively low alcohol content.

Minuman fermentasi kuno memiliki kandungan alkohol yang relatif rendah.

At about 13% alcohol,

Pada sekitar 13% alkohol,

the by-products wild yeasts generate during fermentation

produk sampingan dari proses fermentasi yang menggunakan ragi liar

become toxic and kill them.

menjadi racun dan membunuhkan.

When the yeasts die,

Ketika ragi mati,

fermentation stops and the alcohol content levels off.

fermentasi akan berhenti

dan kandungan alkohol menghilang

So for thousands of years, alcohol content was limited.

Jadi selama ribuan tahun, tingkat alkohol hanya terbatas.

That changed with the invention of a process

Hal ini berubah dengan penemuan suatu proses

called distillation.

bernama distilasi.

9th century Arabic writings describe boiling fermented liquids

Tulisan Arab abad ke-9 menggambarkan cairan fermentasi yang sedang mendidih

to vaporize the alcohol in them.

digunakan untuk menguapkan kandungan alkohol di dalamnya.

Alcohol boils at a lower temperature than water,

Alkohol mendidih pada suhu yang lebih rendah daripada air,

so it vaporizes first.

sehingga ia menguap lebih dahulu.

Capture this vapor, cool it down, and what’s left is liquid alcohol

Uap ini dinginkan, sehingga yang tersisa adalah alkohol cair

much more concentrated than any fermented beverage.

yang memiliki konsentrasi lebih tinggi daripada minuman fermentasi apa pun.

At first, these stronger spirits were used for medicinal purposes.

Pada awalnya, alkohol kuat ini digunakan untuk tujuan pengobatan.

Then, spirits became an important trade commodity

Kemudian, alkohol menjadi komoditas perdagangan yang penting

because, unlike beer and wine, they didn’t spoil.

karena, tidak seperti bir dan wine, mereka tidak busuk.

Rum made from sugar

Rum terbuat dari gula

harvested in European colonies in the Caribbean

yang dipanen di koloni Eropa di Karibia

became a staple for sailors

menjadi makanan pokok bagi para pelaut

and was traded to North America.

dan diperdagangkan ke Amerika Utara.

Europeans brought brandy and gin to Africa

Orang Eropa membawa brendi dan gin ke Afrika

and traded it for enslaved people, land,

dan memperdagangkannya untuk budak, tanah,

and goods like palm oil and rubber.

dan komoditas semacam minyak kelapa sawit dan karet.

Spirits became a form of money in these regions.

Alkohol menjadi alat tukar di daerah-daerah ini.

During the Age of Exploration,

Selama Zaman Eksplorasi,

spirits played a crucial role in long distance sea voyages.

alkohol memainkan peran penting dalam pelayaran laut jarak jauh.

Sailing from Europe to east Asia and the Americas could take months,

Berlayar dari Eropa ke Asia Timur dan Amerika bisa memakan waktu berbulan-bulan,

and keeping water fresh for the crews was a challenge.

dan menjaga air minum tetap segar untuk para kru adalah tantangan.

Adding a bucket of brandy to a water barrel kept water fresh longer

Menambahkan seember brendi ke tong air menjaga air segar lebih lama

because alcohol is a preservative that kills harmful microbes.

karena alkohol adalah pengawet yang membunuh mikroba berbahaya.

So by the 1600s,

Jadi sejak 1600-an,

alcohol had gone from simply giving animals a buzz

alkohol telah berubah dari sekadar memberikan sensasi memabukkan pada hewan

to fueling global trade and exploration— along with all their consequences.

menjadi pemicu perdagangan dan eksplorasi global, beserta konsekuensinya.

As time went on,

Seiring berjalannya waktu,

its role in human society would only get more complicated.

peran alkohol dalam kehidupan manusia akan menjadi lebih rumit.