The philosophy of Stoicism - Massimo Pigliucci

Translator: Nicholas Peter Reviewer: Ade Indarta

You've been stranded thousands of miles from home

Bayangkan Anda terdampar ribuan mil dari negeri sendiri

tanpa uang atau kepunyaan.

with no money or possessions.

Banyak orang akan putus asa dan mengutuk nasib buruknya karena itu.

Such a predicament would make many people despair and curse their awful fate.

But for Zeno of Cyprus, it became the foundation of his life's work and legacy.

Tetapi bagi Zenon asal Siprus, hal itu menjadi dasar karya hidup dan warisannya.

The once wealthy merchant lost everything when he was shipwrecked in Athens

Pedagang yang dahulu kaya kehilangan semuanya ketika terdampar di Atena

around 300 BCE.

sekitar 300 SM.

With not much else to do, he wandered into a book shop,

Kini menganggur, ia mengeluyur ke toko buku,

became intrigued by reading about Socrates,

menjadi tertarik ketika membaca tentang Sokrates,

and proceeded to seek out and study with the city's noted philosophers.

kemudian mencari dan belajar dengan para filsuf terkenal di kota itu.

As Zeno began educating his own students,

Saat Zenon mulai mengajari murid-muridnya sendiri,

he originated the philosophy known as Stoicism,

ia melahirkan filsafat yang dikenal sebagai Stoa,

whose teachings of virtue, tolerance, and self-control

yang ajaran kebajikan, toleransi, dan penguasaan dirinya

have inspired generations of thinkers and leaders.

telah menginspirasi pemikir dan pemimpin dari banyak generasi.

The name Stoicism comes from the Stoa Poikile,

Istilah Stoa berasal dari Stoa Poikile,

the decorated public colonnade

yaitu barisan tiang publik yang terhias,

where Zeno and his disciples gathered for discussion.

tempat Zenon dan murid-muridnya berkumpul untuk berdiskusi.

Today, we colloquially use the word stoic

Dewasa ini, kata “stoic” dalam bahasa Inggris sehari-hari

to mean someone who remains calm under pressure

berarti seseorang yang tetap tenang meski mengalami tekanan

dan menghindari emosi yang keterlaluan.

and avoids emotional extremes.

Walau definisi tersebut mencakup aspek penting dari Stoa,

But while this captures important aspects of Stoicism,

the original philosophy was more than just an attitude.

filsafat aslinya tidak hanya meliputi sikap saja.

Kaum Stoa yakin bahwa semua di sekitar kita

The Stoics believed that everything around us

operates according to a web of cause and effect,

berjalan sesuai dengan jejaring sebab dan akibat,

resulting in a rational structure of the universe,

yang menghasilkan struktur rasional untuk alam semesta ini,

which they called logos.

yang dinamainya “logos”.

And while we may not always have control over the events affecting us,

Meskipun kita tidak selalu bisa mengontrol hal-hal yang terjadi pada kita,

we can have control over how we approach things.

kita masih bisa mengatur cara kita menghadapinya.

Rather than imagining an ideal society,

Alih-alih membayangkan sebuah masyarakat ideal,

the Stoic tries to deal with the world as it is

kaum Stoa menghadapi dunia apa adanya

while pursuing self-improvement through four cardinal virtues:

sambil melakukan perbaikan diri menurut empat kebajikan pokok:

practical wisdom,

kebijaksanaan praktis,

the ability to navigate complex situations in a logical, informed, and calm manner;

kemampuan menangani situasi yang kompleks dengan logika, pengetahuan dan ketenangan;

temperance,

penguasaan diri,

the exercise of self-restraint and moderation in all aspects of life;

melatih pengekangan diri dan moderasi dalam semua aspek kehidupan;

justice,

keadilan,

treating others with fairness even when they have done wrong;

memperlakukan orang lain dengan wajar bahkan jika mereka telah berbuat salah;

and courage,

dan keberanian,

not just in extraordinary circumstances,

bukan hanya dalam keadaan luar biasa saja,

but facing daily challenges with clarity and integrity.

tetapi menghadapi tantangan sehari-hari dengan kejelasan dan integritas.

As Seneca, one of the most famous Roman Stoics wrote,

Seneka, salah satu tokoh Stoa Romawi ternama pernah menulis,

"Sometimes, even to live is an act of courage."

“Terkadang, hidup itu sendiri adalah perbuatan keberanian.”

But while Stoicism focuses on personal improvement,

Walaupun Stoa berfokus pada perbaikan pribadi,

it's not a self-centered philosophy.

ia bukan filsafat yang egosentris.

At a time when Roman laws considered slaves as property,

Pada zaman hukum Romawi yang masih menganggap budak sebagai properti,

Seneca called for their humane treatment

Seneka menyerukan agar mereka diperlakukan secara insani

and stressed that we all share the same fundamental humanity.

dan menegaskan bahwa kita sama-sama manusia pada dasarnya.

Nor does Stoicism encourage passivity.

Stoa juga tidak mendorong sikap pasif.

The idea is that only people who have cultivated

Jadi, prinsipnya adalah hanya orang yang telah mengembangkan

virtue and self-control in themselves can bring positive change in others.

kebajikan dan penguasaan dirinya mampu mengubah orang lain secara positif.

Salah satu penulis Stoa terkenal juga merupakan salah satu kaisar Roma terhebat.

One of the most famous Stoic writers was also one of Rome's greatest emperors.

Over the course of his 19-year reign,

Sepanjang kekuasaannya yang berlangsung selama 19 tahun,

Stoicism gave Marcus Aurelius the resolve to lead the Empire through two major wars,

Stoa menabahkan Markus Aurelius memimpin Kekaisaran dalam dua perang besar,

while dealing with the loss of many of his children.

sementara bergumul dengan kehilangan banyak anaknya.

Centuries later, Marcus's journals would guide and comfort Nelson Mandela

Berabad-abad kemudian, jurnalnya Markus membimbing dan menghibur Nelson Mandela

through his 27-year imprisonment

sepanjang 27 tahun ia dipenjarakan,

during his struggle for racial equality in South Africa.

pada waktu ia berjuang untuk kesetaraan ras di Afrika Selatan.

After his release and eventual victory, Mandela stressed peace and reconciliation,

Setelah dibebaskan dan akhirnya menang, ia menekankan perdamaian dan rekonsiliasi,

believing that while the injustices of the past couldn't be changed,

Ia percaya bahwa ketidakadilan pada masa lalu tidak dapat diubah,

his people could confront them in the present

tetapi rakyatnya bisa menghadapi mereka pada masa kini,

dan berusaha untuk membangun masa depan yang lebih baik dan adil.

and seek to build a better, more just future.

Stoicism was an active school of philosophy for several centuries

Stoa pernah menjadi sekolah filsafat yang aktif selama beberapa abad

in Greece and Rome.

di Yunani dan Roma.

As a formal institution, it faded away,

Sebagai lembaga formal, ia lenyap,

but its influence has continued to this day.

tetapi pengaruhnya nyata hingga kini.

Christian theologians, such as Thomas Aquinas,

Ahli teologi Kristen, seperti Tomas dari Aquino,

have admired and adopted its focus on the virtues,

telah mengagumi dan mengadopsi kebajikan sebagai fokusnya,

and there are parallels between Stoic Ataraxia, or tranquility of mind,

dan ada kemiripan antara “ataraksia Stoa”, atau ketenangan pikiran,

and the Buddhist concept of Nirvana.

dan konsep Buddhisme “nirwana”.

One particularly influential Stoic was the philosopher Epictetus

Salah satu tokoh Stoa yang sangat berpengaruh adalah filsuf Epiktetos

who wrote that suffering stems

yang menulis bahwa penderitaan berasal

not from the events in our lives, but from our judgements about them.

bukan dari kejadian dalam hidup kita, melainkan dari anggapan kita akan hal itu.

This has resonated strongly with modern psychology

Hal ini sangat selaras dengan psikologi modern

and the self-help movement.

dan gerakan pengembangan diri.

For example, rational emotive behavioral therapy

Misalnya, terapi perilaku rasional-emotif (REBT)

focuses on changing the self-defeating attitudes

berfokus pada perubahan sikap menggagalkan diri

people form about their life circumstances.

yang dilakukan orang akibat keadaan hidup mereka.

There's also Viktor Frankl's logotherapy.

Ada pula logoterapi yang dirintis oleh Viktor Frankl.

Bersumber pada pengalaman Frankl sendiri sebagai tahanan di kamp konsentrasi,

Informed by Frankl's own time as a concentration camp prisoner,

logotherapy is based on the Stoic principle

logoterapi dikembangkan berdasarkan prinsip Stoa,

that we can harness our will power to fill our lives with meaning,

yaitu kita bisa memanfaatkan kehendak kita untuk memaknai kehidupan kita,

even in the bleakest situations.

meski dalam keadaan yang sangat sulit.