The Egyptian myth of the death of Osiris - Alex Gendler

Translator: Reno Kanti Riananda Reviewer: Rahayu Nur Hidayah

It was a feast like Egypt had never seen before.

Itu bagaikan pesta yang belum pernah dilihat Mesir sebelumnya.

The warrior god Set and his wife, the goddess Nephtys,

Dewa Perang, Set, dan istrinya, Dewi Nephtys,

decorated an extravagant hall for the occasion,

menghias aula yang mewah untuk kesempatan tersebut,

with a beautiful wooden chest as the centerpiece.

dengan peti kayu yang indah sebagai pusat perhatian.

They invited all the most important gods, dozens of lesser deities,

Mereka mengundang semua dewa terpenting, lusinan dewa di bawahnya,

and foreign monarchs.

dan raja-raja asing.

But no one caused as big a stir as Set and Nephtys’s older brother Osiris,

Namun tak ada yang menimbulkan kehebohan sebesar kakak Set dan Nephtys, Osiris,

the god who ruled all of Egypt and had brought prosperity to everyone.

dewa yang memerintah seluruh Mesir dan telah membawa kemakmuran bagi semua orang.

Set announced a game—

Set mengadakan sebuah permainan—

whoever could fit perfectly in the chest could have it as a gift.

barang siapa muat di dalam peti dengan sempurna, bisa memilikinya sebagai hadiah.

One by one, the guests clambered in, but no one fit.

Satu per satu para tamu masuk ke dalam peti, tetapi tak seorang pun yang muat.

Finally, it was Osiris’s turn.

Akhirnya, giliran Osiris.

As he lay down, everyone could see it was a perfect fit—

Saat ia berbaring, semua orang bisa melihat ukurannya sangat pas—

another win for the god who could do no wrong.

kemenangan lain bagi sang dewa yang tak pernah salah.

Then Set slammed the lid down with Osiris still inside, sealed it shut,

Lalu Set membanting penutupnya walau Osiris masih di dalam, menguncinya,

and tossed it into the Nile.

dan melemparnya ke Sungai Nil.

The chest was a coffin.

Peti itu adalah peti mati.

Set had constructed it specifically to trap his brother

Set telah membuatnya secara khusus untuk menjebak sang kakak

and planned the party to lure him into it.

dan merencanakan pesta itu untuk memancingnya.

Set had long been jealous of his brother’s successful reign,

Set telah lama cemburu akan pemerintahan sukses sang kakak,

and hoped to replace him as the ruler of all Egypt.

dan berharap menggantikannya sebagai penguasa seluruh Mesir.

The Nile bore the coffin out to sea and it drifted for many days

Sungai Nil menghanyutkan peti itu ke laut dan terkatung-katung berhari-hari

before washing ashore near Byblos, where a great cedar grew around it.

sebelum terdampar dekat Byblos, di mana pohon aras besar tumbuh mengelilinginya.

The essence of the god within gave the tree a divine aura,

Intisari dewa di dalamnya memberi pohon itu aura ilahi,

and when the king of Byblos noticed it,

dan saat Raja Byblos melihatnya,

he ordered the tree cut down and brought to his palace.

ia memerintahkan agar pohon itu ditebang dan dibawa ke istananya.

Unbeknownst to him,

Yang tak diketahui sang raja,

the coffin containing Egypt’s most powerful god was still inside.

peti berisi dewa terkuat di Mesir masih ada di dalamnya.

Set’s victory seemed complete, but he hadn’t counted on his sisters.

Kemenangan Set nampak tercapai, tapi ia tak memperhitungkan para saudarinya.

Set’s wife Nephtys was also his sister,

Istri Set, Nephtys, adalah adiknya juga,

while their other sister, the goddess Isis,

sementara saudari mereka yang lain, Dewi Isis,

was married to their brother Osiris.

menikah dengan saudara mereka, Osiris.

Isis was determined to find Osiris,

Isis bertekad untuk menemukan Osiris,

and enlisted Nephtys’s help behind Set’s back.

dan mendapat bantuan Nephtys tanpa sepengetahuan Set.

The two sisters took the shape of falcons and travelled far and wide.

Kedua saudari itu berubah menjadi elang dan bepergian ke mana-mana.

Some children who had seen the coffin float by

Beberapa anak yang pernah melihat peti mati itu terapung

pointed them to the palace of Byblos.

mengarahkan mereka ke istana Byblos.

Isis adopted a new disguise and approached the palace.

Isis mengambil penyamaran baru dan mendatangi istana.

The queen was so charmed by the disguised goddess

Sang ratu sangat terpesona oleh sang dewi yang sedang menyamar,

that she entrusted her with nursing the baby prince.

sehingga ia memercayainya untuk merawat pangeran yang masih bayi.

Isis decided to make the child immortal by bathing him in flame.

Isis memutuskan untuk membuat anak itu abadi dengan memandikannya dalam api.

When the horrified queen came upon this scene,

Saat ratu yang ketakutan menjumpai situasi ini,

Isis revealed herself and demanded the tree.

Isis mengungkapkan siapa dirinya dan meminta pohon itu.

When she cut the coffin from the trunk and opened it,

Saat ia memotong peti mati dari batang pohon dan membukanya,

Osiris was dead inside.

Osiris telah meninggal di dalam.

Weeping, she carried his body back to Egypt and hid it in a swamp,

Menangis, ia membawa tubuh Osiris kembali ke Mesir dan menyembunyikannya di rawa,

while she set off in search of a means of resurrecting him.

sembari mulai mencari cara untuk membangkitkannya.

But while she was gone,

Namun saat Isis pergi,

Set found the body and cut it into many pieces,

Set menemukan tubuh Osiris dan memotongnya menjadi banyak bagian,

scattering them throughout Egypt.

menyebarkannya ke seluruh penjuru Mesir.

Isis had lost Osiris for the second time, but she did not give up.

Isis telah kehilangan Osiris untuk kedua kalinya, tetapi ia tidak menyerah.

She searched all over the land, traveling in a boat of papyrus.

Ia mencari ke seluruh negeri, bepergian menggunakan perahu dari papirus.

One by one, she tracked down the parts

Satu per satu, ia menemukan bagian-bagian

of her husband’s dismembered body in every province of Egypt,

dari tubuh suaminya yang terpotong-potong di setiap provinsi di Mesir,

holding a funeral for each piece.

menguburkannya satu per satu.

At long last, she had recovered every piece but one—

Akhirnya, ia mendapatkan kembali tiap potongan kecuali satu—

his penis, which a fish in the Nile had eaten.

penisnya, yang telah dimakan oleh seekor ikan di sungai Nil.

Working with what she had, Isis reconstructed and revived her husband.

Menggunakan yang ada, Isis merekonstruksi dan menghidupkan kembali suaminya.

But without his penis, Osiris was incomplete.

Namun tanpa penisnya, Osiris tak sempurna.

He could not remain among the living,

Ia tak bisa tinggal di tengah orang hidup,

could not return to his old position as ruler of Egypt.

tak bisa kembali ke posisi lamanya sebagai penguasa Mesir.

Instead, he would have to rule over Duat, the realm of the dead.

Sebagai gantinya, ia harus memerintah Duat, dunia bagi orang yang telah mati.

Before he went, though, he and Isis conceived a son to bear Osiris’s legacy—

Sebelum pergi, bagaimanapun, ia dan Isis mendapatkan seorang putra sebagai pewaris—

and one day, avenge him.

dan suatu saat nanti, akan membalaskan dendamnya.