To transform child welfare, take race out of the equation | Jessica Pryce

Translator: Dinti Fahlianti Reviewer: Yolanda Raintina

I want you to imagine that you are a Child Protective Services worker.

Saya ingin Anda membayangkan diri sebagai pekerja Komisi Perlindungan Anak

And you have to respond to a report of child abuse.

dan harus menangani kasus kekerasan anak.

You walk into a home, unannounced, unexpected, certainly uninvited.

Anda masuk ke rumah, tanpa informasi, tiba-tiba, dan tidak diundang.

The first thing you see is a mattress in the middle of the room, on the floor.

Hal pertama yang Anda lihat adalah kasur di tengah kamar, di lantai.

Three kids lying on it, asleep.

Tiga anak tertidur di lantai.

There's a small table nearby with a couple of ashtrays,

Ada meja kecil di dekatnya dengan beberapa asbak,

empty beer cans.

kaleng bir kosong.

Large rat traps are set in the corner,

Perangkap tikus besar dipasang di sudut ruangan,

not too far from where the kids lie asleep.

di dekat tempat anak-anak tidur.

So you make a note.

Jadi Anda membuat catatan.

A part of your job is walking through the entire home.

Sebagian tugas Anda adalah menyisir seluruh rumah.

So you start with the kitchen, where there's very little food.

Anda mulai dari dapur, di mana hanya ada sedikit makanan.

You notice another mattress in the bedroom, on the floor,

Anda melihat kasur lain di kamar tidur, di lantai,

that the mother shares with her infant child.

yang digunakan sang ibu dengan bayinya.

Now, generally, at this point, two things may happen.

Melihat semua itu, ada 2 kemungkinan yang terjadi:

The children are deemed unsafe and removed from the home,

Anak-anak tak terurus, lalu diambil dari rumah,

and placed in state custody for a specified period of time.

dan dijaga oleh negara sementara waktu

Or the children remain with their family

Atau mereka tetap bersama keluarganya

and the child welfare system provides help and support.

dan mendapat bantuan kesejahteraan.

When I was a Child Protective Services worker,

Saat menjadi pekerja Komisi Perlindungan Anak,

I saw things like this all the time.

saya melihat hal-hal seperti ini sepanjang waktu.

Some far better, some far worse.

Beberapa kondisinya baik, beberapa buruk.

I asked you to imagine yourself in that home,

Bayangkan Anda berada di rumah itu,

because I wonder what crossed your mind.

apa yang terlintas dalam pikiran Anda.

What guides your decisions?

Apa petunjuk keputusan Anda?

What's going to impact your opinion of that family?

Apa yang memengaruhi opini Anda tentang keluarga itu?

What race, ethnicity, did you think the family was?

Apa ras, etnis, keluarga itu?

I want you to realize that if those children were white,

Saya ingin Anda paham jika anak-anak itu berkulit putih,

it is more likely that their family stays together after that visit.

kemungkinan keluarga mereka tetap bersama setelah kunjungan itu.

Research done at the University of Pennsylvania

Riset dari University of Pennsylvania

found that white families, on average, have access to more help and more support

menemukan rata-rata keluarga kulit putih, mendapatkan bantuan dan dukungan

from the child welfare system.

dari sistem kesejahteraan anak.

And their cases are less likely to go through a full investigation.

Dan kasus mereka tidak diselidiki secara utuh.

But on the other hand, if those kids are black,

Di sisi lain, jika anak-anak itu berkulit hitam,

they are four times more likely to be removed,

mereka 4 kali lebih mungkin untuk dikeluarkan,

they spend longer periods of time in foster care,

mereka menghabiskan waktu yang lebih lama di pengasuhan,

and it's harder to find them a stable foster placement.

dan sulit menemukan mereka di panti asuhan yang baik.

Foster care is meant to be an immediate shelter of protection

Pengasuhan dimaksudkan sebagai perlindungan langsung

for kids who are at high risk.

bagi anak yang berisiko tinggi.

But it's also a confusing and traumatic exit from the family.

Tapi itu juga jalan keluar yang kacau dan traumatis dari keluarga.

Research done at the University of Minnesota

Penelitian di University of Minnesota

found that kids who went through foster care

menemukan bahwa anak-anak yang menjalani pengasuhan

had more behavioral problems and internalized issues

memiliki lebih banyak masalah perilaku dan internal

than kids who remain with their families while receiving help and support.

dibanding yang tetap bersama keluarganya saat menerima bantuan dan dukungan.

The scenario I mentioned earlier is not uncommon.

Skenario yang saya sebutkan sebelumnya tidak jarang.

A single mother, living in low-income housing

Seorang ibu tunggal, hidup di perumahan sederhana

with her four children.

dengan keempat anaknya.

And the rats make it almost impossible to keep food,

Dan tikus membuat mereka tidak bisa menyimpan makanan,

let alone fresh food in the home.

apalagi makanan segar di rumah.

Does that mother deserve to have her children taken from her?

Apakah pantas anak-anak itu diambil dari ibunya?

Emma Ketteringham, a family court attorney,

Emma Ketteringham, seorang pengacara keluarga,

says that if you live in a poor neighborhood,

mengatakan bahwa jika Anda tinggal di lingkungan yang miskin,

then you better be a perfect parent.

sebaiknya jadilah orangtua yang sempurna.

She says that we place unfair, often unreachable standards

Dia berkata, kita sering membuat standar yang tidak adil & terjangkau

on parents who are raising their kids with very little money.

pada orang tua miskin yang membesarkan anak-anaknya.

And their neighborhood and ethnicity

Lingkungan dan etnis

impact whether or not their kids are removed.

memengaruhi apakah anak itu diambil atau tidak.

In the two years I spent on the front lines of child welfare,

Selama 2 tahun menangani kesejahteraan anak,

I made high-stakes decisions.

saya membuat keputusan berisiko tinggi.

And I saw firsthand how my personal values impacted my work.

Dan saya melihat bagaimana nilai-nilai pribadi memengaruhi pekerjaan.

Now, as social work faculty at Florida State University,

Sekarang, sebagai pekerja sosial di Florida State University,

I lead an institute

saya memimpin institut

that curates the most innovative and effective child welfare research.

membantu penelitian kesejahteraan anak yang paling inovatif dan efektif.

And research tells us that there are twice as many black kids in foster care,

Riset menyatakan ada 2 kali lebih banyak anak kulit hitam di panti asuhan,

twenty-eight percent,

28%,

than there are in the general population, 14 percent.

dibandingkan populasi keseluruhan, 14%.

And although there are several reasons why,

Dan meskipun ada beberapa alasan mengapa,

I want to discuss one reason today:

saya ingin membahas satu alasan:

implicit bias.

bias implisit.

Let's start with "implicit."

Kita mulai dengan "implisit"

It's subconscious, something you're not aware of.

Di bawah alam sadar, sesuatu yang tidak Anda sadari.

Bias -- those stereotypes and attitudes

Bias - kebiasaan dan sikap

that we all have about certain groups of people.

yang kita miliki tentang kelompok orang tertentu.

So, implicit bias is what lurks in the background

Jadi, bias implisit inilah yang meninjau latar belakang

of every decision that we make.

setiap keputusan yang kita buat.

So how can we fix it?

Bagaimana kita menanganinya?

I have a promising solution that I want to share.

Saya bagikan solusi yang menjanjikan ini.

Now, in almost every state,

Hampir setiap negara bagian,

there are high numbers of black kids going into foster care.

ada banyak anak kulit hitam yang masuk panti asuhan.

But data revealed that Nassau County,

Tetapi data menyatakan bahwa Nassau County,

a community in New York,

sebuah komunitas di New York,

had managed to decrease the number of black kids being removed.

telah berhasil mengurangi jumlah anak kulit hitam yang dipindahkan.

And in 2016, I went into that community with my team

Dan pada tahun 2016, saya masuk ke komunitas itu dengan tim

and led a research study,

dan memimpin studi penelitian

discovering the use of blind removal meetings.

menemukan adanya pembuatan keputusan yang bias.

This is how it works.

Inilah caranya.

A case worker responds to a report of child abuse.

Seorang pekerja menanggapi laporan kekerasan anak.

They go out to the home,

Mereka pergi ke rumah itu,

but before the children are removed,

namun sebelum anak itu diambil,

the case worker must come back to the office

pekerja harus kembali ke kantor

and present what they found.

dan melaporkan apa yang ia temukan.

But here's the distinction:

Tapi bedanya :

When they present to the committee,

Ketika dia mempresentasikan ke komite,

they delete names, ethnicity, neighborhood, race,

mereka menghapus nama, etnis, lingkungan, ras

all identifiable information.

semua informasinya.

They focus on what happened, family strength, relevant history

Mereka fokus pada apa yang terjadi, daya keluarga, latar belakang

and the parents' ability to protect the child.

dan kemampuan orang tua melindungi anak.

With that information, the committee makes a recommendation,

Dengan informasi itu, komite membuat rekomendasi,

never knowing the race of the family.

tanpa mengetahui ras keluarganya.

Blind removals have made a drastic impact in that community.

Penghapusan buta membuat dampak yang drastis di komunitas itu.

In 2011, 57 percent of the kids going into foster care were black.

Pada tahun 2011, 57% anak-anak yang masuk panti asuhan, berkulit hitam.

But after five years of blind removals, that is down to 21 percent.

Namun 5 tahun setelah penghapusan buta, angkanya turun menjadi 21%.

(Applause)

(Tepuk tangan)

Here's what we learned from talking to some of the case workers.

Ini yang kami pelajari saat berbicara dengan beberapa pekerja.

"When a family has a history with the department,

"Ketika sebuah keluarga punya masa lalu dengan departemen,

many of us hold that history against them,

kita yang memberatkan mereka dengan masa lalu itu,

even if they're trying to do things differently."

walaupun mereka telah mencoba untuk berubah."

"When I see a case from a certain apartment building,

"Ketika saya melihat kasus dari gedung apartemen,

neighborhood or zip code,

lingkungan, atau kode pos tertentu,

I just automatically think the worst."

saya langsung berpikir hal yang buruk."

"Child welfare is very subjective, because it's an emotional field.

“Kesejahteraan anak sangat subjektif, karena berhubungan dengan emosional.

There's no one who doesn't have emotions around this work.

Tidak ada orang yang tidak memiliki emosi dalam pekerjaan ini.

And it's very hard to leave all of your stuff at the door

Dan sangat sulit meninggalkan semua barang di depan pintu

when you do this work.

saat melakukan misi ini.

So let's take the subjectivity of race and neighborhood out of it,

Jadi, mari hilangkan subjektivitas ras dan lingkungan

and you might get different outcomes."

dan Anda mungkin mendapatkan hasil yang berbeda. "

Blind removals seem to be bringing us closer

Penghapusan buta tampaknya membawa kita lebih dekat

to solving the problem of implicit bias in foster-care decisions.

untuk memecahkan masalah bias implisit dalam keputusan pengasuhan.

My next step is figuring out

Langkah saya selanjutnya adalah menemukan cara

how to use artificial intelligence and machine learning

menggunakan kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin

to bring this project to scale

untuk meningkatkan skala proyek

and make it more accessible to other states.

dan dapat diakses oleh negara bagian lain.

I know we can transform child welfare.

Kita bisa mengubah kesejahteraan anak.

We can hold organizations accountable

Kami dapat minta pertanggungjawaban organisasi

to developing the social consciousness of their employees.

untuk mengembangkan kesadaran sosial karyawan.

We can hold ourselves accountable

Kita meminta pertanggungjawaban diri

to making sure our decisions are driven by ethics and safety.

untuk memastikan keputusan kita didorong oleh etika dan keselamatan.

Let's imagine a child welfare system that focuses on partnering with parents,

Bayangkan kesejahteraan anak berfokus pada relasi dengan orang tua,

empowering families,

memberdayakan keluarga,

and no longer see poverty as failure.

dan tidak melihat kemiskinan sebagai kegagalan.

Let's work together to build a system

Mari bekerja sama untuk membangun sistem

that wants to make families stronger instead of pulling them apart.

yang ingin membuat keluarga lebih kuat daripada memisahkan mereka.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause) (Cheering)

(Tepuk tangan) (Sorakan)