Bruce Schneier: The security mirage

Translator: Judge Pau Reviewer: Irma Amelia

Jadi keamanan itu punya dua sisi yg berbeda:

So, security is two different things:

ada sisi perasaan, dan ada sisi kenyataan.

it's a feeling, and it's a reality.

Dan keduanya tidak sama

And they're different.

Anda bisa merasa aman

You could feel secure even if you're not.

meski dalam bahaya.

And you can be secure

Dan anda bisa aman

even if you don't feel it.

meski anda tidak merasa aman.

Really, we have two separate concepts

Adalah fakta, kita punya dua konsep yang berbeda

mapped onto the same word.

yang terkandung dalam satu kata yg sama.

And what I want to do in this talk is to split them apart --

Dan yang ingin saya tunjukkan disini

adalah cara memisahkan mereka --

figuring out when they diverge and how they converge.

mencari tahu kapan mereka jadi beda

dan kapan mereka jadi serupa.

And language is actually a problem here.

Dan masalahnya ada pada bahasa.

Tidak banyak kata yang tepat

There aren't a lot of good words

untuk menunjukkan konsep yang akan saya kemukakan.

for the concepts we're going to talk about.

Jadi kalau anda memandang kemanan

So if you look at security from economic terms,

dari sudut pandang ekonomi,

ini adalah tukar-tambah.

it's a trade-off.

Tiap kali anda menghadirkan keamanan,

Every time you get some security, you're always trading off something.

anda selalu menukarnya dengan sesuatu.

Baik dalam urusan pribadi --

Whether this is a personal decision --

seperti keputusan memasang alarm anti maling di rumah --

whether you're going to install a burglar alarm in your home --

atau keputusan umum -- seperti keputusan menyerang negara lain --

or a national decision,

where you're going to invade a foreign country --

anda pasti akan harus mengorbankan sesuatu,

you're going to trade off something: money or time, convenience, capabilities,

baik dengan uang, waktu, kenyamanan, kewenangan,

bahkan mungkin dengan kebebasan hakiki kita.

maybe fundamental liberties.

And the question to ask when you look at a security anything

Dan pertanyaan yang muncul dalam kondisi itu

is not whether this makes us safer,

bukan apakah hal itu akan membuat kita lebih aman,

tapi apakah hal itu setimpal dengan pengorbanannya.

but whether it's worth the trade-off.

You've heard in the past several years, the world is safer

Anda sudah dengar beberapa tahun terakhir ini

bahwa dunia jadi lebih aman selama Saddam Hussein tidak berkuasa.

because Saddam Hussein is not in power.

Yang mungkin benar tapi tidak terlalu relevan.

That might be true, but it's not terribly relevant.

Pertanyaannya adalah, apa hal itu perlu ?

The question is: Was it worth it?

Anda putuskan sendiri,

And you can make your own decision,

and then you'll decide whether the invasion was worth it.

anda putuskan apakah invasi itu perlu

Begitulah cara kita memandang kemanan --

That's how you think about security: in terms of the trade-off.

sebuah transaksi tukar tambah.

Now, there's often no right or wrong here.

Ini bukan soal benar atau salah.

Sebagian orang punya alarm anti maling di rumahnya,

Some of us have a burglar alarm system at home and some of us don't.

sebagian tidak.

And it'll depend on where we live,

Semuanya tergantung dimana kita tinggal,

apakah kita tinggal sendirian atau dengan keluarga,

whether we live alone or have a family,

berapa banyak barang berharga yg kita punya,

how much cool stuff we have,

how much we're willing to accept the risk of theft.

seberapa besar risiko kemalingan

yang bersedia kita terima.

In politics also, there are different opinions.

Di bidang politik juga sama,

ada banyak opini yg berbeda.

A lot of times, these trade-offs are about more than just security,

Hampir selalu, pengorbanan ini

tidak melulu soal kemanan

and I think that's really important.

dan menurut saya hal ini penting

Now, people have a natural intuition about these trade-offs.

Orang-orang sekarang punya naluri

tentang pengorbanan ini.

We make them every day.

Ini terjadi setiap hari --

Last night in my hotel room, when I decided to double-lock the door,

semalam di kamar hotel saya,

ketika saya putuskan mengunci pintu kamar saya,

or you in your car when you drove here;

atau anda ketika mengendarai mobil anda ke sini,

atau ketika makan siang

when we go eat lunch

and decide the food's not poison and we'll eat it.

dan kita putuskan makanannya aman untuk dimakan.

We make these trade-offs again and again,

Kita lakukan pengorbanan ini terus menerus

beberapa kali dalam sehari.

multiple times a day.

Kadang kita tidak sadar telah melakukannya.

We often won't even notice them.

They're just part of being alive; we all do it.

Orang yang hidup ya pasti seperti itu, semuanya sama.

Semua mahluk juga begitu.

Every species does it.

Imagine a rabbit in a field, eating grass.

Bayangkan seekor kelinci tengah memakan rumput di sebuah lapangan

ketika dia melihat seekor rubah datang

And the rabbit sees a fox.

That rabbit will make a security trade-off:

kelinci itu akan menimbang-nimbang

"Should I stay, or should I flee?"

"Saya sebaiknya tetap tinggal, atau kabur?"

Dan memang kalau dipikir

And if you think about it,

kelinci yang mengambil keputusan yang tepat

the rabbits that are good at making that trade-off

will tend to live and reproduce,

cenderung hidup dan berkembang biak

and the rabbits that are bad at it

sedangkan yang salah memutuskan

will get eaten or starve.

dimakan atau mati kelaparan.

So you'd think

Jadi kalau begitu

karena kita sukses hidup di planet ini --

that us, as a successful species on the planet -- you, me, everybody --

anda, saya, semuanya --

would be really good at making these trade-offs.

mestinya kita pandai memutuskan hal ini.

Tapi kelihatannya, berulang-ulang,

Yet it seems, again and again, that we're hopelessly bad at it.

terbukti kita tidak terlalu pandai dalam hal itu.

And I think that's a fundamentally interesting question.

Dan menurut saya ini problem yang menarik.

I'll give you the short answer.

Saya berikan jawaban singkatnya.

The answer is, we respond to the feeling of security

Jawabannya adalah, kita bereaksi pada rasa aman

bukan keamanan.

and not the reality.

Now, most of the time, that works.

Biasanya, hal ini tidak bermasalah

Most of the time,

Biasanya,

feeling and reality are the same.

rasa dan kondisi sebenarnya umumnya sama.

Certainly that's true for most of human prehistory.

Ini sepenuhnya benar

di masa lampau.

We've developed this ability

Kita punya kemampuan ini

because it makes evolutionary sense.

karena sesuai dengan perkembangan evolusi kita.

Cara lain memadang hal ini adalah

One way to think of it is that we're highly optimized

kita terlatih dengan baik

dalam analisa risiko

for risk decisions

yang sering dibutuhkan pada lingkup keluarga

that are endemic to living in small family groups

in the East African Highlands in 100,000 BC.

di dataran tinggi Afrika Timur pada 100.000 SM.

2010 New York, not so much.

Kalau di New York tahun 2010, tidak terlalu sering.

Now, there are several biases in risk perception.

Tentu saja ada penyimpangan-penyimpangan dalam persepsi risiko

Banyak penelitian tentang ini.

A lot of good experiments in this.

And you can see certain biases that come up again and again.

Dan beberapa penyimpangan terjadi lebih sering dari yang lain.

Saya sebutkan empat saja.

I'll give you four.

We tend to exaggerate spectacular and rare risks

Kita cenderung melebih-lebihkan risiko yang jarang terjadi

dan menyepelekan risiko yang lebih umum --

and downplay common risks --

misalnya jalan udara dan jalan darat.

so, flying versus driving.

The unknown is perceived to be riskier than the familiar.

Yang tidak diketahui dianggap

lebih berisiko ketimbang yang biasa diketahui.

Contohnya adalah,

One example would be:

people fear kidnapping by strangers,

orang takut diculik oleh orang asing

when the data supports that kidnapping by relatives is much more common.

padahal faktanya banyak korban penculikan diculik oleh anggota keluarga sendiri

dan umumnya terjadi pada anak-anak

This is for children.

Third, personified risks are perceived to be greater

Ketiga, risiko yg dipersonifikasi

dianggap lebih rawan ketimbang risiko yg tak dikenal --

than anonymous risks.

So, Bin Laden is scarier because he has a name.

jadi Bin Laden lebih seram karena dia punya nama.

Dan ke empat

And the fourth is:

people underestimate risks in situations they do control

adalah kebanyakan orang menyepelekan risiko

pada situasi dimana mereka punya kendali

dan membesar-besarkan risiko pada situasi dimana mereka tidak berwewenang.

and overestimate them in situations they don't control.

So once you take up skydiving or smoking,

Jadi sekali pernah melakukan terjun payung atau merokok

you downplay the risks.

anda anggap hal itu tidak terlalu berbahaya.

Tapi kalau tiba-tiba disodorkan risiko yang asing -- terorisme adalah contoh yang bagus --

If a risk is thrust upon you -- terrorism is a good example --

anda jadi paranoid, karena anda merasa tidak punya kendali.

you'll overplay it,

because you don't feel like it's in your control.

There are a bunch of other of these cognitive biases,

Masih banyak penyimpangan-penyimpangan logika seperti itu

that affect our risk decisions.

yang mempengaruhi keputusan kita tentang risiko.

There's the availability heuristic,

Misalnya aturan jempol tentang jumlah,

yang maksudnya

which basically means we estimate the probability of something

kita perkirakan peluang terjadinya sesuatu

by how easy it is to bring instances of it to mind.

berdasarkan seberapa sering kita dengar insiden itu terjadi.

So you can imagine how that works.

Jadi cara kerjanya bisa seperti ini

If you hear a lot about tiger attacks, there must be a lot of tigers around.

kalau anda banyak dengar tentang serangan macan, pasti jumlah macan itu banyak.

Sebaliknya karena jarang terdengar adanya serangan singa, maka jumlah singa seolah tidak banyak.

You don't hear about lion attacks, there aren't a lot of lions around.

Anggapan ini benar sebelum ditemukannya koran.

This works, until you invent newspapers,

because what newspapers do is repeat again and again

Karena surat kabar kerjanya memang

mengulang-ulang

risiko yang jarang terjadi.

rare risks.

I tell people: if it's in the news, don't worry about it,

Saya suka bilang pada orang, kalau ada di koran, tidak usah dikhawatirkan

Karena secara definitif,

because by definition, news is something that almost never happens.

berita adalah sesuatu yang hampir tidak pernah terjadi.

(Tertawa)

(Laughter)

When something is so common, it's no longer news.

Kalau sesuatu itu biasa terjadi, tidak akan disebut berita --

Car crashes, domestic violence --

kecelakaan lalin, kekerasan rumah tangga --

those are the risks you worry about.

itu baru risiko yang harus diperhatikan.

We're also a species of storytellers.

Kita juga mahluk yang doyan bercerita.

We respond to stories more than data.

Kita lebih perhatian pada cerita ketimbang data.

And there's some basic innumeracy going on.

Sebaliknya kita juga punya problem dengan angka.

I mean, the joke "One, two, three, many" is kind of right.

Lelucon yang bilang "satu, dua, tiga, banyak" itu lebih banyak benarnya.

Kita lebih perhatian pada satuan yang kecil.

We're really good at small numbers.

One mango, two mangoes, three mangoes,

Satu mangga, dua mangga, tiga mangga,

10,000 mangoes, 100,000 mangoes --

10.000 mangga, 100.000 mangga --

it's still more mangoes you can eat before they rot.

dianggap sama banyak.

So one half, one quarter, one fifth -- we're good at that.

Sedangkan satu setengah, satu seperempat, satu seperlima -- jadi perhatian kita.

Satu dari sejuta, satu dari semilyar --

One in a million, one in a billion --

dua-duanya dianggap sama saja dengan tidak pernah.

they're both almost never.

So we have trouble with the risks that aren't very common.

Jadi kita prihatin akan risiko

yang jarang terjadi.

And what these cognitive biases do

Dan penyimpangan logika ini

is they act as filters between us and reality.

berperan menjadi pemilah antara kita dan dunia nyata.

Akibatnya

And the result is that feeling and reality get out of whack,

perasaan kita dan kondisi sebenarnya jadi kacau,

jadi berbeda.

they get different.

Now, you either have a feeling -- you feel more secure than you are,

Sekarang kalau tidak merasa lebih aman

yang disebut rasa aman yg keliru.

there's a false sense of security.

Kita alami yg sebaliknya

Or the other way, and that's a false sense of insecurity.

yang disebut rasa tidak aman yang keliru.

Saya banyak menulis tentang "Security theater" (panggung keamanan)

I write a lot about "security theater,"

which are products that make people feel secure,

yang merupakan produk yang bikin orang merasa aman

but don't actually do anything.

tapi sebenarnya tidak melakukan apa-apa.

There's no real word for stuff that makes us secure,

Tidak ada sebutan untuk hal yang membuat kita aman

tapi tidak membuat kita merasa aman.

but doesn't make us feel secure.

Mungkin itu tugas CIA.

Maybe it's what the CIA is supposed to do for us.

So back to economics.

Jadi balik ke prinsip ekonomi

If economics, if the market, drives security,

Kalau ekonomi, kalau pasar, mengendalikan keamanan,

and if people make trade-offs based on the feeling of security,

dan orang memutuskan sesuatu

berdasarkan perasaan tentang keamanan,

then the smart thing for companies to do for the economic incentives

maka hal terbaik yang perusahaan bisa lakukan

demi keuntungan ekonomi

is to make people feel secure.

adalah membuat orang merasa aman.

And there are two ways to do this.

Ada dua cara mewujudkan ini.

One, you can make people actually secure

Satu, anda benar-benar mengamankan orang

dan berharap mereka sadar akan hal itu.

and hope they notice.

Or two, you can make people just feel secure

Atau kedua, anda cukup membuat orang merasa aman

and hope they don't notice.

dan berharap mereka tidak sadar akan hal itu.

Right?

So what makes people notice?

Jadi apa yang membuat orang menyadari hal ini ?

Dua hal:

Well, a couple of things:

understanding of the security,

pemahaman tentang keamanan,

tentang risiko, tentang ancaman,

of the risks, the threats,

Dan tentang pencegahannya, bagaimana cara kerjanya.

the countermeasures, how they work.

But if you know stuff, you're more likely

Kalau anda paham itu semua

lebih besar peluang perasaan anda cocok dengan kondisi nyatanya.

to have your feelings match reality.

Jumlah contoh insiden di dunia nyata juga membantu.

Enough real-world examples helps.

Kalau kita punya data insiden keamanan di lingkungan kita

We all know the crime rate in our neighborhood,

because we live there, and we get a feeling about it

karena kita tinggal disitu, perasaan kita jadi

that basically matches reality.

umumnya cocok dengan kenyataannya.

Panggung keamanan, dilaksanakan

Security theater is exposed

when it's obvious that it's not working properly.

padahal jelas tidak berfungsi dengan baik.

Baiklah, sekarang apa yang membuat orang tidak menyadari hal ini ?

OK. So what makes people not notice?

Well, a poor understanding.

Kurangnya pemahaman.

If you don't understand the risks, you don't understand the costs,

Kalau anda tidak paham risikonya, anda tidak paham biayanya,

you're likely to get the trade-off wrong,

hampir pasti anda akan salah memutuskan

and your feeling doesn't match reality.

dan perasaan anda tidak terlalu cocok dengan kenyataan.

Not enough examples.

Tidak punya cukup contoh.

There's an inherent problem with low-probability events.

Ada problem laten

dalam insiden berpeluang rendah

If, for example, terrorism almost never happens,

jika, misalnya

terorisme hampir tidak pernah terjadi

it's really hard to judge the efficacy of counter-terrorist measures.

sulit sekali memutuskan

keberhasilan dari inisiatif-inisiatif anti-terorisme.

This is why you keep sacrificing virgins,

Makanya kita lebih sering "memberikan sesajen",

dan kenapa solusi mistis anda berjalan "baik".

and why your unicorn defenses are working just great.

There aren't enough examples of failures.

Tidak cukup banyak contoh kegagalan.

Juga, perasaan yang mengelabui isu yang sebenarnya --

Also, feelings that cloud the issues --

the cognitive biases I talked about earlier: fears, folk beliefs --

penyimpangan logika yang saya singgung sebelumnya

ketakutan, takhayul,

basically, an inadequate model of reality.

intinya tidak adanya model dunia nyata.

Kalau mau dibikin ribet.

So let me complicate things.

I have feeling and reality.

Saya punya perasaan dan kenyataan.

I want to add a third element. I want to add "model."

Mari kita tambahkan yang ketiga. Kita tambahkan model.

Feeling and model are in our head,

Ada perasaan, ada model di kepala kita

dan kenyataan di dunia luar

reality is the outside world; it doesn't change, it's real.

sama sekali tidak berubah. Tetap saja yang nyata.

Feeling is based on our intuition,

Perasaan berpijak pada intuisi.

Model berpijak pada logika.

model is based on reason.

Itulah perbedaan intinya.

That's basically the difference.

In a primitive and simple world,

Dalam dunia yang primitif dan sederhana,

there's really no reason for a model,

tidak ada alasan untuk punya model

karena perasaan cocok dengan realita.

because feeling is close to reality.

You don't need a model.

Anda tidak butuh model.

But in a modern and complex world,

Tapi dalam dunia modern dan rumit,

anda butuh model

you need models to understand a lot of the risks we face.

untuk memahami begitu banyak risiko yang kita hadapi.

There's no feeling about germs.

Tidak ada perasaan tentang kuman.

Butuh model untuk memahami mereka.

You need a model to understand them.

Jadi model ini

This model is an intelligent representation of reality.

adalah analogi yang cerdas dari kenyataan.

It's, of course, limited by science, by technology.

Yang tentu saja dibatasi secara ilmiah

oleh teknologi.

Kita tidak punya teori penyakit berbasis kuman

We couldn't have a germ theory of disease

before we invented the microscope to see them.

sebelum diciptakannya mikroskop.

It's limited by our cognitive biases.

Analogi ini juga dibatasi oleh penyimpangan logika

tapi dia punya kemampuan

But it has the ability to override our feelings.

mengatasi perasaan.

Where do we get these models? We get them from others.

Darimana bisa kita dapatkan model-model ini ? Dari orang lain.

We get them from religion, from culture, teachers, elders.

Dari agama, kebudayaan,

guru, tetua.

Dua tahun yg lalu,

A couple years ago, I was in South Africa on safari.

saya bersafari ke Afrika Selatan.

The tracker I was with grew up in Kruger National Park.

Pemandunya lahir dan besar di Taman Nasional Kruger.

He had some very complex models of how to survive.

Dia punya model yang rumit untuk bertahan hidup

And it depended on if you were attacked by a lion, leopard, rhino, or elephant --

yang jadi andalan ketika anda diserang

oleh singa atau macan tutul atau badak atau gajah --

and when you had to run away, when you couldn't run away,

dan ketika harus melarikan diri, atau memanjat pohon --

when you had to climb a tree, when you could never climb a tree.

kalau anda tidak mampu memanjat pohon.

Seharipun saya tidak akan bisa bertahan

I would have died in a day.

tapi dia lahir di sana,

But he was born there, and he understood how to survive.

dan dia paham bagaimana agar selamat.

Saya lahir di kota New York.

I was born in New York City.

saya bisa bawa pemandu itu ke new york, dan seharipun dia tidak akan selamat.

I could have taken him to New York, and he would have died in a day.

(tertawa)

(Laughter)

Because we had different models based on our different experiences.

Karena kita punya model yang berbeda

berdasarkan pengalaman kita yang berbeda.

Models can come from the media,

Model bisa diambil dari media,

from our elected officials ...

dari para wakil rakyat.

Think of models of terrorism,

bayangkan model untuk terorisme,

child kidnapping,

penculikan anak,

airline safety, car safety.

keamanan maskapai penerbangan dan mobil.

Models can come from industry.

Model bisa diambil dari industri.

The two I'm following are surveillance cameras,

Dua industri yang jadi perhatian saya adalah kamera pengintai,

dan kartu identitas,

ID cards,

banyak sekali model keamanan komputer kami datang dari sana.

quite a lot of our computer security models come from there.

banyak model datang dari ilmu pengetahuan.

A lot of models come from science.

Health models are a great example.

Model kesehatan misalnya.

Think of cancer, bird flu, swine flu, SARS.

Bayangkan kanker, flu burung, flu babi dan SARS.

All of our feelings of security about those diseases

Semua rasa aman kita

tentang penyakit-penyakit itu

come from models given to us, really, by science filtered through the media.

datang dari model-model

yang dicekokkan ke kita, lewat saringan ilmiah, lewat media.

Jadi model bisa berubah.

So models can change.

Models are not static.

Model tidak statis.

As we become more comfortable in our environments,

Ketika kita makin nyaman dengan lingkungan kita,

our model can move closer to our feelings.

model kita makin makin mirip dengan perasaan kita.

So an example might be,

Contoh, misalnya

100 tahun yang lalu

if you go back 100 years ago,

when electricity was first becoming common,

ketika listrik baru mulai diterima khalayak,

banyak ketakutan tentang hal itu.

there were a lot of fears about it.

Ada orang yang takut menekan bel pintu

There were people who were afraid to push doorbells,

karena ada listrik yang mengalir dan itu dianggap berbahaya.

because there was electricity in there, and that was dangerous.

Buat kita, kita sangat cuek dengan listrik disekitar kita.

For us, we're very facile around electricity.

Kita mengganti bohlam

We change light bulbs without even thinking about it.

tanpa pikir panjang.

Our model of security around electricity is something we were born into.

Model kita tentangg listrik

sesuai dengan dunia dimana kita dilahirkan

It hasn't changed as we were growing up.

yang tidak berubah selama kita tumbuh

And we're good at it.

dan kita jadi mahir soal itu.

Or think of the risks on the Internet across generations --

Atau bayangkan risiko-risiko

yang ada di internet berdasarkan generasi penggunanya --

how your parents approach Internet security,

sikap orang tua anda tentang keamanan internet,

dibanding sikap anda,

versus how you do,

versus how our kids will.

dibanding sikap anak anda nantinya.

Models eventually fade into the background.

Model pada akhirnya akan lenyap jadi alam bawah sadar.

"Intuitive" is just another word for familiar.

Intuisi hanya nama lain dari kebiasaan.

So as your model is close to reality and it converges with feelings,

Jadi kalau model anda dekat dengan realita

dan bersatu dengan perasaan,

you often don't even know it's there.

anda sering tidak menyadari keberadaannya.

Contoh yang menarik tentang ini adalah

A nice example of this came from last year and swine flu.

ketika flu babi merebak tahun lalu.

Ketika pertama kali ditemukan,

When swine flu first appeared,

banyak orang ketakutan dengan flu babi.

the initial news caused a lot of overreaction.

Now, it had a name,

Sekarang jadi punya nama

which made it scarier than the regular flu,

yang membuatnya lebih menyeramkan dari flu biasa

even though it was more deadly.

meskipun lebih berbahaya

And people thought doctors should be able to deal with it.

dan orang-orang menuntut dokter untuk mengatasinya.

So there was that feeling of lack of control.

Jadi ada semacam perasaan hilangnya kendali.

Dan dua hal itu

And those two things made the risk more than it was.

membuat risikonya tampak lebih tinggi.

As the novelty wore off and the months went by,

Ketika sudah tidak jadi berita, dan beberapa bulan berlalu,

there was some amount of tolerance; people got used to it.

orang mulai mentolerirnya,

orang jadi terbiasa.

There was no new data, but there was less fear.

Tidak ada data yang lebih baru, tapi ketakutan yang ada menyusut.

By autumn,

Di musim gugur,

people thought the doctors should have solved this already.

semua orang pikir

dokter pasti sudah mengatasinya.

And there's kind of a bifurcation:

Masyarakat terbelah jadi dua --

people had to choose between fear and acceptance --

orang-orang harus memilih

tetap takut atau menerima keadaan --

sebenarnya takut dan kemasabodohan

actually, fear and indifference --

cenderung memihak kecurigaan.

and they kind of chose suspicion.

Ketika penawarnya muncul di akhir musim dingin,

And when the vaccine appeared last winter,

banyak orang -- dalam jumlah yg mengejutkan --

there were a lot of people -- a surprising number --

who refused to get it.

menolak menggunakannya.

And it's a nice example of how people's feelings of security change,

Ini contoh menarik

bagaimana perasaan tentang keamanan berubah, bagaimana model berubah,

how their model changes,

begitu kontras

sort of wildly,

with no new information, with no new input.

tanpa informasi baru,

tanpa masukan baru.

hal seperti ini sering sekali terjadi.

This kind of thing happens a lot.

saya akan coba bikin ini tambah ruwet lagi.

I'm going to give one more complication.

We have feeling, model, reality.

Kita punya perasaan, model, kenyataan.

I have a very relativistic view of security.

Saya punya pandangan tentang keamanan yang relatif.

Menurut saya pengamatnya berpengaruh besar

I think it depends on the observer.

And most security decisions have a variety of people involved.

dan hampir semua keputusan tentang kemanan

melibatkan beragam macam orang

And stakeholders with specific trade-offs will try to influence the decision.

dan pemilik saham

dengan pertimbangan yang sangat khusus

akan mencoba mempengaruhi keputusan itu.

And I call that their agenda.

Saya sebut ini agenda.

Anda akan lihat beragam macam agenda --

And you see agenda -- this is marketing, this is politics --

ada yang buat marketing, politik --

trying to convince you to have one model versus another,

usaha meyakinkan anda untuk memakai model tertentu,

trying to convince you to ignore a model

usaha membuat anda mengabaikan model tertentu

and trust your feelings,

dan percaya saja pada perasaan anda,

marginalizing people with models you don't like.

mengucilkan orang yg menggunakan model yang anda tidak suka.

This is not uncommon.

Ini hal yang lazim.

An example, a great example, is the risk of smoking.

Contoh paling bagus tentang ini adalah risiko merokok.

Selama 50 tahun terakhir, risiko merokok

In the history of the past 50 years,

the smoking risk shows how a model changes,

menunjukkan bagaimana sebuah model berubah

and it also shows how an industry fights against a model it doesn't like.

dan menunjukkan bagaimana sebuah industri

melawan model yang tidak disukai.

Compare that to the secondhand smoke debate --

Bandingkan dengan debat tentang rokok --

20 tahun sebelumnya.

probably about 20 years behind.

Think about seat belts.

Sama halnya dengan sabuk pengaman.

When I was a kid, no one wore a seat belt.

Waktu saya kecil, tidak ada yang mengenakan sabuk pengaman

Nowadays, no kid will let you drive if you're not wearing a seat belt.

Sekarang, tidak ada anak-anak yang mengizinkan anda nyetir

kalau tidak pakai sabuk pengaman.

Compare that to the airbag debate,

Bandingkan itu dengan debat tentang airbag --

30 tahun sebelumnya.

probably about 30 years behind.

Semuanya contoh berubahnya suatu model.

All examples of models changing.

What we learn is that changing models is hard.

Hikmahnya adalah, mengubah model itu susah.

Model susah digulingkan.

Models are hard to dislodge.

Kalau cocok dengan perasaan anda,

If they equal your feelings,

anda bahkan tidak sadar anda punya model.

you don't even know you have a model.

Ada satu penyimpangan logika yang penting

And there's another cognitive bias

Saya sebut penyimpangan konfirmasi

I'll call confirmation bias,

dimana kita cenderung menerima data

where we tend to accept data that confirms our beliefs

yang mengkonfirmasi kepercayaan kita

and reject data that contradicts our beliefs.

dan menolak data yang menentang kepercayaan kita.

So evidence against our model, we're likely to ignore,

Jadi bukti yang menyanggah model kita,

lebih sering kita abaikan, meski beralasan.

even if it's compelling.

It has to get very compelling before we'll pay attention.

Bukti itu harus sangat kuat baru kita perhatikan.

New models that extend long periods of time are hard.

Model yang berlangsung lama agak sulit dibayangkan.

Pemanasan global contohnya.

Global warming is a great example.

Kita susah memahami

We're terrible at models that span 80 years.

model dengan rentang 80 tahun.

We can do "to the next harvest."

Kita bisa paham yang periodenya setahun.

We can often do "until our kids grow up."

Kadang kita paham model dengan rentang waktu sampai anak kita dewasa.

But "80 years," we're just not good at.

Tapi 80 tahun, kelewat jauh.

So it's a very hard model to accept.

Jadi model seperti itu sulit sekali diterima.

We can have both models in our head simultaneously --

Kita bisa punya dua model sekaligus di kepala

that kind of problem where we're holding both beliefs together,

atau masalah seperti

ketika kita menganut standar ganda

atau kesumbangan logika.

the cognitive dissonance.

Pada akhirnya,

Eventually, the new model will replace the old model.

model baru akan menggantikan model yang lama.

Strong feelings can create a model.

perasaan yang kuat bisa menciptakan model baru.

September 11 created a security model in a lot of people's heads.

Peristiwa 11 september menciptakan model keamanan baru

di kepala banyak orang.

Also, personal experiences with crime can do it,

Pengalaman jadi korban kriminalitas juga punya efek yang sama,

trauma kesehatan,

personal health scare,

a health scare in the news.

trauma kesehatan yang disebar berita.

Ada fenomena yang disebut flashbulb

You'll see these called "flashbulb events" by psychiatrists.

oleh ahli jiwa.

Yang bisa menciptakan model seketika

They can create a model instantaneously,

because they're very emotive.

karena sangat emosional.

So in the technological world,

Jadi di dunia yang sarat teknologi

we don't have experience to judge models.

kita tidak berpengalaman

untuk menilai model.

And we rely on others. We rely on proxies.

Jadi kita mengandalkan orang lain. Kita mengandalkan perwakilan.

Ini berlaku hanya ketika untuk mengoreksi orang lain.

And this works, as long as it's the correct others.

We rely on government agencies

Kita mengandalkan badan negara

to tell us what pharmaceuticals are safe.

untuk memutuskan obat apa yang aman dipakai.

I flew here yesterday.

Saya terbang ke sini kemarin.

I didn't check the airplane.

Saya tidak periksa pesawat udaranya.

I relied on some other group

Saya mengandalkan suatu kelompok lain

untuk memutuskan pesawatnya layak terbang atau tidak.

to determine whether my plane was safe to fly.

We're here, none of us fear the roof is going to collapse on us,

Kita semua disini, tidak ada yang khawatir atap bangunan ini akan runtuh,

bukan karena sudah kita pastikan,

not because we checked,

but because we're pretty sure the building codes here are good.

tapi karena kita lumayan yakin

standar keselamatan gedung ini cukup bagus.

It's a model we just accept

Sebuah model yang kita terima

hanya dengan keyakinan.

pretty much by faith.

Dan itu ok ok saja.

And that's OK.

Now, what we want is people to get familiar enough with better models,

Sekarang yang kita harapkan

adalah orang untuk mengenali dengan lebih baik

dengan model yg lebih baik

have it reflected in their feelings,

dan merefleksikannya pada perasaan --

untuk mengizinkannya memutuskan masalah keamanan.

to allow them to make security trade-offs.

Ketika hal ini tidak jalan

When these go out of whack, you have two options.

anda hanya punya dua pilihan.

One, you can fix people's feelings, directly appeal to feelings.

Satu, anda ubah perasaan orang,

langsung mempengaruhi perasaan.

Ini manipulasi tapi bisa jalan.

It's manipulation, but it can work.

Kedua, yang lebih jujur,

The second, more honest way

adalah dengan memperbaiki model.

is to actually fix the model.

Change happens slowly.

perubahan berlangsung lambat.

The smoking debate took 40 years -- and that was an easy one.

Debat soal rokok makan waktu 40 tahun

dan itu soal yang mudah.

Beberapa kasus sangat sulit.

Some of this stuff is hard.

Tapi ya kelihatannya

Really, though, information seems like our best hope.

informasi cenderung ramah pada harapan terbaik kita.

Dan saya bohong.

And I lied.

Remember I said feeling, model, reality; reality doesn't change?

Ingat waktu saya bilang perasaan, model dan realita ?

Saya bilang realita tidak pernah bisa berubah. Sebetulnya bisa.

It actually does.

Kita hidup didunia teknologi;

We live in a technological world;

reality changes all the time.

Realitas berubah setiap waktu.

So we might have, for the first time in our species:

Jadi bisa terjadi -- untuk pertama kalinya dalam sejarah --

feeling chases model, model chases reality, reality's moving --

perasaan mengejar model, model mengejar realita, realita bergerak --

tanpa titik temu.

they might never catch up.

We don't know.

Kita tidak pernah tahu.

Tapi dalam jangka panjang

But in the long term,

baik perasaan maupun realita itu penting.

both feeling and reality are important.

And I want to close with two quick stories to illustrate this.

Saya akan akhiri ini dengan dua cerita sebagai ilustrasi.

1982 -- I don't know if people will remember this --

1982 -- entah masih ada yang ingat apa tidak --

ada epidemi singkat

there was a short epidemic of Tylenol poisonings

tentang keracunan Tylenol di Amerika Serikat.

in the United States.

It's a horrific story.

Ini cerita yang mengerikan. Seseorang mengambil botol Tylenol,

Someone took a bottle of Tylenol,

memasukkan racun kedalamnya, menutupnya dan mengembalikannya ke rak.

put poison in it, closed it up, put it back on the shelf,

Orang lain yang membelinya mati keracunan.

someone else bought it and died.

This terrified people.

Ini menakutkan banyak orang.

There were a couple of copycat attacks.

Ada beberapa orang yg meniru modus ini.

There wasn't any real risk, but people were scared.

Tidak ada risiko yang nyata, tapi orang-orang ketakutan.

And this is how the tamper-proof drug industry was invented.

Inilah asal muasal

lahirnya industry obat-obatan yang bersegel.

Those tamper-proof caps? That came from this.

Tutup bersegel sebagai solusinya

It's complete security theater.

adalah panggung keamanan.

As a homework assignment, think of 10 ways to get around it.

Sebagai PR pikirkan 10 cara untuk membukanya tanpa merusak segelnya.

Saya berikan satu, jarum suntik.

I'll give you one: a syringe.

But it made people feel better.

Tapi segel itu membuat orang lebih tenang,

It made their feeling of security more match the reality.

menciptakan rasa aman,

lebih mendekati kenyataannya.

Cerita terakhir, beberapa tahun yang lalu, teman saya melahirkan.

Last story: a few years ago, a friend of mine gave birth.

Saya menjenguknya di rumah sakit.

I visit her in the hospital.

It turns out, when a baby's born now,

Ternyata bayi yang lahir, sekarang ini,

they put an RFID bracelet on the baby, a corresponding one on the mother,

dikenakan gelang RFID

yang berpasangan dengan gelang yang dikenakan ke ibunya,

so if anyone other than the mother takes the baby out of the maternity ward,

jadi siapa saja yang bukan ibunya membawa bayi itu keluar ruangan,

alarm akan berbunyi.

an alarm goes off.

Saya bilang, "wah ini cukup keren

I said, "Well, that's kind of neat.

I wonder how rampant baby snatching is out of hospitals."

saya bertanya-tanya seberapa sering terjadi penculikan bayi

dari sebuah rumah sakit. "

I go home, I look it up.

Saya pulang, dan memeriksanya.

It basically never happens.

Ternyata tidak pernah terjadi.

(Laughter)

Tapi kalau dipikir-pikir,

But if you think about it, if you are a hospital,

kalau anda pengelola rumah sakit,

and you need to take a baby away from its mother,

dan anda perlu membawa bayi itu keluar ruangan,

out of the room to run some tests,

menjauh dari ibunya untuk melakukan serangkaian tes,

you better have some good security theater,

anda sebaiknya punya panggung keamanan yang baik

or she's going to rip your arm off.

atau anda berurusan dengan ibunya.

(Laughter)

(Tertawa)

Jadi penting bagi kita

So it's important for us,

those of us who design security,

yang mendesain keamanan,

yang menyusun kebijakan keamanan,

who look at security policy --

or even look at public policy in ways that affect security.

atau bahkan kebijakan umum

yang mempengaruhi keamanan.

Masalahnya tidak hanya soal realita, tapi perasaan dan realita.

It's not just reality; it's feeling and reality.

Yang penting adalah

What's important

keduanya muncul bersamaan.

is that they be about the same.

It's important that, if our feelings match reality,

Hal ini penting karena, ketika perasaan kita cocok dengan kenyataan,

kita bisa memutuskan masalah keamanan dengan lebih baik.

we make better security trade-offs.

Terima kasih.

Thank you.

(Applause)

(Tepuk tangan)