The power of women's anger | Soraya Chemaly

Translator: Ellen Maloney

Translator: Zakia El Muarrifa Reviewer: Maria Nainggolan

So sometimes I get angry,

Terkadang saya marah,

and it took me many years to be able to say just those words.

dan butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa mengatakan kalimat itu.

In my work,

Dalam pekerjaan saya,

sometimes my body thrums, I'm so enraged.

terkadang badan saya bergetar, saya sangat marah.

But no matter how justified my anger has been,

Akan tetapi tidak peduli seberapa benarnya amarah saya,

throughout my life,

sepanjang hidup saya,

I've always been led to understand that my anger is an exaggeration,

saya selalu diarahkan untuk meyakini bahwa amarah saya berlebihan,

a misrepresentation,

sebuah kesalahpahaman,

that it will make me rude and unlikable.

yang akan membuat saya menjadi kasar dan tidak disukai.

Mainly as a girl, I learned, as a girl, that anger is an emotion

Saat kecil,

saya belajar, saat kecil, kalau marah itu sebuah emosi

better left entirely unvoiced.

yang lebih baik tidak diungkapkan sama sekali.

Think about my mother for a minute.

Mari bicara tentang ibu saya sejenak.

When I was 15, I came home from school one day,

Suatu hari sepulang sekolah saat saya berusia 15 tahun,

and she was standing on a long veranda outside of our kitchen,

saya mendapati ibu berdiri di teras panjang di luar dapur kami,

holding a giant stack of plates.

menggenggam setumpuk piring.

Imagine how dumbfounded I was when she started to throw them like Frisbees...

Bayangkan betapa tercengangnya saya

saat ia melempar tumpukan piring itu seperti Frisbees

(Laughter)

(penonton tertawa)

into the hot, humid air.

ke udara yang hangat dan lembab.

When every single plate had shattered into thousands of pieces

Ketika satu per satu piring itu pecah menjadi ribuan puing

on the hill below,

di bukit di bawah kami,

she walked back in and she said to me, cheerfully, "How was your day?"

ibu berjalan masuk lalu bertanya dengan nada ceria, "Bagaimana harimu?"

(Laughter)

(penonton tertawa)

Now you can see how a child would look at an incident like this

Saat ini Anda bisa membayangkan

bagaimana seorang anak akan melihat kejadian itu

and think that anger is silent, isolating, destructive, even frightening.

lalu berpikir bahwa kemarahan adalah diam, terkucilkan,

merusak, bahkan menakutkan.

Especially though when the person who's angry is a girl or a woman.

Terutama jika orang yang sedang marah adalah seorang anak atau perempuan dewasa.

The question is why.

Pertanyaannya adalah kenapa.

Anger is a human emotion, neither good nor bad.

Amarah adalah emosi yang tidak baik namun juga tidak buruk.

It is actually a signal emotion.

Sebenarnya amarah itu penanda.

It warns us of indignity, threat, insult and harm.

yang memperingatkan kita atas hinaan, ancaman, cemooh, dan bahaya.

And yet, in culture after culture, anger is reserved as the moral property

Saat ini berbagai kebudayaan masih menganggap amarah sebagai properti moral

of boys and men.

anak laki-laki dan pria dewasa.

Now, to be sure, there are differences.

Untuk lebih yakin,

bahwa ada perbedaan

So in the United States, for example,

mari kita ambil contoh di Amerika Serikat.

an angry black man is viewed as a criminal,

Seorang pria kulit hitam yang marah dianggap sebagai seorang jahat,

but an angry white man has civic virtue.

tetapi pria kulit putih dianggap memiliki sifat baik.

Regardless of where we are, however, the emotion is gendered.

Namun, tidak peduli di mana pun kita, emosi terbagi berdasarkan gender.

And so we teach children to disdain anger in girls and women,

Kita mengajarkan anak-anak untuk

meremehkan amarah pada anak dan perempuan dewasa,

and we grow up to be adults that penalize it.

dan kita tumbuh menjadi seseorang yang menghakimi itu.

So what if we didn't do that?

Gimana jika kita tak melakukannya?

What if we didn't sever anger from femininity?

Bagaimana jika kita tidak memisahkan amarah dari kewanitaan?

Because severing anger from femininity means we sever girls and women

Karena memisahkan amarah dari kewanitaan berarti kita memisahkan perempuan

from the emotion that best protects us from injustice.

dari emosi yang paling baik melindungi kita dari ketidakadilan.

What if instead we thought about developing emotional competence

Bagaimana jika kita lebih berpikir untuk membangun kompentensi emosional

for boys and girls?

bagi anak laki-laki & perempuan?

The fact is we still remarkably socialize children

Faktanya adalah kita masih secara gamblang mengenalkan anak-anak

in very binary and oppositional ways.

pada pilihan yang berpasangan dan berlawanan.

Boys are held to absurd, rigid norms of masculinity --

Anak laki-laki terikat pada norma yang kaku dan konyol dari maskulinitas

told to renounce the feminine emotionality of sadness or fear

diberitahu untuk menolak emosi kewanitaan yaitu kesedihan atau rasa takut

and to embrace aggression and anger as markers of real manhood.

menjadikan agresi dan amarah sebagai bukti nyata kelaki-lakian.

On the other hand, girls learn to be deferential,

Di sisi lain, perempuan belajar untuk bersikap terhormat,

and anger is incompatible with deference.

dan amarah tidak sesuai dengan kehormatan.

In the same way that we learned to cross our legs and tame our hair,

Dengan cara yang sama kita belajar menyilang kaki dan menyisir rambut kita,

we learned to bite our tongues and swallow our pride.

kita belajar menggigit lidah dan menelan rasa bangga kita.

What happens too often is that for all of us,

Apa yang kerap terjadi pada kita semua adalah

indignity becomes imminent in our notions of femininity.

hinaan menjadi dekat konotasinya dengan kewanitaan.

There's a long personal and political tale to that bifurcation.

Terdapat cerita panjang yang bersifat personal dan politis atas percabangan itu.

In anger, we go from being spoiled princesses and hormonal teens,

Dalam amarah, kita beranjak dari putri yang dimanja dan remaja hormonal,

to high maintenance women and shrill, ugly nags.

menjadi perempuan yang jual mahal, dan lantang serta cerewet.

We have flavors, though; pick your flavor.

Kita memiliki rasa loh, pilih rasamu.

Are you a spicy hot Latina when you're mad?

Apakah Anda seorang Latina yang seksi saat Anda marah?

Or a sad Asian girl? An angry black woman? Or a crazy white one?

atau seorang perempuan Asia yang sedih? Seorang wanita kulit hitam yang marah?

Atau wanita kulit putih yang gila. Anda bisa pilih.

You can pick.

But in fact, the effect is that when we say what's important to us,

Tapi faktanya, dampak dari itu adalah saat kita mengatakan apa yang penting bagi kita

which is what anger is conveying,

yang mana diungkapkan oleh amarah,

people are more likely to get angry at us for being angry.

orang-orang cenderung marah pada kita karena kita marah.

Whether we're at home or in school or at work or in a political arena,

Entah saat kita berada di rumah atau sekolah, kantor atau di arena politik,

anger confirms masculinity, and it confounds femininity.

amarah mengkonfimasi maskulinitas, dan mengacaukan feminisme.

So men are rewarded for displaying it,

Lalu pria dihargai karena menunjukkan itu,

and women are penalized for doing the same.

dan perempuan dihukum untuk hal yang sama.

This puts us at an enormous disadvantage,

Hal ini memosisikan kita pada kerugian yang besar,

particularly when we have to defend ourselves and our own interests.

terutama ketika kita harus melindungi diri sendiri dan kepentingan kita.

If we're faced with a threatening street harasser, predatory employer,

Jika kita dihadapkan dengan peleceh berbahaya di jalan, bos yang ganas,

a sexist, racist classmate,

teman sekelas yang seksis dan rasis,

our brains are screaming, "Are you kidding me?"

otak kita berteriak, "Apakah kamu bercanda?"

And our mouths say, "I'm sorry, what?"

Dan mulut kita berkata, "Mohon maaf, apa?"

(Laughter)

(Tertawa)

Right?

Benar kan?

And it's conflicting because the anger gets all tangled up

Dan ini bertentangan karena amarah membuat semuanya rumit,

with the anxiety and the fear and the risk and retaliation.

dengan kecemasan dan rasa takut serta risiko dan pembalasan dendam.

If you ask women what they fear the most in response to their anger,

Jika Anda bertanya apa yang wanita takuti, sebagai respon atas kemarahan mereka

they don't say violence.

mereka tidak berkata kekerasan.

They say mockery.

Mereka berkata cemooh.

Think about what that means.

Coba pikirkan apa artinya.

If you have multiple marginalized identities, it's not just mockery.

Jika Anda punya banyak identitas marginal, tidak hanya cemoohan yang Anda dapatkan.

If you defend yourself, if you put a stake in the ground,

Jika Anda membela diri, jika Anda mempertaruhkan segalanya,

there can be dire consequences.

maka akan ada konsekuensi yang besar.

Now we reproduce these patterns not in big, bold and blunt ways,

Sekarang kita mengulang pola itu bukan dalam skala besar, frontal, dan lugas,

but in the everyday banality of life.

tetapi dalam aspek dangkal kehidupan sehari-hari.

When my daughter was in preschool, every single morning

Saat anak perempuan saya masih TK, setiap pagi

she built an elaborate castle -- ribbons and blocks --

dia membangun sebuah istana yang tersusun dari pita dan balok

and every single morning the same boy knocked it down gleefully.

dan setiap pagi juga seorang anak lelaki merusaknya dengan gembira

His parents were there, but they never intervened before the fact.

Orang tuanya ada disana, tetapi mereka tidak pernah mencegah perilaku anak itu.

They were happy to provide platitudes afterwards:

Mereka dengan bangga megucapkan kalimat hambar:

"Boys will be boys."

"Laki-laki tetaplah laki-laki"

"It's so tempting, he just couldn't help himself."

"Itu sangat menarik, dia tidak bisa menahan diri"

I did what many girls and women learn to do.

Saya melakukan apa yang banyak perempuan belajar untuk lakukan.

I preemptively kept the peace,

Saya menjaga keadaaan tetap tenang,

and I taught my daughter to do the same thing.

dan mengajarkan hal yang sama pada putri saya

She used her words.

Dia menggunakan kata-katanya.

She tried to gently body block him.

Dia mencoba untuk mencegahnya.

She moved where she was building in the classroom, to no effect.

Dia pindah ke dalam ruang kelas, tetapi tidak ada hasil.

So I and the other adults mutually constructed a particular male entitlement.

Jadi saya dan orang tua lainnya bekerja sama membuat peraturan bagi anak lelaki.

He could run rampant and control the environment,

Mereka boleh berlarian dan mengontrol lingkungan.

and she kept her feelings to herself and worked around his needs.

Dan anak perempuan menyimpan perasaannya untuk dirinya sendiri.

Dan memenuhi kebutuhan anak lelaki. Kita membuat dua-duanya gagal,

We failed both of them by not giving her anger the uptake

dengan tidak memberikan amarah dan resolusi yang layak untuknya.

and resolution that it deserved.

Now that's a microcosm of a much bigger problem.

Nah, itu hanya mikrokosmos masalah yang jauh lebih besar.

Because culturally, worldwide,

Karena secara budaya, di seluruh dunia,

we preference the performance of masculinity --

kita mengutamakan kinerja maskulinitas -

and the power and privilege that come with that performance --

dan kekuatan dan hak istimewa yang datang dengan kinerja itu -

over the rights and needs and words of children and women.

di atas hak dan kebutuhan dan kata-kata anak-anak dan perempuan.

So it will come as absolutely no surprise, probably, to the people in this room

Jadi ini sama sekali tidak mengejutkan, mungkin, untuk orang-orang di ruangan ini

that women report being angrier in more sustained ways and with more intensity

bahwa perempuan dilaporkan lebih marah dengan terus menerus dan intens

than men do.

dibanding laki-laki.

Some of that comes from the fact that we're socialized to ruminate,

Ini salah satunya karena fakta bahwa kita dibiasakan untuk merenung,

to keep it to ourselves and mull it over.

untuk menyimpan sendiri dan merenungkannya.

But we also have to find socially palatable ways

Tetapi kita juga harus menemukan cara yang bagus secara sosial

to express the intensity of emotion that we have

untuk mengekspresikan intensitas emosi yang kita miliki

and the awareness that it brings of our precarity.

dan kesadaran bahwa hal itu membawa kepedulian kita.

So we do several things.

Jadi kita melakukan beberapa hal.

If men knew how often women were filled with white hot rage when we cried,

Jika pria tahu seberapa sering wanita penuh dengan amarah ketika menangis,

they would be staggered.

Mereka akan limbung.

(Laughter)

(Tertawa)

We use minimizing language.

Kita irit ngomong.

"We're frustrated. No, really, it's OK."

Kita frustasi. "Enggak, tidak apa-pa kok, beneran."

(Laughter)

(penonton tertawa)

We self-objectify and lose the ability

KIta mengobjektifikasi diri kita sendiri dan kehilangan kemampuan

to even recognize the physiological changes that indicate anger.

untuk mengenali perubahan fisiologis yang mengindikasikan kemarahan.

Mainly, though, we get sick.

Tetapi, biasanya, kita menjadi sakit.

Anger has now been implicated in a whole array of illnesses

Kemarahan sekarang mengakibatkan berbagai macam penyakit

that are casually dismissed as "women's illnesses."

yang dengan enteng dianggap sebagai "penyakit wanita."

Higher rates of chronic pain, autoimmune disorders, disordered eating,

Tingkat nyeri kronis yang lebih tinggi, gangguan autoimun, gangguan makan,

mental distress, anxiety, self harm, depression.

tekanan mental, kecemasan, melukai diri sendiri, depresi.

Anger affects our immune systems, our cardiovascular systems.

Kemarahan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh kita, sistem kardiovaskular kita.

Some studies even indicate that it affects mortality rates,

Beberapa penelitian bahkan mengindikasikan bahwa itu mempengaruhi tingkat kematian,

particularly in black women with cancer.

khususnya pada wanita kulit hitam dengan kanker.

I am sick and tired of the women I know being sick and tired.

Saya muak dan lelah melihat para wanita yang saya kenal merasa muak dan lelah.

Our anger brings great discomfort,

Kemarahan kita membawa ketidaknyamanan yang besar,

and the conflict comes because it's our role to bring comfort.

dan konflik muncul karena peran kita adalah untuk membawa kenyamanan.

There is anger that's acceptable.

Ada kemarahan yang bisa diterima.

We can be angry when we stay in our lanes and buttress the status quo.

Kita bisa marah ketika kita berada di jalur kita dan menopang status quo.

As mothers or teachers,

Sebagai ibu atau guru,

we can be mad, but we can't be angry about the tremendous costs of nurturing.

kita bisa marah, tetapi tidak bisa marah tentang susahnya merawat.

We can be angry at our mothers.

Kita bisa marah kepada ibu kita.

Let's say, as teenagers -- patriarchal rules and regulations --

Katakanlah, sebagai remaja - peraturan dan regulasi patriarki -

we don't blame systems, we blame them.

Kita tidak menyalahkan sistem, kita menyalahkan ibu-ibu.

We can be angry at other women, because who doesn't love a good catfight?

Kita bisa marah pada wanita lain, karena siapa yang tidak suka perkelahian wantia?

And we can be angry at men with lower status in an expressive hierarchy

Dan kita bisa marah pada pria dengan status rendah dalam hierarki ekspresif

that supports racism or xenophobia.

yang mendukung rasisme atau xenophobia.

But we have an enormous power in this.

Tetapi kita memiliki kekuatan yang sangat besar dalam hal ini.

Because feelings are the purview of our authority,

Karena perasaan adalah bidangnya dari otoritas kita,

and people are uncomfortable with our anger.

dan orang tidak nyaman dengan kemarahan kita.

We should be making people comfortable with the discomfort they feel

Kita harus membuat orang nyaman dengan ketidaknyamanan yang mereka rasakan

when women say no, unapologetically.

ketika wanita mengatakan tidak, tanpa penyesalan.

We can take emotions and think in terms of competence and not gender.

Kita dapat mengambil emosi dan berpikir dengan standar kompetensi, bukan gender.

People who are able to process their anger and make meaning from it

Orang yang mampu memproses kemarahan mereka dan memaknainya

are more creative, more optimistic,

lebih kreatif, lebih optimis,

they have more intimacy,

mereka lebih banyak intimasi

they're better problem solvers,

mereka adalah pemecah masalah yang lebih baik,

they have greater political efficacy.

mereka memiliki andil politik yang lebih besar.

Now I am a woman writing about women and feelings,

Saya seorang wanita menulis tentang wanita dan perasaan,

so very few men with power

jadi sangat sedikit pria dengan kekuasaan

are going to take what I'm saying seriously, as a matter of politics.

akan mendengarkan apa yang saya katakan dengan serius, sebagai masalah politik.

We think of politics and anger in terms of the contempt and disdain and fury

Kita berpikir bahwa politik dan kemarahan sebagai penghinaan dan kemarahan

that are feeding a rise of macho-fascism in the world.

yang meningkatkan macho-fasisme di dunia.

But if it's that poison, it's also the antidote.

Tetapi jika itu adalah racunnya, itu juga penawarnya.

We have an anger of hope, and we see it every single day

Kita memiliki amarah harapan, dan kita melihatnya setiap hari

in the resistant anger of women and marginalized people.

dalam kemarahan wanita yang resisten dan orang-orang yang terpinggirkan.

It's related to compassion and empathy and love,

Ini terkait dengan kasih sayang dan empati dan cinta,

and we should recognize that anger as well.

dan kita harus mengenali kemarahan itu juga.

The issue is that societies that don't respect women's anger don't respect women.

Masalahnya masyarakat yg tidak menghargai amarah perempuan

sama dengan tidak menghargai perempuan.

The real danger of our anger isn't that it will break bonds or plates.

Bahaya sebenarnya dari kemarahan kita bukanlah karena merusak ikatan atau piring

It's that it exactly shows how seriously we take ourselves,

Itu persis menunjukkan seberapa seriusnya kita memandang diri kita sendiri,

and we expect other people to take us seriously as well.

dan kita mengharapkan orang lain untuk menganggap kita serius juga.

When that happens, chances are very good

Ketika itu terjadi, berarti ada harapan

that women will be able to smile when they want to.

bahwa wanita akan dapat tersenyum kapanpun mereka mau.

(Applause)

(Tepuk tangan)

Thank you.

Terima kasih.

(Applause) (Cheers)

(Penonton bertepuk tangan dan bersorak)