The history of human emotions | Tiffany Watt Smith

Translator: Stevanus Lieberto

I would like to begin with a little experiment.

Saya ingin mulai dengan sedikit eksperimen.

In a moment, I'm going to ask if you would close your eyes

Nanti, saya akan minta kalian untuk menutup mata

and see if you can work out

dan lihat apakah Anda bisa mengenali

what emotions you're feeling right now.

emosi yang sedang Anda rasakan sekarang.

Now, you're not going to tell anyone or anything.

Kalian tidak perlu memberitahu siapa pun.

The idea is to see how easy or perhaps hard you find it

Tujuannya untuk melihat mudah atau sulit bagi Anda

to pinpoint exactly what you're feeling.

untuk tahu apa sebenarnya yang sedang dirasakan.

And I thought I'd give you 10 seconds to do this.

Dan saya akan berikan 10 detik untuk melakukannya.

OK?

Mengerti?

Right, let's start.

Baik, ayo kita mulai.

OK, that's it, time's up.

Cukup, waktunya habis.

How did it go?

Bagaimana rasanya?

You were probably feeling a little bit under pressure,

Kalian mungkin merasakan sedikit tekanan,

maybe suspicious of the person next to you.

mungkin curiga dengan orang di sebelah Anda.

Did they definitely have their eyes closed?

Apakah mereka sungguh menutup matanya?

Perhaps you felt some strange, distant worry

Mungkin kalian merasa janggal, dan sedikit khawatir

about that email you sent this morning

tentang email yang dikirim pagi ini

or excitement about something you've got planned for this evening.

atau bersemangat tentang apa yang Anda rencanakan malam ini.

Maybe you felt that exhilaration that comes when we get together

Mungkin kalian merasa gembira saat berkumpul

in big groups of people like this;

dalam grup yang besar seperti ini;

the Welsh called it "hwyl,"

orang Welsh menyebutnya "hwyl,"

from the word for boat sails.

dari kata yang digunakan untuk berlayar.

Or maybe you felt all of these things.

atau mungkin malah merasakan semuanya.

There are some emotions which wash the world in a single color,

Ada beberapa emosi yang mewarnai dunia ini dengan satu warna,

like the terror felt as a car skids.

seperti teror yang terasa saat mobil selip

But more often, our emotions crowd and jostle together

Tapi seringnya, emosi kita bersatu dan bercampur semua

until it is actually quite hard to tell them apart.

sampai sulit membedakannya.

Some slide past so quickly you'd hardly even notice them,

Beberapa lewat begitu cepat hingga tak disadari,

like the nostalgia that will make you reach out

seperti nostalgia yang akan membuat Anda

to grab a familiar brand in the supermarket.

memilih sebuah merek yang terkenal di supermarket.

And then there are others that we hurry away from,

Dan ada juga yang kita hindari,

fearing that they'll burst on us,

takut emosi itu akan meledak,

like the jealousy that causes you to search a loved one's pockets.

seperti kecemburuan yang menyebabkan Anda memeriksa isi kantong pasangan.

And of course, there are some emotions which are so peculiar,

Dan tentunya, ada beberapa emosi yang sangat aneh,

you might not even know what to call them.

Anda mungkin tidak tahu namanya.

Perhaps sitting there, you had a little tingle of a desire

Mungkin duduk di situ, Anda merasakan sedikit kegelisahan

for an emotion one eminent French sociologist called "ilinx,"

seorang Sosiolog Prancis terkenal menamainya "ilinkx,"

the delirium that comes with minor acts of chaos.

sebuah kata igauan yang muncul dari kekacauan-kekacauan kecil.

For example, if you stood up right now and emptied the contents of your bag

Contohnya, jika Anda berdiri sekarang dan mengosongkan isi tas

all over the floor.

semuanya di lantai.

Perhaps you experienced one of those odd, untranslatable emotions

Mungkin Anda merasakan emosi yang aneh, yang tak bisa diterjemahkan

for which there's no obvious English equivalent.

yang mana tidak ada kata Bahasa Inggris yang cocok.

You might have felt the feeling the Dutch called "gezelligheid,"

Anda mungkin telah merasakan yang dalam bahasa Belanda disebut "gezelligheid,"

being cozy and warm inside with friends when it's cold and damp outside.

nyaman dan hangat di dalam dengan teman saat di luar dingin dan lembab.

Maybe if you were really lucky,

Mungkin jika Anda sedang beruntung,

you felt this:

Anda merasakan ini:

"basorexia,"

"basoerxia,"

a sudden urge to kiss someone.

dorongan tiba-tiba untuk mencium seseorang

(Laughter)

(suara tawa)

We live in an age

Kita hidup di zaman

when knowledge of emotions is an extremely important commodity,

ketika pengetahuan dan emosi adalah komoditas yang sangat penting,

where emotions are used to explain many things,

emosi digunakan untuk menjelaskan banyak hal,

exploited by our politicians,

dieksploitasi oleh politisi kita,

manipulated by algorithms.

dimanipulasi oleh algoritme.

Emotional intelligence, which is the skill of being able to recognize and name

Kecerdasan emosi, yang merupakan kemampuan untuk mengenali dan menyebutkan

your own emotions and those of other people,

emosi Anda sendiri dan orang lain,

is considered so important, that this is taught in our schools and businesses

dirasakan sangat penting, bahwa ini diajarkan di sekolah kita dan bisnis

and encouraged by our health services.

dan diperkuat oleh pelayanan kesehatan kita.

But despite all of this,

Tapi di samping semua ini,

I sometimes wonder

Saya terkadang bertanya

if the way we think about emotions is becoming impoverished.

apakah cara kita berpikir tentang emosi menjadi miskin.

Sometimes, we're not even that clear what an emotion even is.

Terkadang, kita bahkan tidak begitu jelas apa itu emosi sebenarnya.

You've probably heard the theory

Anda mungkin pernah mendengar teori

that our entire emotional lives can be boiled down

keseluruhan bentuk emosi yang ada bisa disederhanakan

to a handful of basic emotions.

menjadi emosi-emosi dasar.

This idea is actually about 2,000 years old,

Gagasan ini sudah ada sekitar 2000 tahun yang lalu,

but in our own time,

tapi di zaman kita,

some evolutionary psychologists have suggested that these six emotions --

beberapa psikolog evolusioner menyarankan 6 emosi ini --

happiness, sadness, fear, disgust, anger, surprise --

kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, rasa jijik, kemarahan, dan rasa takjub --

are expressed by everyone across the globe in exactly the same way,

diekspresikan oleh semua orang di seluruh dunia dengan cara yang sama.

and therefore represent the building blocks

dan dengan demikian merepresentasikan susunan

of our entire emotional lives.

dari seluruh emosi.

Well, if you look at an emotion like this,

Baik, jika Anda lihat emosi seperti ini,

then it looks like a simple reflex:

itu terlihat seperti refleks sederhana:

it's triggered by an external predicament,

itu dipicu oleh keadaan eksternal,

it's hardwired,

itu permanen,

it's there to protect us from harm.

itu berada di sana untuk melindungi kita dari bahaya.

So you see a bear, your heart rate quickens,

Saat Anda melihat beruang, jantung berdetak cepat.

your pupils dilate, you feel frightened, you run very, very fast.

bola matamu melebar, Anda merasa takut, lari dengan sangat, sangat cepat.

The problem with this picture is,

Permasalahannya dengan ini adalah

it doesn't entirely capture what an emotion is.

tidak sepenuhnya menjelaskan apa itu emosi.

Of course, the physiology is extremely important,

Tentu saja, Fisiologi itu sangat penting,

but it's not the only reason why we feel the way we do

tapi bukan hanya itu alasan kenapa kita merasakan yang kita rasakan

at any given moment.

pada saat tertentu.

What if I was to tell you that in the 12th century,

Bagaimana jika saya memberitahu Anda bahwa di abad ke-12,

some troubadours didn't see yawning

para penyanyi tidak melihat menguap

as caused by tiredness or boredom like we do today,

sebagai tanda keletihan atau kebosanan seperti yang kita kenal hari ini.

but thought it a symbol of the deepest love?

tapi menganggapnya sebuah simbol dari perasaan cinta yang mendalam?

Or that in that same period, brave men -- knights --

Atau pada periode yang sama, para pria pemberani -- para kesatria --

commonly fainted out of dismay?

biasa pingsan karena terkejut?

What if I was to tell you

Bagaimana jika saya katakan

that some early Christians who lived in the desert

orang-orang Kristen terdahulu yang hidup di padang pasir

believed that flying demons who mainly came out at lunchtime

percaya bahwa iblis bersayap yang biasanya keluar pada waktu makan siang

could infect them with an emotion they called "accidie,"

bisa menginfeksi mereka dengan sebuah emosi yang mereka sebut "accidie,"

a kind of lethargy that was sometimes so intense

sejenis perasaan lesu yang terkadang sangat intens

it could even kill them?

yang bisa membunuh mereka?

Or that boredom, as we know and love it today,

Atau bahwa kebosanan, seperti yang kita tahu dan sukai hari ini,

was first really only felt by the Victorians,

pada awalnya hanya dirasakan oleh para Viktorian,

in response to new ideas about leisure time and self-improvement?

sebagai respons terhadap gagasan baru tentang waktu senggang dan perbaikan diri?

What if we were to think again

Bagaimana jika kita pikirkan lagi

about those odd, untranslatable words for emotions

tentang emosi yang janggal dan tidak mudah diterjemahkan

and wonder whether some cultures might feel an emotion more intensely

dan mempertanyakan apakah beberapa budaya mungkin merasakan emosi dengan intens

just because they've bothered to name and talk about it,

karena mereka menamai dan membicarakan emosi itu,

like the Russian "toska,"

seperti kata Rusia "toska,"

a feeling of maddening dissatisfaction

sebuah perasaan jengkel karena ketidakpuasan

said to blow in from the great plains.

yang konon berasal dari dataran luas.

The most recent developments in cognitive science show

Baru-baru ini perkembangan di kognitif-sains menunjukkan

that emotions are not simple reflexes,

bahwa emosi bukan merupakan refleks sederhana,

but immensely complex, elastic systems

tapi sistem elastik yang sangat kompleks,

that respond both to the biologies that we've inherited

yang merespons baik biologis yang telah kita warisi

and to the cultures that we live in now.

dan budaya kita saat ini.

They are cognitive phenomena.

Mereka merupakan fenomena kognitif.

They're shaped not just by our bodies, but by our thoughts,

Mereka dibentuk tidak hanya oleh tubuh, tapi juga pikiran kita,

our concepts, our language.

konsep kita, bahasa kita,

The neuroscientist Lisa Feldman Barrett has become very interested

Seorang ahli saraf Lisa Feldman Barrett menjadi sangat tertarik

in this dynamic relationship between words and emotions.

dalam hubungan dinamika antara kata-kata dan emosi.

She argues that when we learn a new word for an emotion,

Ia berpendapat saat ketika kita mempelajari kata baru dari emosi,

new feelings are sure to follow.

perasaan baru pasti mengikuti.

As a historian, I've long suspected that as language changes,

Sebagai seorang sejarawan, saya telah lama menduga bahwa begitu bahasa berubah,

our emotions do, too.

emosi kita juga berubah.

When we look to the past, it's easy to see that emotions have changed,

Ketika melihat ke masa lalu, mudah saja melihat bahwa emosi kita telah berubah,

sometimes very dramatically,

terkadang secara sangat dramatis,

in response to new cultural expectations and religious beliefs,

sebagai respons terhadap ekspektasi kultural dan kepercayaan religus baru

new ideas about gender, ethnicity and age,

gagasan-gagasan baru tentang jenis kelamin, etnisitas dan umur,

even in response to new political and economic ideologies.

bahkan sebagai respons terhadap politik dan ideologi ekonomi yang baru.

There is a historicity to emotions

Ada sebuah historisitas terhadap emosi

that we are only recently starting to understand.

yang kita baru saja mulai mengerti.

So I agree absolutely that it does us good to learn new words for emotions,

Saya setuju bahwa sebenarnya baik untuk mempelajari kata-kata baru untuk emosi,

but I think we need to go further.

tapi saya pikir kita perlu untuk lebih jauh lagi.

I think to be truly emotionally intelligent,

Saya pikir untuk benar-benar cerdas secara emosi,

we need to understand where those words have come from,

kita perlu mengerti dari mana kata-kata itu berasal,

and what ideas about how we ought to live and behave

dan gagasan bagaimana kita seharusnya hidup dan bersikap

they are smuggling along with them.

menyusup bersama-sama.

Let me tell you a story.

Mari saya ceritakan sebuah kisah.

It begins in a garret in the late 17th century,

Itu dimulai dalam sebuah loteng di akhir abad ke-17,

in the Swiss university town of Basel.

di Universitas Swis, di kota Basel.

Inside, there's a dedicated student living some 60 miles away from home.

Ada seorang murid yang berdedikasi, tinggal 60 mil jauhnya dari rumah.

He stops turning up to his lectures,

Ia berhenti menemui dosen-dosennya,

and his friends come to visit and they find him dejected and feverish,

dan beberapa temannya mengunjunginya dan menemukan ia bersedih dan demam.

having heart palpitations,

jantungnya berdebar-debar,

strange sores breaking out on his body.

ruam-ruam yang aneh keluar dari tubuhnya.

Doctors are called,

Dokter pun dipanggil,

and they think it's so serious that prayers are said for him

dan mereka kira ini sangat serius hingga mulai mendoakannya

in the local church.

di gereja setempat.

And it's only when they're preparing to return this young man home

Dan ketika mereka bersiap untuk memulangkan pria muda ini

so that he can die,

agar ia bisa meninggal,

that they realize what's going on,

mereka menyadari yang sedang terjadi

because once they lift him onto the stretcher,

karena begitu mereka mengangkatnya,

his breathing becomes less labored.

nafasnya menjadi lebih ringan.

And by the time he's got to the gates of his hometown,

Dan sewaktu dia sampai di gerbang kampung halamannya,

he's almost entirely recovered.

ia hampir sepenuhnya pulih.

And that's when they realize

Saat itulah mereka menyadari

that he's been suffering from a very powerful form of homesickness.

penderitaannya merupakan bentuk kerinduannya terhadap kampung halaman.

It's so powerful, that it might have killed him.

Sangat kuat, bahkan mungkin bisa saja membunuhnya.

Well, in 1688, a young doctor, Johannes Hofer,

Pada tahun 1688, seorang dokter muda Johannes Hofer,

heard of this case and others like it

mendengar kasus ini dan yang serupa

and christened the illness "nostalgia."

dan menamai penyakit itu sebagai "nostalgia."

The diagnosis quickly caught on in medical circles around Europe.

Diagnosisnya secara cepat menyebar di seputaran Eropa.

The English actually thought they were probably immune

Orang Inggris mengira mereka mungkin saja kebal

because of all the travel they did in the empire and so on.

karena mereka juga banyak melakukan perjalanan.

But soon there were cases cropping up in Britain, too.

Tapi kemudian beberapa kasus terjadi di Inggris juga.

The last person to die from nostalgia

Orang yang terakhir mati karena nostalgia

was an American soldier fighting during the First World War in France.

seorang tentara Amerika yang berjuang selama Perang Dunia Pertama di Perancis.

How is it possible that you could die from nostalgia

Bagaimana mungkin Anda dapat meninggal karena nostalgia

less than a hundred years ago?

kurang dari seratus tahun yang lalu?

But today, not only does the word mean something different --

Tapi hari ini, tidak hanya kata ini berarti sesuatu yang lain --

a sickening for a lost time rather than a lost place --

lebih terkait dengan jarak waktu dari pada jarak fisik --

but homesickness itself is seen as less serious,

tapi kerinduan terhadap kampung halaman dipandang remeh

sort of downgraded from something you could die from

bukan lagi sesuatu yang bisa menyebabkan kematian

to something you're mainly worried your kid might be suffering from

tapi sesuatu yang anak Anda rasakan ketika menginap

at a sleepover.

di rumah teman

This change seems to have happened in the early 20th century.

Perubahan ini kelihatannya telah terjadi di permulaan abad ke 20.

But why?

Tapi kenapa?

Was it the invention of telephones or the expansion of the railways?

Apakah ini karena penemuan telepon atau ekspansi jalur kereta?

Was it perhaps the coming of modernity,

Apakah itu mungkin karena datangnya modernitas,

with its celebration of restlessness and travel and progress

dengan segala kesibukan, perjalanan, dan kemajuannya

that made sickening for the familiar

yang menjadikan rasa rindu

seem rather unambitious?

menjadi tidak terlalu penting?

You and I inherit that massive transformation in values,

Anda dan saya mewarisi perubahan yang masif di dalam nilai-nilai itu,

and it's one reason why we might not feel homesickness today

dan itu salah satu alasan kenapa kita tidak merasa rindu kampung

as acutely as we used to.

separah yang seharusnya.

It's important to understand

Penting untuk dimengeri

that these large historical changes influence our emotions

bahwa besaran sejarah mengubah pengaruh dari emosi kita

partly because they affect how we feel about how we feel.

sebagian karena mereka mempengaruhi bagaimana kita merasa.

Today, we celebrate happiness.

Sekarang, kita merayakan kesenangan.

Happiness is supposed to make us better workers

Kesenangan seharusnya membuat kita menjadi pekerja yang lebih baik

and parents and partners;

dan orang tua dan rekan-rekan;

it's supposed to make us live longer.

Itu seharusnya membuat kita hidup lebih lama.

In the 16th century,

Di abad ke-16,

sadness was thought to do most of those things.

kesedihan dianggap penyebab hal-hal itu.

It's even possible to read self-help books from that period

Bahkan mungkin untuk membaca buku penyemangat

which try to encourage sadness in readers

yang akan menguatkan kesedihan para pembaca

by giving them lists of reasons to be disappointed.

dengan memberikan mereka daftar alasan untuk menjadi kecewa.

(Laughter)

(suara tawa)

These self-help authors thought you could cultivate sadness as a skill,

Penulis buku ini berpikir Anda bisa menggali kesedihan sebagai keterampilan

since being expert in it would make you more resilient

karena menjadi ahli dalam hal itu akan membuat Anda lebih ulet

when something bad did happen to you, as invariably it would.

ketika sesuatu yang buruk terjadi, kemungkinan besar akan terjadi.

I think we could learn from this today.

Saya pikir kita dapat belajar ini hari ini

Feel sad today, and you might feel impatient, even a little ashamed.

Bersedih hari ini, dan Anda mungkin merasa tidak sabar, bahkan sedikit malu.

Feel sad in the 16th century, and you might feel a little bit smug.

Bersedih di abad ke-16, dan Anda mungkin merasa sedikit sombong.

Of course, our emotions don't just change across time,

Tentu, emosi Anda tidak hanya berubah seiring waktu,

they also change from place to place.

mereka juga berubah dari tempat ke tempat.

The Baining people of Papua New Guinea speak of "awumbuk,"

Orang Baining di Papua New Guinea menyebutnya "awumbuk,"

a feeling of lethargy that descends when a houseguest finally leaves.

sebuah perasaan lesu yang singgah ketika tamu akhirnya pergi.

(Laughter)

(suara tawa)

Now, you or I might feel relief,

Sekarang, Anda atau saya mungkin merasa lega,

but in Baining culture,

tapi di kultur Baining,

departing guests are thought to shed a sort of heaviness

tamu yang pergi dianggap meninggalkan beban

so they can travel more easily,

agar mereka bisa pergi lebih mudah,

and this heaviness infects the air and causes this awumbuk.

dan beban ini mempengaruhi udara dan menyebabkan awumbuk ini.

And so what they do is leave a bowl of water out overnight

Jadi mereka meninggalkan semangkuk air sepanjang malam

to absorb this air,

untuk menyerap udara ini

and then very early the next morning, they wake up and have a ceremony

dan ketika bangun keesokan paginya, mereka mengadakan upacara

and throw the water away.

dan membuang air itu.

Now, here's a good example

Ini contoh yang baik

of spiritual practices and geographical realities combining

dari praktik spiritual dan budaya setempat

to bring a distinct emotion into life

untuk membawa emosi yang nyata ke dalam hidup

and make it disappear again.

dan membuatnya hilang lagi.

One of my favorite emotions is a Japanese word, "amae."

Satu dari emosi favorit saya adalah sebuah kata Jepang, "amae."

Amae is a very common word in Japan,

Amae adalah kata yang lazim di Jepang,

but it is actually quite hard to translate.

tapi cukup sulit untuk diterjemahkan.

It means something like the pleasure that you get

Itu berarti sesuatu kesenangan yang Anda dapatkan

when you're able to temporarily hand over responsibility for your life

ketika Anda mampu secara sementara menyerahkan tanggung jawab hidup Anda

to someone else.

ke orang lain.

(Laughter)

(suara tawa)

Now, anthropologists suggest

Sekarang, antropolog menyarankan

that one reason why this word might have been named and celebrated

bahwa kenapa kata ini mungkin telah dinamakan dan dirayakan

in Japan

di Jepang

is because of that country's traditionally collectivist culture,

karena negara ini secara tradisional memiliki budaya yang kolektif

whereas the feeling of dependency

sedangkan perasaan kebergantungan

may be more fraught amongst English speakers,

mungkin bermasalah bagi orang yang berbicara bahasa Inggris,

who have learned to value self-sufficiency and individualism.

yang telah mempelajari nilai mandiri dan individualisme.

This might be a little simplistic,

Ini mungkin sedikit simplistik,

but it is tantalizing.

tapi itu menggoda.

What might our emotional languages tell us not just about what we feel,

Bagaimana jika emosi kita tidak hanya berusaha menyampaikan yang kita rasakan

but about what we value most?

tapi juga apa yang kita hargai?

Most people who tell us to pay attention to our well-being

Orang-orang yang mengatakan pada kita untuk memperhatikan kesehatan

talk of the importance of naming our emotions.

berbicara tentang pentingnya untuk menamai emosi kita.

But these names aren't neutral labels.

Tapi nama-nama ini bukanlah label yang netral.

They are freighted with our culture's values and expectations,

Mereka dibebani nilai budaya dan ekspektasi kita,

and they transmit ideas about who we think we are.

dan mereka menyampaikan gagasan tentang siapa kita.

Learning new and unusual words for emotions will help attune us

mempelajari kata yang baru dan yang tidak biasa akan membantu menyelaraskan

to the more finely grained aspects of our inner lives.

terhadap aspek yang lebih baik dari bagian di dalam kita.

But more than this, I think these words are worth caring about,

Tapi lebih dari ini, saya pikir kata-kata layak untuk diperdulikan,

because they remind us how powerful the connection is

karena mereka mengingatkan kita betapa kuat koneksi

between what we think

antara apa yang kita pikirkan

and how we end up feeling.

dan apa yang kita rasakan.

True emotional intelligence requires that we understand

Kecerdasan emosional yang sebetulnya membutuhkan kita untuk mengerti

the social, the political, the cultural forces

sosial, politik, dan kekuatan budaya

that have shaped what we've come to believe about our emotions

yang telah membentuk apa yang kita percaya tentang emosi kita

and understand how happiness or hatred or love or anger

dan memahami bagaimana kebahagiaan atau kebencian atau kasih atau kemarahan

might still be changing now.

mungkin saja masih berubah sekarang.

Because if we want to measure our emotions

Karena jika kita mau mengukur emosi kita

and teach them in our schools

dan mengajarkannya di sekolah

and listen as our politicians tell us how important they are,

dan mendengarkan ketika para politisi kita mengatakan pentingnya itu,

then it is a good idea that we understand

maka yang paling baik adalah kita mengerti

where the assumptions we have about them

dari mana asumsi kita tentang mereka

have come from,

berasal,

and whether they still truly speak to us now.

dan apakah mereka masih benar-benar relevan dengan kita sekarang.

I want to end with an emotion I often feel

Saya ingin mengakhiri dengan emosi yang saya rasakan

when I'm working as a historian.

ketika bekerja sebagai sejarawan,

It's a French word, "dépaysement."

Ini merupakan kata Perancis, "dépaysement."

It evokes the giddy disorientation that you feel in an unfamiliar place.

Membangkitkan disorientasi yang sangat bahwa Anda merasa di tempat yang asing.

One of my favorite parts of being a historian

Hal favorit saya dari menjadi sejarawan

is when something I've completely taken for granted,

saat sesuatu yang sepenuhnya saya terima begitu saja

some very familiar part of my life,

beberapa bagian yang sangat tidak asing dari hidup saya

is suddenly made strange again.

tiba-tiba menjadi asing lagi.

Dépaysement is unsettling,

Dépaysement itu mengguncang,

but it's exciting, too.

tapi juga menyenangkan.

And I hope you might be having just a little glimpse of it right now.

Dan saya harap Anda mungkin telah mengalaminya sekilas sekarang.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(suara tepuk tangan)