The science of laughter - Sasha Winkler

Translator: Qanita Zahira Muhar Arifin Reviewer: Elyonai Krist

Isn’t it odd that, when something’s funny,

Bukankah aneh, ketika ada sesuatu yang lucu,

you might show your teeth, change your breathing,

Anda mungkin menunjukkan gigi, mengubah pernapasan Anda,

become weak and achy in some places, and maybe even cry?

menjadi lemah dan pegal di beberapa area, dan mungkin menangis?

In other words, why do we do this bizarre thing that is laughter?

Dengan kata lain, mengapa kita melakukan hal aneh ini yaitu tertawa?

When you laugh, your abdominal muscles contract rapidly.

Saat Anda tertawa, otot perut Anda berkontraksi dengan cepat.

This alters your breathing patterns,

Ini mengubah pola pernapasan Anda,

increasing the pressure in your chest cavity, and pushing air out,

meningkatkan tekanan di rongga dada Anda, dan mendorong udara keluar,

which might audibly emerge as a snort, wheeze, or vocalization.

yang mungkin terdengar sebagai dengusan, mengi, atau vokalisasi.

Because you’re exerting your abdominal muscles much more

Karena Anda mengerahkan otot-otot perut Anda lebih banyak

than you usually would while talking,

daripada saat berbicara,

they may start to hurt.

mungkin mulai terasa sakit.

Laughter also inhibits your reflexes and muscle control,

Tertawa juga menghambat refleks dan kontrol otot Anda,

causing sensations like leg weakness.

menyebabkan sensasi seperti kaki lemah.

So, where does this funny phenomenon come from?

Jadi, dari mana fenomena lucu ini berasal?

Because there’s no archaeological record of laughter,

Karena tidak ada catatan arkeologis tentang tertawa,

it’s impossible to say exactly how and why it evolved,

tidak mungkin untuk tepat mengatakan bagaimana dan mengapa itu berevolusi,

but scientists have some theories.

tapi para ilmuwan memiliki beberapa teori.

Importantly, humans are not the only animals today

Yang penting, saat ini manusia bukan satu-satunya hewan

that do something like laughter.

yang melakukan seperti tertawa.

Using ultrasonic recorders,

Menggunakan perekam ultrasonik,

researchers in the late 90s realized that rats were basically giggling

para peneliti di akhir 90-an menyadari bahwa tikus pada dasarnya terkikik

while being tickled.

saat digelitik.

Scientists have since compiled evidence of at least 65 species—

Para ilmuwan telah mengumpulkan bukti setidaknya 65 spesies

mostly mammals, but also some birds— that vocalize during social play.

kebanyakan mamalia, tapi juga beberapa burung yang bersuara selama berkawan.

Some, unsurprisingly, are our closest relatives.

Beberapa, tidak mengherankan, adalah kerabat terdekat kita.

By recording and analyzing the sounds primates make

Dengan merekam dan menganalisis suara yang dibuat primata

while playing and being tickled,

saat bermain dan digelitik,

researchers grew more convinced that the ancient ancestor of all great apes

para peneliti semakin yakin bahwa nenek moyang kuno dari semua kera besar

did something like laughter.

melakukan sesuatu seperti tertawa.

And, because other apes make laughter-like sounds during rough-and-tumble play,

Dan, karena kera membuat suara seperti tertawa saat bermain kasar,

they think laughter may have originally developed to clearly signal

mereka berpikir tertawa mungkin awalnya berkembang untuk menandakan

friendly, non-aggressive intent.

niat ramah dan tidak agresif.

But of course, humans don’t just laugh when we’re wrestling,

Tapi tentu saja, manusia tidak hanya tertawa ketika kita bergulat,

but also when we’re amused, and even surprised, confused, or nervous.

tetapi juga ketika kita terhibur, dan bahkan terkejut, bingung, atau gugup.

Some scientists think laughter took on expanded functions

Beberapa ilmuwan berpikir tertawa memiliki fungsi yang diperluas

after humans split from other great apes

setelah manusia berpisah dari kera besar lainnya

and developed large social groups and more complex language abilities.

dan mengembangkan kelompok sosial dan kemampuan bahasa yang lebih kompleks.

Mereka berhipotesis bahwa tertawa menjadi sesuatu yang bisa kita gunakan

They hypothesize that laughter gradually became something we could use

not just during play but within speech to convey subtle meanings

tidak hanya selama bermain tetapi dalam cara bicara untuk menyampaikan makna halus

and a range of contexts to show our emotions.

dan berbagai konteks untuk menunjukkan emosi kita.

This is thought to be one of the reasons that laughter is contagious:

Ini dianggap sebagai salah satu alasan mengapa tertawa menular:

it’s like an invitation to share in someone’s emotional state.

itu seperti ajakan untuk berbagi keadaan emosional seseorang.

Just hearing clips of laughter can activate key regions in your brain,

Hanya mendengar klip tawa dapat mengaktifkan daerah kunci di otak Anda,

triggering you to smile or laugh yourself.

memicu Anda untuk tersenyum atau tertawa.

And, when participants in one study watched a funny video,

Dan, ketika peserta dalam satu penelitian menonton video lucu,

they laughed significantly longer and more often

mereka tertawa jauh lebih lama dan lebih sering

when another person was present—

ketika ada orang lain

even though they reported feeling the same level of amusement.

meskipun mereka merasakan tingkat hiburan yang sama.

Human laughter is also generally louder

Tawa manusia juga umumnya lebih keras

than the play vocalizations of most animals.

daripada vokalisasi permainan kebanyakan hewan.

Some scientists speculate that this is because our laughter functions

Beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa karena tertawa kita berfungsi tidak hanya

not only as a signal between individuals, but a broadcast to everyone around.

sebagai sinyal antar individu, tapi juga siaran untuk semua orang di sekitarnya.

Studies found that observers across the world and as young as 5 months old

Studi menemukan bahwa pengamat di seluruh dunia dan bayi muda 5 bulan

could reliably tell the difference between close friends and acquaintances

dapat dengan andal membedakan antara teman dekat dan kenalan

just from brief clips of them laughing.

hanya dari klip singkat mereka tertawa.

Similarly, we can tell whether a laugh is real or fake based just on the sound.

Sama halnya, kita bisa mengetahui tawa itu nyata atau palsu hanya dari suaranya.

Fake, or volitional, laughter is produced

Tawa palsu, atau disengaja, dihasilkan

in entirely different networks in the brain,

dalam jaringan yang benar-benar berbeda di otak,

relying on speech-like pathways.

bergantung pada jalur seperti berbicara.

Meanwhile, spontaneous laughter arises from older networks

Sementara itu, tawa spontan muncul dari jaringan lama

that other animals also use for their vocalizations.

yang juga digunakan hewan lain untuk vokalisasi mereka.

And laughter is not just socially important;

Dan tawa bukan hanya penting secara sosial;

it’s also thought to be good for us.

itu juga dianggap baik untuk kita.

When we laugh, our brains release feel-good neurotransmitters

Ketika kita tertawa, otak kita melepaskan neurotransmiter yang menyenangkan

like endorphins,

seperti endorfin,

and decrease levels of stress hormones like cortisol.

dan menurunkan kadar hormon stres seperti kortisol.

Some research even suggests that people who laugh more

Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa orang yang lebih banyak tertawa

can cope with stress more effectively and have better cardiovascular health.

dapat mengatasi stres lebih efektif dan punya kesehatan kardiovaskular lebih baik.

Laughter is a universal human behavior.

Tertawa adalah perilaku manusia yang universal.

Babies can laugh before they can speak.

Bayi bisa tertawa sebelum mereka bisa berbicara.

Whether it's the best medicine depends on your ailment.

Entah itu obat terbaik tergantung pada penyakit Anda.

But as something that makes life more tolerable,

Sebagai sesuatu yang membuat hidup lebih bisa ditoleransi,

strengthens bonds, and potentially improves aspects of your health,

memperkuat ikatan, dan berpotensi meningkatkan aspek kesehatan Anda,

you can’t go wrong with a good laugh.

Anda tidak salah dengan tertawa.

Unless you have a broken rib or something.

Kecuali tulang rusuk Anda patah atau semacamnya.

Then it’s no laughing matter.

Maka itu bukan masalah tawa.

Certainly nothing to crack up about.

Tentu saja tidak ada yang perlu dipecahkan.