The Cambodian myth of lightning, thunder, and rain - Prumsodun Ok

Translator: Zahra Wijaya Reviewer: Ade Indarta

Once, a long time ago,

Pada zaman dahulu

there was a powerful hermit named Lok Ta Moni Eysei.

ada pendeta yang sangat kuat bernama Lok Ta Moni Eysei.

He had three promising students:

Ia mempunyai tiga siswa berbakat.

Moni Mekhala, the brilliant goddess of the seas,

Moni Mekhala, dewi laut yang cemerlang.

Vorachhun, the princely manifestation of the earth,

Vorachun, sang pangeran, wujud dari bumi,

and Ream Eyso, a demon whose heart burned with passionate fire.

dan Ream Eyso, setan yang hatinya terbakar dengan api yang bergairah.

Lok Ta wished to bestow a gift upon his most deserving student.

Lok Ta ingin memberi hadiah kepada siswa yang paling layak.

To determine which of the three that was, he announced a contest:

Untuk menentukan siapa, ia mengumumkan sebuah lomba:

whoever first brought back a glass full of morning dew

siapa yang paling cepat membawa secangkir penuh embun pagi

would be master of this mysterious gift.

akan mendapat hadiah misterius ini.

When dusk came, Vorachhun and Ream Eyso ventured into the forest.

Saat matahari mulai terbit, Vorachun dan Ream Eso pergi ke hutan.

They left not one leaf or blade of grass untouched,

Mereka meninggalkan tidak satu daun atau rumput yang belum tersentuh,

impatiently shaking the precious fluid into their glasses.

menggoyangkan cairan berharga ke cangkirnya.

When they returned to the hermit’s hut,

Saat mereka kembali ke gubuk pendeta tersebut,

they found Moni Mekhala sitting patiently with a full glass of morning dew.

mereka menemukan Moni Mekhala duduk dengan sabar dengan secangkir penuh embun pagi.

She had left her shawl out overnight

Ia menaruh selendangnya di luar semalam,

and won the contest by simply wringing out the fabric over her glass.

dan memenangkan lombanya hanya dengan memeras kainnya di atas cangkirnya.

Proud of all his students, and loving them like his own children,

Bangga kepada semua siswanya, dan mencintai mereka seperti anak sendiri,

Lok Ta surprised all three with gifts.

Lok Ta mengejutkan mereka semua dengan hadiah.

He turned the dew Ream Eyso collected into a diamond axe,

Ia mengubah embun yang dikumpulkan oleh Ream Eyso menjadi kapak berlian,

Vorachhun’s into a magic dagger,

punya Vorachun menjadi pisau ajaib,

and Moni Mekhala’s into a crystal ball unlike anything ever seen.

dan punya Moni Mekhala menjadi bola kristal yang belum pernah ada sebelumnya

Soon Ream Eyso grew covetous and decided he must have Mekhala’s prize.

Ream Eyso menjadi iri dan memutuskan bahwa ia harus mendapatkan hadiah Mekhala.

He and Vorachhun tried to woo the goddess so they could get the precious gem.

Ia dan Vorachun mencoba merayu dewi itu agar mereka bisa mendapat hadiahnya,

But after she rejected their advances and flew off,

Tetapi setelah dewi menolak rayuan mereka dan terbang pergi,

Ream Eyso resolved to take the crystal ball by force.

Ream Eyso memutuskan untuk mengambil bola kristalnya dengan paksa.

Ream Eyso flew through the air in search of Moni Mekhala,

Ream Eyso terbang melalui udara, mencari Moni Mekhala,

propelled on by a jealous rage.

didorong oleh rasa amarah dan cemburu.

On his way, he encountered Vorachhun and attacked him,

Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan Vorachun dan menyerangnya,

knowing that the righteous prince would never allow him to steal the crystal.

karena tahu pangeran tidak akan mengizinkannya mencuri kristal itu.

The demon gained the upper hand in the heat of battle,

Setan menang dalam pertempuran itu,

and hurled Vorachhun against the side of a mountain.

dan melempar Vorachun ke samping gunung.

Sure of Vorachhun’s death,

Pasti akan kematian Vorachun,

Ream Eyso continued his search until he finally found Moni Mekhala.

Ream Eyso melanjutkan pencariannya hingga ia menemukan Moni Mekhala.

He demanded that she and her friends either submit to him,

Ia meminta agar Mekhala dan teman-temannya menyerah kepadanya,

the most brilliant of Lok Ta’s students and rightful master of the crystal ball,

siswa Lok Ta yang paling cemerlang dan pemilik sebenarnya bola kristal

or die like Vorachhun.

atau mati seperti Vorachun.

Mekhala, without fear, refused and flew off into the clouds,

Mekhala, tanpa ketakutan, menolak, dan terbang ke awan,

hoping to draw the demon away from her friends.

berharap agar setan itu menjauh dari teman-temannya.

Ream Eyso took the bait, ripping through nimbus after nimbus in his crazed pursuit.

Ream Eyso termakan umpannya, terbang merobek awan-awan pada pengejaran gilanya.

Once far enough away, Mekhala confronted her pursuer.

Setelah cukup jauh, Mekhala menghadapi pengejarnya.

Ream Eyso made one last demand but the goddess remained unfazed.

Ream Eyso mengajukan permintaan akhir, tetapi dewinya tetap menolak.

Enraged, he began to swing his diamond axe.

Marah, ia mulai mengayunkan kapak berliannya.

Before he could hurl the weapon, Mekhala threw her crystal into the air.

Sebelum ia dapat melempar senjatanya, Mekhala melempar kristalnya ke udara.

As it climbed the height of the sky,

Saat kristalnya naik ke langit,

it emitted powerful flashes of lightning that blinded the demon.

benda tersebut mengeluarkan kilatan petir yang menyilaukan setan itu.

Ream Eyso let his axe loose in wild desperation.

Ream Eyso melempar kapaknya dalam keputusasaan.

As the weapon flew through the air it cut through clouds,

Saat terbang di udara, benda itu merobek awan-awan,

creating deep, rolling peals of thunder.

menciptakan gemuruh gentur.

And when the lightning and thunder mixed,

Dan saat petir dan gunturnya bercampur,

precious seeds of water fell from heaven: rain.

tetes berharga air jatuh dari surga: hujan.

Mekhala drew close to Ream Eyso, now blind and impotent without his axe.

Mekhala mendekati Ream Eyso, yang sekarang buta dan tak berdaya tanpa kapaknya.

She pondered what she should do to the murderer.

Ia berpikir apa yang ia harus lakukan ke pembunuh itu.

Remembering the kindness and love of her teacher,

Mengingat cinta dan kasih gurunya,

Moni Mekhala chose compassion and flew into the sky.

Moni Mekhala memilih kasih sayang dan terbang ke langit.

Shortly later, Ream Eyso regained his strength, found his axe, and followed her.

Setelah itu, kekuatan Ream Eyso kembali, ia menemukan kapaknya, dan mengikutinya.

Thunder, lightning, and rain continued to dance across the earth.

Guntur, petir, dan hujan terus menari di Bumi.

Some drops fell on Vorachhun and revived him,

Beberapa tetesan jatuh pada Vorachun, dan menghidupkannya kembali,

his skin golden like a rice field ready for harvest.

kulitnya emas, seperti padi yang siap dipanen.

Grabbing his magic dagger,

Mengambil pisau ajaibnya,

he flew into the sky in search of Ream Eyso and Moni Mekhala.

ia terbang ke langit, mencari Ream Eyso dan Moni Mekhala.