Building the impossible: Golden Gate Bridge - Alex Gendler

Translator: Mutia Bida Reviewer: Made Pramana

In the mid-1930s, two familiar spires towered above the morning fog.

Di pertengahan tahun 1930, dua menara menjulang di atas kabut pagi.

Stretching 227 meters into the sky,

Membentang setinggi 227 meter ke langit,

these 22,000-ton towers would help support California’s Golden Gate Bridge.

menara 22.000 ton ini membantu menopang Jembatan Golden Gate California.

But since they were currently in Pennsylvania,

Tapi karena kedua menara itu saat ini di Pennsylvania,

they first had to be dismantled, packaged, and shipped piece by piece

keduanya harus dibongkar dulu, dikemas, dan dikirim sepotong demi sepotong

over 4,500 kilometers away.

sejauh 4.500 kilometer jauhnya.

Moving the bridge’s towers across a continent

Memindahkan menara jembatan melintasi benua

was just one of the challenges facing Charles Ellis and Joseph Strauss,

adalah salah satu tantangan yang dihadapi oleh Charles Ellis dan Joseph Strauss,

the project's lead engineers.

insinyur utama proyek ini.

Even before construction began, the pair faced all kinds of opposition.

Bahkan sebelum konstruksinya dimulai, mereka menghadapi banyak perlawanan.

The military feared the bridge would make the important harbor

Militer takut jika jembatan itu akan menyebabkan pelabuhan

an even more vulnerable target.

menjadi target yang lebih rentan.

Ferry companies claimed the bridge would steal their business,

Perusahaan feri mengatakan jika jembatan itu dapat menghancurkan bisnis mereka,

and residents wanted to preserve the area's natural scenery.

dan warga ingin melestarikan pemandangan alam daerah tersebut.

Worse still, many engineers thought the project was impossible.

Lebih buruk lagi, banyak insinyur berpikir bahwa proyek ini mustahil dicapai.

The Golden Gate Strait was home to 96-kilometer-per-hour winds,

Selat Golden Gate adalah rumah bagi angin 90 km per jam,

swirling tides, an endless blanket of fog,

ombak yang bergulung, selimut kabut yang tak berujung,

and the earthquake-prone San Andreas fault.

dan Patahan San Andreas yang rawan gempa.

But Strauss was convinced the bridge could be built;

Tapi Strauss yakin jika jembatan itu dapat dibangun;

and that it would provide San Francisco’s commuters

dan jembatan itu akan memberikan warga San Francisco

more reliable passage to the city.

akses jalan ke kota yang lebih mudah.

He was, however, a bit out of his depth.

Tapi, ini sedikit di luar kemampuan Strauss.

Strauss’s initial plans to span the strait used a cantilever bridge.

Rencana awal Strauss adalah membentangkan jembatan kantilever sepanjang selat.

This kind of bridge consists of a single beam anchored at one end

Jembatan ini terdiri dari satu balok yang ditambatkan di salah satu ujungnya

and extended horizontally like a diving board.

dan melebar secara horizontal seperti papan loncat.

Since these bridges can only extend so far before collapsing under their own weight,

Karena panjang jembatannya terbatas sebelum jatuh karena beratnya sendiri,

Strauss’s design used two cantilevers, linked by a structure in the middle.

desain Strauss menggunakan dua kantilever, dihubungkan oleh struktur di tengah.

But Ellis and his colleague Leon Moisseif convinced Strauss

Tapi Ellis dan rekannya Leon Moisseif meyakinkan Strauss

to pursue a different approach: the suspension bridge.

untuk memakai pendekatan berbeda: jembatan gantung.

Where a cantilever bridge is supported from one end

Bilamana jembatan kantilever disangga dari satu ujung,

a suspension bridge suspends its deck from cables strung across the gap.

jembatan gantung bergantung pada kabel yang direntangkan di antaranya.

The result is a more flexible structure

Hasilnya, strukturnya pun jauh lebih fleksibel

that’s resilient to winds and shifting loads.

yang kuat terhadap angin dan beban yang berganti.

This kind of design had long been used for small rope bridges.

Desain seperti ini sudah lama dipakai untuk jembatan tali kecil.

And in the 1930s, advanced steel manufacturing

Dan di tahun 1930-an, pabrik baja yang maju

could create cables of bundled wire to act as strong steel rope

mampu menciptakan gabungan kabel sebagai tali baja kuat

for large-scale construction.

untuk konstruksi berskala besar.

At the time, the Golden Gate Bridge

Pada saat itu, Jembatan Golden Gate

was the longest and tallest suspension bridge ever attempted,

adalah jembatan gantung terpanjang dan tertinggi yang pernah dikerjakan

and its design was only possible due to these innovations.

dan desainnya hanya mungkin dikerjakan berkat inovasi ini.

But cables and towers of this size could only be built at large steelworks

Tapi, kabel dan menara sebesar ini hanya bisa dibuat di pabrik baja besar

on the country’s east coast.

di wilayah pesisir timur.

While the recently completed Panama Canal

Sementara Terusan Panama yang baru selesai

made it possible to ship these components to California,

membantu melancarkan proses pengiriman komponen ke California,

reassembling the towers on site didn’t go quite as smoothly.

menyusun kembali menara di lokasi tidaklah berjalan lancar.

It was relatively easy to find a stable, shallow foundation for the north tower.

Relatif mudah menemukan pondasi dangkal dan stabil untuk menara utara.

But building the south tower essentially required erecting

Tapi, pembangunan menara selatan perlu mendirikan

a ten-story building underwater.

pondasi setinggi 10 lantai di dalam air.

Since the strait’s depth prevented them drilling or digging the foundations,

Karena kedalaman selat menghalangi mereka untuk mengebor atau menggali pondasi,

bombs were dropped on the ocean floor, creating openings for pouring concrete.

bom dijatuhkan di dasar lautan, membuka celah untuk menuangkan beton.

A seawall was built to protect the site from powerful currents,

Tanggul penahan dibangun untuk melindungi lokasi dari arus kencang,

and workers operated in 20-minute shifts between tides.

dan juga para pekerja yang bekerja sif 20 menit selama gelombang pasang.

The towers had so many compartments that each worker carried a set of plans

Menara itu memiliki banyak kompartemen sehingga setiap pekerja memiliki rencana

to prevent getting lost.

agar mereka tidak tersesat.

And at one point, an earthquake rocked the south tower

Pada satu waktu, gempa mengguncang menara selatan

nearly 5 meters in each direction.

sehingga bergoyang hampir sejauh 5 meter ke setiap arah.

Strauss took worker safety very seriously, requiring hard hats at all times

Strauss sangat serius akan keselamatan para pekerja, mewajibkan memakai helm

and stretching a safety net below the towers.

dan membentangkan jaring keselamatan di bawah menara.

But not even these precautions could prevent

Tapi, tindakan pencegahan ini pun bahkan tidak bisa mencegah

an entire scaffolding platform from falling in 1937,

runtuhnya penyangga bangunan pada tahun 1937,

carrying ten workers to their deaths.

membawa sepuluh pekerja pada kematiannya.

Once the towers were complete, workers spun the cables in place,

Setelah menaranya selesai, para pekerja membentangkan kabel di tempatnya,

hung suspenders at 50-foot intervals, and laid down the concrete roadway.

menggantungkan tali dengan jarak 50 kaki, dan membuat jalan beton.

The bridge was finished, but there was still one more task ahead:

Jembatannya sudah jadi, tapi ada satu pekerjaan lagi:

painting it.

mewarnainya.

After production, the steel had been coated with a reddish paint primer

Setelah diproduksi, baja sudah dilapisi dengan cat primer kemerahan

it maintained throughout construction.

yang bertahan selama konstruksi.

But the Navy had been pushing hard

Tapi, angkatan laut bersikeras

to paint the bridge a tactical black and yellow.

agar mengecat jembatan dengan warna hitam dan kuning.

Consulting architect Irving Morrow actually thought the primer itself

Konsultan arsitek Irving Morrow sebenarnya berpikir bahwa warna primer

paired nicely with the strait’s natural backdrop— and he wasn’t alone.

cocok dengan pemandangan selat— dan dia tidak sendiri.

Citing numerous letters from locals,

Dengan mengutip banyaknya surat dari warga,

Morrow’s 30-page pitch to paint the bridge “international orange”

rencana Morrow sebanyak 30 halaman dengan warna “jingga internasional”

beat out the Navy’s plans.

mengalahkan rencana angkatan laut.

And today, this iconic color still complements

Saat ini, warna khas ini masih menyempurnakan

the strait’s blue water, green hills, and rolling fog.

warna biru selat, warna hijau tebing, dan kabut yang bergulir.