How much land does it take to power the world?

Translator: Aditya Darmasetiawan Reviewer: Bias Ayu

No matter how we make electricity, it takes up space.

Apa pun cara kita memproduksi listrik, akan memakan ruang.

Electricity from coal requires mines, and plants to burn it

Listrik dari batu bara butuh tambang, dan pembangkit untuk membakarnya

and convert the heat into electricity.

dan mengubah panasnya menjadi listrik.

Nuclear power takes uranium mines, facilities to refine the uranium,

Nuklir membutuhkan tambang uranium, fasilitas pemurnian uranium,

a reactor, and a place to store the spent fuel safely.

reaktor, dan tempat untuk menyimpan sisa bahan bakar secara aman.

Renewable energy needs wind turbines or solar panels.

Energi terbarukan membutuhkan turbin angin atau panel surya.

How much space depends on the power source.

Berapa luas ruang bergantung pada sumber yang digunakan.

Say you wanted to power a 10-watt light bulb with fossil fuels like coal.

Misalkan kamu menyalakan lampu 10 watt dengan bahan bakar batu bara.

Fossil fuels can produce up to 2,000 watts per square meter,

Bahan bakar fosil dapat memproduksi daya hingga 2.000 watt per meter persegi,

so it would only take a credit card-sized chunk of land to power the light bulb.

artinya hanya dibutuhkan lahan seluas kartu kredit agar lampu menyala.

With nuclear power, you might only need an area

Dengan nuklir, kamu mungkin hanya membutuhkan lahan

about the size of the palms of your hands.

seluas telapak tangan.

With solar power, you’d need at least 0.3 square meters of land—

Dengan tenaga matahari, kamu membutuhkan setidaknya 0,3 meter persegi—

twice the size of a cafeteria tray.

dua kali lipat luas nampan kantin.

Wind power would take roughly 7 square meters—

Tenaga angin membutuhkan kira-kira 7 meter persegi—

about half the size of a parking space— to power the bulb.

sekitar setengah luas tempat parkir mobil— untuk menyalakan lampu tersebut.

When you consider the space needed to power cities, countries,

Saat kamu mempertimbangkan kebutuhan ruang untuk melistriki kota, negara,

and the whole world, it adds up fast.

dan seluruh dunia, akan bertambah dengan cepat.

Today, the world uses 3 trillion watts of electricity.

Saat ini, dunia memakai listrik sebanyak 3 triliun watt.

To power the entire world with only fossil fuels,

Untuk melistriki seluruh dunia hanya dengan bahan bakar fosil,

you’d need at least about 1,200 square kilometers of space—

kamu membutuhkan setidaknya sekitar 1.200 kilometer persegi—

roughly the area of Grand Bahama island.

kira-kira seluas pulau Grand Bahama.

With nuclear energy, you’d need almost four times as much space at a minimum—

Dengan energi nuklir, kamu membutuhkan minimum empat kali lipat luasan tersebut—

roughly 4,000 square kilometers, a little less than the area of Delaware.

kira-kira 4.000 kilometer persegi, kurang sedikit dari luas area Delaware.

With solar, you’d need at least 95,000 square kilometers,

Dengan matahari, kamu membutuhkan setidaknya 95.000 kilometer persegi,

approximately the area of South Korea.

kira-kira seluas Korea Selatan.

With wind power, you’d need two million— about the area of Mexico.

Dengan tenaga angin, kamu membutuhkan dua juta—kira-kira seluas Meksiko.

For each power source, there’s variability in how much power

Untuk setiap jenis sumber tenaga, ada variasi berapa besar daya

it can generate per square meter,

yang bisa diproduksi per meter persegi,

but these numbers give us a general sense of the space needed.

tetapi angka ini memberikan perkiraan berapa ruang yang dibutuhkan.

Of course, building energy infrastructure in a desert, a rainforest, a town,

Tentu saja, membangun infrastruktur energi di padang pasir, hutan hujan, kota,

or even in the ocean are completely different prospects.

ataupun di lautan merupakan hal yang sangat berbeda.

And energy sources monopolize the space they occupy to very different extents.

Dan, sumber energi menggunakan area yang ditempati dengan konteks berbeda.

Take wind power.

Misalnya saja tenaga angin.

Wind turbines need to be spread out— sometimes half a kilometer apart—

Turbin angin perlu diberi jarak antara— terkadang berjarak setengah kilometer—

so that the turbulence from one turbine

sehingga turbulensi dari satu turbin

doesn’t reduce the efficiency of the others.

tidak mengurangi efisiensi turbin yang lain.

So, much of the land needed to generate wind power

Jadi, sebagian lahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan tenaga angin

is still available for other uses.

masih dapat digunakan untuk hal lain.

But the baseline amount of space still matters,

Tetapi acuan luasan yang dibutuhkan tetap penting,

because cities and other densely populated areas have high electricity demands,

karena kota dan area padat lainnya memiliki permintaan listrik yang tinggi,

and space near them is often limited.

dengan wilayah yang seringkali terbatas.

Our current power infrastructure works best

Infrastruktur yang ada saat ini bekerja optimal

when electricity is generated where and when it’s needed,

saat listrik diproduksi di tempat dan sewaktu ia dibutuhkan,

rather than being stored or sent across long distances.

daripada disimpan atau dikirim melewati jarak jauh.

Still, space demands are only part of the equation.

Akan tetapi, ruang hanyalah sebagian dari kebutuhan.

As of 2020, 2/3 of our electricity comes from fossil fuels.

Hingga 2020, 2/3 listrik kita datang dari bahan bakar fosil.

Every year, electricity generation is responsible for about 27%

Setiap tahun, produksi listrik berkontribusi terhadap 27%

of the more than 50 billion tons of greenhouse gases

dari 50 miliar ton gas rumah kaca

we add to the atmosphere,

yang kita tambahkan ke atmosfer,

accelerating climate change and all its harms.

mempercepat perubahan iklim dan segala bahaya yang ditimbulkannya.

So although fossil fuels require the least space of our existing technologies,

Sehingga walau saat ini bahan bakar fosil memakai ruang terkecil,

we can’t continue to rely on them.

kita tidak bisa terus bergantung pada mereka.

Cost is another consideration.

Harga adalah pertimbangan lainnya.

Nuclear plants don’t emit greenhouse gases and don’t require much space,

Pembangkit nuklir tidak menghasilkan gas rumah kaca dan kebutuhan lahan kecil,

but they’re way more expensive to build than solar panels or wind turbines,

tetapi jauh lebih mahal dari pada panel surya atau turbin angin,

and have waste to deal with.

beserta limbah yang harus dikelola.

Renewables have almost no marginal costs—

Energi terbarukan hampir tanpa biaya marginal—

unlike with plants powered by fossil fuels,

tidak seperti pembangkit dengan bahan bakar fosil,

you don’t need to keep purchasing fuel to generate electricity.

kamu tidak perlu membeli bahan bakar untuk memproduksi listrik.

But you do need lots of wind and sunlight,

Tetapi kamu membutuhkan banyak angin dan sinar matahari,

which are more available in some places than others.

yang lebih tersedia di beberapa tempat dibanding tempat lainnya.

No single approach will be the best option to power the entire world

Tak ada satu pilihan yang bisa menyokong kebutuhan seluruh dunia

while eliminating harmful greenhouse gas emissions.

sembari menghilangkan emisi gas rumah kaca yang berbahaya.

For some places, nuclear power might be the best option

Untuk beberapa tempat, tenaga nuklir jadi pilihan terbaik

for replacing fossil fuels.

untuk mengganti bahan bakar fosil.

Others, like the U.S., have the natural resources

Tempat lainnya, seperti AS, memiliki sumber daya alam cukup

to get most or all of their electricity from renewables.

untuk mendapatkan sebagian besar listrik dari energi terbarukan.

And across the board, we should be working to make our power sources better:

Secara keseluruhan, kita harus bekerja untuk membuat sumber listrik yang:

safer in the case of nuclear,

lebih aman untuk nuklir,

and easier to store and transport in the case of renewables.

dan lebih mudah untuk disimpan dan dikirim untuk energi terbarukan.