From enslavement to rebel gladiator: The life of Spartacus - Fiona Radford

Translator: Fitria Aida Marfuaty Reviewer: Ade Indarta

As the warrior slept,

Saat sang kesatria tidur,

a snake coiled around his face.

seekor ular melingkari wajahnya.

Instead of a threat, his wife saw an omen–

Alih-alih sebuah ancaman, istrinya melihat pertanda–

a fearsome power that would lead her husband to either glory or doom.

kekuatan menakutkan yang akan memimpin suaminya ke kemuliaan atau malapetaka.

For now, however, he was only a slave –

Tetapi untuk sekarang, dia hanyalah seorang budak–

one of millions taken from the territories

satu dari jutaan budak yang diambil dari wilayah

conquered by Rome to work the mines,

yang ditaklukkan Roma untuk bekerja di tambang,

till the fields,

menggarap ladang,

or fight for the crowd’s entertainment.

atau bertarung untuk hiburan orang banyak.

A nomadic Thracian from what is now Bulgaria,

Seorang nomaden suku Thracian dari Bulgaria sekarang,

he had served in the Roman Army but was imprisoned for desertion.

dia telah mengabdi pada Tentara Romawi tapi dipenjara karena pembelotan.

His name was Spartacus.

Namanya adalah Spartacus.

Spartacus had been brought to Capua by Batiatus, a lanista,

Spartacus dibawa ke Capua oleh Batiatus, seorang lanista,

or trainer of gladiators.

atau pelatih gladiator.

And life at the ludus, or gladiator school, was unforgiving.

Dan hidup di ludus, atau sekolah gladiator sangatlah keras.

New recruits were forced to swear an oath

Anggota baru dipaksa untuk bersumpah

“to be burned, to be bound, to be beaten, and to be killed by the sword,”

“Dibakar, diikat, dipukuli, dan dibunuh dengan pedang, ”

and to obey their master’s will without question.

dan mematuhi kehendak majikan mereka tanpa pertanyaan.

But even harsh discipline couldn’t break Spartacus’s spirit.

Tapi bahkan disiplin yang keras pun tidak bisa menghancurkan semangat Spartacus.

In 73 BCE, Spartacus led 73 other slaves

Pada 73 SM, Spartacus memimpin 73 budak lainnya

to seize knives and skewers from the kitchen and fight their way out,

untuk merampas pisau dan tusuk daging dari dapur dan bertarung untuk keluar,

hijacking a wagon of gladiator equipment along the way.

membajak gerobak peralatan gladiator di sepanjang jalan.

They were done fighting for others–

Mereka selesai bertarung untuk orang lain

now, they fought for their freedom.

sekarang, mereka bertarung untuk kemerdekaan mereka.

When the news reached Rome,

Saat kabar itu sampai di Roma,

the Senate was too busy with wars in Spain and the Pontic Empire

Senat terlalu sibuk dengan perang di Spanyol dan Kekaisaran Pontic

to worry about some unruly slaves.

untuk mengkhawatirkan beberapa budak yang tak patuh.

Unconcerned, praetor Claudius Glaber took an army of three thousand men

Tidak peduli, praetor Claudius Glaber membawa pasukan tiga ribu orang

to the rebel’s refuge at Mount Vesuvius,

ke pengungsian para pemberontak di Gunung Vesuvius,

and blocked off the only passage up the mountain.

dan memblokir satu-satunya jalan ke gunung.

All that remained was to wait and starve them out–

Yang tersisa hanyalah menunggu dan membuat mereka kelaparan–

or so he thought.

atau begitulah menurutnya.

In the dead of night,

Di tengah malam,

the rebels lowered themselves down the cliffside on ropes made from vines,

Para pemberontak turun melalui tebing menggunakan tali dari tanaman merambat,

and flanked Glaber’s unguarded camp.

dan mengapit kamp Glaber yang tidak dijaga.

Thus began the legend of Rome’s defiant gladiator.

Maka dimulailah legenda gladiator pemberontak Roma.

As news of the rebellion spread,

Saat berita pemberontakan menyebar,

its ranks swelled with escaped slaves,

jajarannya diisi dengan budak yang melarikan diri,

deserting soldiers, and hungry peasants.

tentara pembelot, dan petani yang lapar.

Many were untrained,

Banyak yang tidak terlatih,

but Spartacus’s clever tactics transformed them

tapi taktik pintar Spartacus mengubah mereka

into an effective guerrilla force.

menjadi kekuatan gerilya yang efektif.

A second Roman expedition led by praetor Varinius,

Sebuah ekspedisi Romawi kedua yang dipimpin oleh praetor Varinius,

was ambushed while the officer bathed.

disergap saat mereka mandi.

To elude the remaining Roman forces,

Untuk mengelak dari pasukan Romawi yang tersisa,

the rebels used their enemy’s corpses as decoy guards,

pemberontak menggunakan mayat musuh mereka sebagai penjaga umpan,

stealing Varinius’s own horse to aid their escape.

mencuri kuda Varinius sendiri untuk membantu pelarian mereka.

Thanks to his inspiring victories and policy of distributing spoils equally,

Berkat kemenangan yang menginspirasi dan kebijakan pembagian rampasan yang rata,

Spartacus continued attracting followers,

Spartacus terus menarik banyak pengikut,

and gained control of villages

dan menguasai desa-desa

where new weapons could be forged.

di mana senjata baru dapat ditempa.

The Romans soon realized they were no longer facing ragtag fugitives,

Bangsa Romawi segera menyadari mereka tak lagi menghadapi buronan tak teratur,

and in the spring of 72 BCE,

dan di musim semi 72 SM,

the Senate retaliated with the full force of two legions.

Senat membalas dengan kekuatan penuh dari dua legiun.

The rebels left victorious,

Grup pemberontaklah yang menang,

but many lives were lost in the battle,

tapi banyak nyawa terenggut di medan pertempuran,

including Spartacus’ lieutenant Crixus.

termasuk letnan Spartacus, Crixus.

To honor him, Spartacus held funeral games,

Untuk menghormatinya, Spartacus mengadakan permainan pemakaman,

forcing his Roman prisoners to play the role his fellow rebels had once endured.

memaksa tawanan Romawinya memainkan peran yang dulu dialami teman pemberontaknya.

By the end of 72 BCE,

Pada akhir 72 SM,

Spartacus’ army was a massive force of roughly 120,000 members.

Pasukan Spartacus adalah kekuatan besar dengan sekitar 120.000 anggota.

But those numbers proved difficult to manage.

Tapi jumlah tersebut terbukti susah diatur.

With the path to the Alps clear,

Dengan jalan ke Pegunungan Alpen yang aman,

Spartacus wanted to march beyond Rome’s borders,

Spartacus ingin bergerak di luar perbatasan Roma,

where his followers would be free.

di mana para pengikutnya akan bebas.

But his vast army had grown brash.

Namun pasukannya yang besar telah menjadi kurang ajar.

Many wanted to continue pillaging,

Banyak yang ingin terus menjarah,

while others dreamed of marching on Rome itself.

sementara yang lain bermimpi menyerang Roma.

In the end, the rebel army turned south–

Pada akhirnya, pasukan pemberontak berbelok ke selatan–

forgoing what would be their last chance at freedom.

meninggalkan kesempatan terakhir untuk bebas.

Meanwhile, Marcus Licinius Crassus had assumed control of the war.

Sementara itu, Marcus Licinius Crassus telah mengambil alih kendali perang.

As Rome’s wealthiest citizen,

Sebagai warga Roma paling kaya,

he pursued Spartacus with eight new legions,

dia mengejar Spartacus dengan delapan legiun baru,

eventually trapping the rebels in the toe of Italy.

pada akhirnya menjebak para pemberontak di bagian bawah Italia.

After failed attempts to build rafts,

Setelah usaha yang gagal membangun rakit,

and a stinging betrayal by local pirates,

dan pengkhianatan yang menusuk oleh bajak laut lokal,

the rebels made a desperate run to break through Crassus’s lines–

para pemberontak membuat usaha putus asa untuk menerobos barisan Crassus-

but it was no use.

tapi sia-sia.

Roman reinforcements were returning from the Pontic wars,

Bala bantuan Romawi kembali dari perang Pontic,

and the rebels’ ranks and spirits were broken.

dan jajaran dan semangat pemberontak sudah hancur.

In 71 BCE, they made their last stand.

Pada tahun 71 SM, mereka membuat pertahanan terakhir.

Spartacus nearly managed to reach Crassus before being cut down by centurions.

Spartacus hampir berhasil mencapai Crassus sebelum ditebas oleh perwira.

His army was destroyed,

Pasukannya dihancurkan,

and 6000 captives were crucified along the Appian Way–

dan 6000 tawanan disalib di sepanjang Jalan Appian–

a haunting demonstration of Roman authority.

demonstrasi yang tak terlupakan dari otoritas Romawi.

Crassus won the war,

Crassus memenangkan perang.

but it is not his legacy which echoes through the centuries.

tetapi bukan warisannya yang bergema selama berabad-abad.

Thousands of years later,

Ribuan tahun kemudian,

the name of the slave who made the world’s mightiest empire tremble

nama budak yang telah membuat kekaisaran terkuat di dunia gemetar

has become synonymous with freedom–

menjadi identik dengan kebebasan-

and the courage to fight for it.

dan keberanian untuk memperjuangkannya.