Ugly History: The El Mozote murders - Diana Sierra Becerra

Translator: Dewa Kresnanta Reviewer: aditya prayogi

In 1984, a group of radio broadcasters and operators

Pada 1984, sekelompok operator dan penyiar radio

walked into the abandoned village of El Mozote in El Salvador.

berjalan ke desa terlantar El Mozote di El Salvador.

Fireflies illuminated the remnants of a massacre

Kunang-kunang menerangi sisa-sisa pembantaian

that had taken place three years earlier.

yang terjadi tiga tahun sebelumnya.

Led by Colonel Domingo Monterrosa,

Dipimpin oleh Kolonel Domingo Monterrosa,

government soldiers had tortured, raped, and murdered 978 people,

tentara pemerintah menyiksa, memperkosa, dan membunuh 978 orang,

including 553 children.

termasuk 553 anak-anak.

The youngest victim, Concepción Sánchez, was just three days old.

Korban termuda, Concepción Sánchez, baru berusia tiga hari.

Both the US and Salvadoran governments denied the massacre had taken place,

Baik pemerintah AS dan Salvador membantah pembantaian itu,

and the slaughter left few people alive to tell their story.

dan pembantaian itu meninggalkan kisah bagi mereka yang selamat.

But with the help of Radio Venceremos, one of those survivors, Rufina Amaya,

Namun dengan bantuan Radio Venceremos, salah satu korban selamat, Rufina Amaya,

shared her testimony—

membagikan kesaksiannya—

exposing both Monterrosa and the governments funding his crimes.

mengungkap Monterrosa dan pemerintah yang mendanai kejahatannya.

This massacre was one in a long line of atrocities

Pembantaian ini adalah salah satu dari serangkaian kekejaman

committed against El Salvador’s farmers.

terhadap petani El Salvador.

Since the 1800s, a handful of oligarchs

Sejak 1800-an, segelintir oligarki

had controlled nearly all the country’s land,

telah menguasai hampir semua tanah negara,

forcing laborers to work for almost nothing.

memaksa buruh untuk bekerja hampir tanpa bayaran.

In 1932, Indigenous farm workers led an insurrection,

Pada tahun 1932, pekerja pertanian pribumi memimpin pemberontakan,

but the dictatorial government responded by committing genocide

tetapi pemerintah diktator menanggapi dengan melakukan genosida

against these communities.

terhadap komunitas ini.

From then on, one military dictatorship after another ruled the country

Sejak saat itu, satu demi satu kediktatoran militer memerintah negara itu

in concert with wealthy landowners.

bersama para pemilik tanah yang kaya.

Their power only grew in the 1960s,

Kekuasaan mereka baru tumbuh pada tahun 1960-an,

when the United States began supplying the regime with military aid.

ketika Amerika Serikat mulai memasok rezim dengan bantuan militer.

The US wanted to stop the spread of reformist and revolutionary movements,

AS ingin menghentikan penyebaran gerakan reformis dan revolusioner,

which they saw as threats to capitalism.

yang mereka lihat sebagai ancaman kapitalisme.

So they spent huge sums of money training Salvadoran soldiers and “death squads”—

Jadi dana digunakan untuk melatih tentara El Salvador dan “pasukan kematian”—

fascist military units versed in brutal counter-insurgency methods.

unit militer fasis berpengalaman dalam metode kontra-pemberontakan brutal.

Throughout the 1970s, these forces slaughtered farmers

Sepanjang tahun 1970-an, kekuatan-kekuatan ini membantai para petani

who organized to demand basic rights,

yang terorganisir untuk menuntut hak-hak dasar,

such as living wages, food, and clean water.

seperti upah hidup, makanan, dan air bersih.

Finally, in 1980, farmers and urban workers formed

Akhirnya, pada tahun 1980, para petani dan pekerja perkotaan membentuk

the Farabundo Martí National Liberation Front.

Front Pembebasan Nasional Farabundo Martí.

This coalition of guerrilla groups fought to overthrow the dictatorship

Koalisi kelompok gerilya ini berjuang untuk menggulingkan kediktatoran

and build a socialist society that met the needs of laborers.

dan membangun masyarakat sosialis yang memenuhi kebutuhan buruh.

These revolutionaries were attacked from every direction.

Kaum revolusioner ini diserang dari segala arah.

Colonel Monterrosa led a special battalion intent on destroying the FMLN,

Kolonel Monterrosa memimpin batalion khusus untuk menghancurkan FMLN,

using tactics he’d learned at an American military school.

menggunakan taktik yang ia pelajari di sekolah militer Amerika.

State forces terrorized farmers to stop them

Pasukan meneror petani untuk menghentikan mereka

from joining or aiding the guerrillas.

bergabung atau membantu gerilyawan.

But one group of rebels would not be silenced:

Tapi satu kelompok pemberontak tidak akan dibungkam:

the operators of Radio Venceremos.

operator Radio Venceremos.

This clandestine guerrilla radio began in 1981,

Radio gerilya klandestin ini dimulai pada tahun 1981,

and its broadcasters Santiago and Mariposa became the voice of the revolution.

dan penyiarnya, Santiago dan Mariposa, menjadi suara revolusi.

They transmitted news from the front lines

Mereka mengirimkan berita dari garis depan

and reported military abuses that no other source covered.

dan melaporkan pelanggaran militer yang tak diliput sumber lain.

The station’s politics and popularity made it a high-profile target.

Politik dan popularitas stasiun tersebut menjadikannya target tertinggi.

And because they operated in a relatively small area,

Dan karena mereka beroperasi di daerah yang relatif kecil,

its broadcasters had to move constantly to evade capture.

penyiarnya harus bergerak terus-menerus untuk menghindari penangkapan.

To communicate undetected, the group modified two radios into telephones,

Untuk berkomunikasi tanpa terdeteksi, grup memodifikasi dua radio menjadi telepon,

linked together through kilometers of barbed wire covering the countryside.

terhubung melalui kilometer kawat berduri yang menutupi pedesaan.

This secret telephone line helped the rebels

Saluran telepon rahasia ini membantu pemberontak

stay one step ahead of their pursuers.

tetap selangkah lebih maju dari para pengejarnya.

In addition to reporting news,

Selain pemberitaan,

the radio broadcast educational programs in areas under guerrilla control.

radio menyiarkan program pendidikan di daerah-daerah di bawah kendali gerilya.

Here, farmers organized democratic councils to govern themselves,

Di sini, petani membentuk dewan demokrasi untuk mengatur diri mereka,

alongside cooperatives, schools, and medical clinics.

bersama koperasi, sekolah, dan klinik kesehatan.

Organizers also encouraged civilian women to participate in these councils

Kelompok ini juga mendorong perempuan sipil untuk berpartisipasi dalam dewan

to ensure the revolution overthrew both capitalism and patriarchy.

untuk memastikan revolusi menggulingkan kapitalisme dan patriarki.

Women made up roughly a third of the guerrillas,

Perempuan sekitar sepertiga dari gerilyawan,

working in a huge variety of roles.

bekerja dalam berbagai macam peran.

Colonel Monterrosa was obsessed with destroying Radio Venceremos.

Kolonel Monterrosa terobsesi untuk menghancurkan Radio Venceremos.

In October 1984,

Pada Oktober 1984,

government soldiers finally captured their radio transmitter.

tentara pemerintah akhirnya menangkap pemancar radio mereka.

Monterrosa himself went to retrieve the equipment

Monterrosa sendiri pergi untuk mengambil peralatan

and held a theatrical press conference celebrating

dan mengadakan konferensi pers teatrikal untuk merayakan

his “decisive blow to the subversives.”

“pukulan bagi para subversif.”

But in reality, the radio team had outsmarted him once again.

Namun pada kenyataannya, tim radio telah mengakalinya sekali lagi.

The transmitter was boobytrapped.

Pemancar itu dijebak.

Once Monterrosa’s helicopter left the press conference,

Setelah helikopter Monterrosa meninggalkan konferensi pers,

radio members detonated the device over El Mozote,

anggota radio meledakkan perangkat di atas El Mozote,

killing the colonel near the village he had massacred.

membunuh kolonel di dekat desa yang dibantainya.

Monterrosa’s death was one victory in a much larger conflict.

Kematian Monterrosa adalah salah satu kemenangan dalam konflik yang lebih besar.

The civil war raged on for 8 more years before concluding in 1992,

Perang saudara berlangsung selama 8 tahun lagi sebelum berakhir pada tahun 1992,

when peace accords dissolved the oppressive National Guard

ketika perjanjian damai membubarkan Garda Nasional yang menindas

and allowed the FMLN to become an electoral party.

dan memungkinkan FMLN menjadi partai elektoral.

But these accords didn’t address problems of deep, structural inequality.

Namun, kesepakatan ini tidak mengatasi masalah mendalam ketimpangan struktural.

In 1993, the UN Truth Commission

Pada tahun 1993, Komisi Kebenaran PBB

reported that over 75,000 people died during the war.

melaporkan bahwa lebih dari 75.000 orang meninggal selama perang.

Yet the Salvadoran legislature prevented the prosecution of war crimes

Namun, legislatif Salvador mencegah penuntutan kejahatan perang

and continues to obstruct justice to this day.

dan terus menghalangi keadilan sampai hari ini.

As of 2021, no participating American officials have been put on trial,

Pada tahun 2021, tidak ada pejabat Amerika yang diadili,

and only one individual from the Salvadoran government

dan hanya satu orang dari pemerintah Salvador

has been sentenced for war crimes.

yang dihukum karena kejahatan perang.

Historical erasure exists in the US as well,

Penghapusan sejarah juga ada di AS,

where these and other stories of US intervention in Central America

di mana kisah-kisah ini dan intervensi AS lainnya di Amerika Tengah

are rarely taught in public schools.

jarang diajarkan di sekolah-sekolah umum.

But the victims refuse to be forgotten.

Namun para korban menolak untuk dilupakan.

Rufina Amaya continued to share her testimony until her death in 2007.

Rufina Amaya terus membagikan kesaksiannya hingga kematiannya pada 2007.

And survivors of other massacres still organize to denounce state violence.

Dan penyintas pembantaian lainnya masih bergabung untuk mengecam kekerasan negara.

They map old massacre sites, exhume and bury loved ones,

Mereka memetakan situs pembantaian lama, menggali dan mengubur orang yang dicintai,

and build sanctuaries and museums,

dan membangun tempat-tempat suci dan museum,

all in the hope of pollinating a more just future.

semua dengan harapan membuat masa depan yang lebih adil.