Can you guess what's wrong with these paintings? - Noah Charney

Translator: Risti Indriyani Reviewer: Reno Kanti Riananda

These paintings are in peril.

Lukisan ini terancam bahaya.

All three have been defaced,

Ketiganya telah dirusak,

some in ways that are almost impossible to see with the naked eye.

dengan cara-cara yang tak mungkin dapat dilihat oleh mata telanjang.

Can you guess how they've been altered?

Apakah kalian bisa menebak apa yang diubah?

You might be surprised.

Kalian mungkin akan terkejut.

When a museum curator inspected this portrait,

Ketika kurator museum memeriksa lukisan ini,

attributed to the 16th century Italian painter Bronzino,

yang merupakan karya pelukis Italia abad ke-16, Bronzino,

they suspected it was a modern fake.

mereka curiga itu adalah hasil pemalsuan zaman modern.

However, closely examining the cracks on its surface,

Namun, saat memeriksa lebih cermat retakan pada permukaannya,

an art conservator discovered that it was from that era—

seorang konservator seni menemukan lukisan itu berasal dari era yang sama,

It had just undergone drastic changes in recent centuries.

tetapi telah mengalami perubahan drastis dalam beberapa abad terakhir.

Using x-ray technology, they peered under the outer surface of paint

Dibantu teknologi sinar-x, mereka melihat bagian bawah cat lukisan terluar

and saw the countenance of a completely different woman.

dan melihat wajah dari seorang wanita yang sangat berbeda.

Essential parts of the painting had been modified

Bagian penting dari lukisan telah dimodifikasi

during a 19th century restoration.

pada restorasi di abad ke-19.

Prior to the mid-20th century,

Sebelum pertengahan abad ke-20,

art restorers took a more heavy-handed approach,

pemulih lukisan menggunakan pendekatan yang semena-mena,

often believing they were improving art.

kerap meyakini bahwa mereka memperbaiki karya seni tersebut.

Nowadays, they focus on keeping the original work intact

Saat ini, mereka fokus menjaga karya aslinya

with minimal intervention.

dengan intervensi minimal.

When they need to fix something up,

Ketika lukisan ingin diperbaiki,

they usually make their markings visually and chemically distinct from the original,

biasanya mereka akan menandai perubahan yang jelas secara visual maupun kimia,

so they can be harmlessly removed.

agar dapat dihapus dengan aman.

But the work of past restorers is a threat they regularly contend with—

Namun, karya pemulih terdahulu merupakan ancaman yang kerap mereka hadapi—

as was the case with this portrait.

seperti pada kasus lukisan ini.

To recover the original,

Untuk memperbaiki yang asli,

the conservator began removing the outer varnish coat.

para konservator akan menghilangkan lapisan pernis terluar.

Varnish is commonly used to protect paintings from debris

Pernis berfungsi sebagai pelindung lukisan dari serpihan

and make their colors pop.

dan membuat warnanya mencolok

But the natural varnishes past restorers applied eventually darkened,

Namun, warna pernis alami dari pemulih terdahulu akhirnya akan menggelap.

which is what gives older paintings that aged, yellowy look.

Itulah yang memberi lukisan tua kesan menguning dimakan usia.

Slowly dissolving the varnish,

Dengan melarutkan pernis sedikit demi sedikit,

the conservator uncovered crisp colors below.

konservator menemukan warna cerah di lapisan bawah.

Taking small samples from the added and original paint layers,

Melalui sampel cat tambahan dan cat yang asli,

they analyzed the compositions of each.

mereka lalu menganalisis setiap komposisinya.

Then, they decided which solvents could dissolve the overpainting

Kemudian, mereka menentukan larutan mana yang dapat melunturkan cat yang berlebih

while minimally affecting the original.

tanpa membuat karya aslinya berubah.

Carefully dabbing the canvas with them,

Perlahan menepukkan larutan ke atas kanvas,

they removed the overpainting’s dainty hands and idealized face.

mereka menghapus bagian tertentu, yaitu tangan mungil dan wajah ideal.

The true painting underneath revealed Isabella of the Italian Medici dynasty.

Lukisan asli di bawahnya adalah Isabella dari dinasti Medici Italia.

The portrait isn’t Bronzino’s,

Lukisan itu bukan karya Bronzino,

but it is from around 1570, and may have been painted

tetapi memang dari sekitar tahun 1570, dan mungkin merupakan karya

by one of his students.

dari salah satu muridnya.

Its Victorian makeover was likely done to boost sales

Perubahan ala Victoria ini mungkin dilakukan untuk meningkatkan penjualan

because the original subject wasn’t considered attractive.

karena subjek aslinya dianggap tidak menarik.

But now, Isabella is back, meeting her viewer’s gaze directly.

Sekarang Isabella telah kembali, berhadapan langsung dengan penggemarnya.

This painting, “An Allegory with Venus and Cupid,”

Lukisan ini adalah ”An Allegory with Venus and Cupid,”

is actually Bronzino’s, and it was completed around 1545.

merupakan karya Bronzino, dan telah rampung sekitar tahun 1545.

It centers on a kiss between Venus and her son Cupid–

Inti lukisannya adalah ciuman antara Venus dan anak laki-lakinya, Cupid–

but it’s been subtly altered.

tetapi telah diubah sedikit.

When London’s National Gallery acquired it in 1860,

Ketika Galeri Nasional London mengakuisisinya pada tahun 1860,

the Gallery’s director deemed it too risqué for Victorian England.

direktur Galeri menganggapnya terlalu vulgar untuk era Victoria Inggris.

So, he commissioned a restorer to obscure Venus’s tongue and nipple.

Jadi, dia meminta pemulih untuk menyensor Lidah dan puting Venus.

A century after this modification,

Seabad setelah modifikasi,

art conservators analyzed and removed the overpainting with select solvents.

konservator menganalisis dan menghapus bagian tertentu dengan pelarut pilihan.

In the process, they also realized that the veil covering Venus’s crotch

Dalam prosesnya, mereka menyadari bahwa kain penutup selangkangan Venus

and the branch hiding Cupid’s posterior were other add-ons.

dan cabang yang menutupi bagian belakang Cupid adalah tambahan.

Removing two layers of censorship from the painting,

Setelah menghapus dua bagian sensor dari lukisan tersebut,

it was finally free to boast its provocative original details.

detail lukisan asli yang provokatif akhirnya bebas untuk dibicarakan.

This massive painting called “The Night Watch”

Lukisan besar yang disebut “The Night Watch” ini

was completed by Rembrandt in 1642.

diselesaikan oleh Rembrandt pada tahun 1642.

Since then, it’s endured one dramatic amputation, two stabbings,

Sejak itu, lukisan ini telah mengalami sebuah amputasi dramatis, dua penusukan,

an acid attack, and centuries of grime.

serangan asam, dan penumpukan kotoran selama berabad-abad.

A museum guard immediately neutralized the acid with water.

Penjaga museum segera menetralkan cairan asamnya dengan air.

Restorers lifted the grime,

Para pemulih membersihkan nodanya,

revealing that the painting was not set at night,

mengungkap bahwa latar lukisan bukanlah malam hari,

and healed the slashes using adhesive and extra canvas backing.

dan memperbaiki goresan dengan perekat dan tambahan kanvas.

But they faced an even trickier problem.

Namun, ada masalah yang lebih rumit.

In 1715, strips were removed from all sides of the canvas,

Di tahun 1715, bagian dari sisi kanvas dihilangkan,

including two whole feet from the left, to fit it inside Amsterdam’s Town Hall.

termasuk dua kaki utuh di sebelah kiri, agar muat di Balai Kota Amsterdam.

They've been lost ever since.

Bagian itu dihilangkan saat itu juga.

But a multi-year conservation project

Proyek konservasi selama beberapa tahun

that began in 2019 replaced the missing pieces.

yang dimulai pada tahun 2019 mengganti bagian yang hilang.

They managed this by training an artificial intelligence

Mereka melakukannya dengan cara melatih kecerdasan buatan

to digitally paint in Rembrandt’s style.

untuk melukis secara digital dengan gaya Rembrandt.

Then, using another artist’s rendering of the original,

Kemudian, menggunakan arsiran seniman lain atas karya yang asli

the program recreated and printed the painting’s lost sections.

program ini menciptakan kembali dan mencetak bagian yang hilang.

Finally, the team returned “The Night Watch” to its full size,

Akhirnya “The Night Watch” hadir kembali dalam ukuran sesungguhnya,

with AI-generated best guesses to fill in the blanks.

dibantu oleh teknologi AI penebak gambar terbaik untuk mengisi bagian yang kosong.

All of these paintings had been altered, but none of them were irrevocably ruined.

Ketiga lukisan ini telah diubah, tetapi semuanya dapat dipulihkan kembali.

With painstaking scientific analysis and technical skill,

Dengan analisis saintifik dan keterampilan teknis yang saksama,

art conservators immortalize priceless artifacts.

para konservator seni mengawetkan artefak berharga.

They counteract sudden damage and creeping threats—

Mereka melawan kerusakan yang muncul dan ancaman lainnya—

and sometimes, they perform near miracles.

hampir seperti keajaiban.

This video was made possible with support from Marriott Hotels.

Video ini hadir berkat dukungan Hotel Marriott.

With over 590 hotels and resorts across the globe,

Dengan lebih dari 590 hotel dan penginapan di seluruh dunia.

Marriott Hotels celebrates the curiosity that propels us to travel.

Hotel Marriott merayakan keingintahuan yang mendorong untuk bereksplorasi.

Check out some of the exciting ways TED-Ed and Marriott are working together

Kalian bisa lihat kolaborasi menarik lainnya dari TED-Ed dan Marriott

and book your next journey at Marriott Hotels.

dan pesan liburan kalian selanjutnya di hotel Marriott.