Why should you read “The Joy Luck Club” by Amy Tan? - Sheila Marie Orfano

Translator: Reno Kanti Riananda Reviewer: Elda Indria Sari

In her Auntie An-mei’s home,

Di rumah Bibi An-mei,

Jing-Mei reluctantly takes her seat

Jing-Mei dengan enggan menduduki kursinya

at the eastern corner of the mahjong table.

di sisi timur meja mahyong.

At the north, south, and west corners are her aunties,

Sisi utara, selatan, dan barat ditempati para bibinya,

long-time members of the Joy Luck Club.

anggota lama Joy Luck Club.

This group of immigrant families comes together weekly to trade gossip,

Kelompok keluarga imigran ini bertemu setiap minggu untuk bertukar gosip,

feast on wonton and sweet chaswei, and play mahjong.

menyantap wonton dan chaswei manis, serta bermain mahyong.

However, the club’s founder, Jing-Mei’s mother Suyuan, has recently passed away.

Namun, pendiri klub ini, Suyuan yang juga ibunda Jing-Mei, baru saja wafat.

At first, Jing-Mei struggles to fill her place at the table.

Awalnya, Jing-Mei berjuang untuk menggantikan tempat ibunya di meja.

But when her aunties reveal a deeply buried secret about Suyuan’s life,

Namun ketika para bibi mengungkap rahasia besar tentang ibunya,

Jing-Mei realizes she still has a lot to learn about her mother, and herself.

Jing-Mei sadar masih banyak yang perlu diketahui tentang ibu dan dirinya sendiri.

In Amy Tan’s 1989 debut novel, "The Joy Luck Club,"

Dalam novel perdana Amy Tan keluaran tahun 1989, "The Joy Luck Club,"

this gathering at the mahjong table is the point of departure

pertemuan di meja mahyong ini merupakan titik awal

for a series of interconnected vignettes.

dari serangkaian peristiwa yang saling berhubungan.

The book itself is loosely structured to imitate the format of the Chinese game.

Novel itu disusun menyerupai pola permainan asal Cina tersebut.

Just as mahjong is played over four rounds with at least four hands each,

Seperti mahyong yang dimainkan dalam empat putaran dan minimal empat pemain,

the book is divided into four parts, each with four chapters.

novel ini terbagi dalam empat bagian, masing-masing berisi empat bab.

Alternately set in China or San Francisco,

Dengan pergantian latar antara Cina dan San Fransisco,

each chapter narrates a single story from one of the four matriarchs

tiap bab menceritakan kisah salah satu dari keempat wanita

of the Joy Luck Club or their American-born daughters.

anggota Joy Luck Club dan putri mereka yang terlahir di Amerika.

These stories take the reader through war zones

Kisah-kisah ini membawa pembaca melewati medan perang,

and villages of rural China, and into modern marriages

pedesaan di Cina, serta pernikahan modern

and tense gatherings around the dinner table.

dan acara makan malam yang menegangkan.

They touch upon themes of survival and loss, love and the lack of it,

Kisahnya bertemakan perjuangan hidup, kehilangan, cinta dan kekurangannya,

ambitions and their unsatisfied reality.

ambisi juga kenyataan pahit.

In one, Auntie Lin plots an escape from the hostile family

Seperti Bibi Lin yang berencana kabur dari perseteruan keluarga laki-laki

of her promised husband,

yang dijodohkan dengannya,

ultimately leading to her arrival in America.

sehingga dia akhirnya menginjakkan kaki di Amerika.

In another, the Hsu family’s all-American day at the beach turns dire

Di kisah lain, liburan pantai ala Amerika keluarga Hsu berubah mengerikan

when Rose is overwhelmed by the responsibility her mother assigns to her.

saat Rose kewalahan dengan tugas yang diberikan oleh ibunya.

The resulting tragedy traumatizes the family for years to come.

Tragedi yang terjadi menghantui keluarga itu bertahun-tahun lamanya.

These tales illustrate the common divides that can form

Kisah-kisah ini menggambarkan perselisihan yang mungkin timbul

between generations and cultures, especially in immigrant families.

antar generasi dan kebudayaan, terutama dalam keluarga imigran.

The mothers have all experienced great hardships during their lives in China,

Para ibu merasakan masa-masa sulit selama hidup mereka di Cina,

and they’ve worked tirelessly to give their children

dan mereka bekerja tanpa lelah untuk memberi anak-anak mereka

better opportunities in America.

hidup yang lebih baik di Amerika.

But their daughters feel weighed down by their parent’s unfulfilled hopes

Namun putri mereka merasa terbebani mimpi tak kesampaian

and high expectations.

dan harapan tinggi orang tuanya.

Jing-Mei feels this pressure as she plays mahjong with her mother’s friends.

Jing-Mei merasakannya saat bermain mahyong dengan teman-teman ibunya.

She worries, “In me, they see their own daughters, just as ignorant,

Pikirnya, "Mereka menganggapku sama bebalnya dengan putri mereka,

just as unmindful of all the truths and hopes they have brought to America.”

sama acuhnya terhadap seluruh prinsip dan harapan yang mereka bawa ke Amerika."

Time and again,

Berulang kali,

the mothers strive to remind their daughters of their history and heritage.

para ibu berusaha mengingatkan putrinya tentang sejarah dan warisan mereka.

Meanwhile, their daughters struggle to reconcile

Sementara putri mereka berjuang untuk menyesuaikan

their mothers’ perception of them with who they really are.

persepsi para ibu tentang mereka dengan siapa mereka sesungguhnya.

"Does my daughter know me?" some of the stories ask.

"Apakah putriku mengenaliku?" tanya beberapa kisah.

"Why doesn’t my mother understand?" others respond.

"Kenapa ibuku tidak mengerti?" jawab yang lain.

In her interrogation of these questions,

Melalui pertanyaan-pertanyaan ini,

Tan speaks to anxieties that plague many immigrants,

Tan menyuarakan kegelisahan yang melanda kaum imigran,

who often feel both alienated from their homeland

yang kerap merasa terasingkan baik di negara asal

and disconnected from their adopted country.

maupun di negara yang mereka tinggali.

But by weaving the tales of these four mothers and daughters together,

Namun dengan merangkai kisah empat ibu dan anak ini,

Tan makes it clear that Jing-Mei

Tan menggambarkan dengan tegas bahwa Jing-Mei

and her peers find strength to tackle their present-day problems

dan teman sebayanya menemukan kekuatan untuk mengatasi masalah

through the values their mothers passed on to them.

melalui nilai-nilai yang diwariskan oleh ibu mereka.

When "The Joy Luck Club" was first published,

Saat "The Joy Luck Club" terbit pertama kali,

Tan expected minimal success.

Tan tidak berharap terlalu banyak.

But against her predictions, the book was a massive critical

Namun di luar dugaan, novelnya meraih pencapaian besar

and commercial achievement.

baik dari kritikus maupun komersial.

Today, these characters still captivate readers worldwide.

Saat ini, tokoh-tokohnya masih memikat hati para pembaca di seluruh dunia.

Not only for the way they speak to Chinese American

Tak hanya karena relevansinya dengan warga Cina Amerika

and immigrant experiences,

dan pengalaman kaum imigran,

but also for uncovering a deeper truth:

tetapi juga pengungkapan kebenaran yang terdalam:

the need to be seen and understood by the ones you love.

hasrat untuk dihargai dan dimengerti oleh orang-orang yang kau cintai.