Ugly History: The Khmer Rouge murders - Timothy Williams

Translator: Faradila Zuchrina Reviewer: Made Pramana

From 1975 to 1979, the Communist Party of Kampuchea

Sejak tahun 1975 hingga 1979, Partai Komunis Kamboja

ruled Cambodia with an iron fist,

memerintah Kamboja dengan tangan besi,

perpetrating genocide that killed one fourth of the country’s population.

melakukan genosida yang membunuh seperempat populasi negeri.

Roughly 1 million Cambodians were executed

Sekitar satu juta orang Kamboja dieksekusi

as suspected political enemies or due to their ethnicities.

karena dicurigai sebagai musuh politik atau karena suku bangsa mereka.

The regime targeted Muslim Cham, Vietnamese, Chinese,

Target rezim tersebut adalah Muslim Cham,

orang Vietnam, Cina, Thailand, dan orang Laos.

Thai, and Laotian individuals.

Outside these executions,

Di luar dari eksekusi tersebut,

one million more Cambodians died of starvation, disease,

satu juta warga Kamboja mati karena kelaparan, penyakit,

or exhaustion from overwork.

atau kelelahan akibat kerja berlebih.

This genocidal regime rose to power amidst decades of political turmoil.

Rezim genosida ini mulai menguat di tengah kekacauan politik puluhan tahun.

Following World War II, Cambodia’s monarch, Prince Norodom Sihanouk,

Setelah Perang Dunia II, raja Kamboja, Pangeran Norodom Sihanouk,

successfully negotiated the country’s independence after roughly 90 years

berhasil menegosiasikan kemerdekaan negara

setelah sekitar 90 tahun dikuasai kolonial Perancis.

of French colonial rule.

But Sihanouk’s strict policies provoked friction with many citizens.

Namun, kebijakan ketat Sihanouk memunculkan gesekan dengan banyak warga.

Especially militant communist rebels, who had long opposed the French

Terutama para pemberontak komunis militan, yang telah lama melawan Perancis

and now turned their attention to overthrowing the prince.

dan mulai mengalihkan perhatiannya untuk menggulingkan pangeran.

This unstable situation was further complicated

Situasi yang tidak stabil ini semakin rumit

by a war raging outside Cambodia’s borders.

dengan adanya perang yang berkecamuk di luar perbatasan Kamboja.

In Vietnam, millions of American troops were supporting

Di Vietnam, jutaan tentara Amerika mendukung

the non-communist south against the communist north.

pihak non-komunis di selatan yang melawan pihak komunis di utara.

While the US petitioned for Cambodia’s support,

Sementara AS mengajukan petisi untuk meminta dukungan Kamboja,

Prince Sihanouk tried to stay neutral.

Pangeran Sihanouk mencoba tetap netral.

But in 1970, he was overthrown by his prime minister

Namun, pada tahun 1970, ia digulingkan oleh perdana menterinya

who allowed American troops to bomb regions of Cambodia

yang mengizinkan pasukan Amerika mengebom wilayah Kamboja

in their efforts to target North Vietnamese fighters.

dalam upaya mereka untuk menyerang pejuang Vietnam Utara.

These attacks killed thousands of Cambodian civilians.

Serangan ini membunuh ribuan warga sipil Kamboja.

To regain power after being overthrown,

Untuk mengembalikan kekuatannya setelah digulingkan,

the prince allied with his political enemies.

sang pangeran bekerja sama dengan musuh politiknya.

The Communist Party of Kampuchea, also known as the Khmer Rouge,

Partai Komunis Kamboja, dikenal juga sebagai Khmer Merah,

was led by Cambodians who dreamed of making their nation

dipimpin oleh orang-orang Kamboja yang memimpikan negara mereka

a classless society of rice farmers.

menjadi masyarakat petani tanpa kelas sosial.

They opposed capitalist Western imperialism

Mereka menentang imperialisme kapitalis Barat

and sought to lead the country to self-sufficiency.

dan berusaha untuk memimpin negara menuju swasembada.

But to the public, they mostly represented a force

Namun, bagi publik, mereka umumnya mewakili kekuatan

fighting the pro-American government.

yang melawan pemerintahan pro-Amerika.

Angered by destructive American bombing

Kemarahan akan pengeboman Amerika yang merusak

and encouraged by the prince’s call to arms,

dan dorongan pangeran yang memanggil untuk berperang

many Cambodians joined the Khmer Rouge.

menyebabkan banyak warga Kamboja yang masuk Khmer Merah.

Eventually, a full blown civil war erupted.

Pada akhirnya, perang sipil pun meletus.

Over five years of fighting,

Lebih dari lima tahun berperang,

more than half a million Cambodians died in this brutal conflict.

lebih dari setengah juta warga Kamboja mati pada konflik yang brutal ini.

But the violence didn’t end

Namun, kekerasan tidak berakhir

when the rebels conquered Phnom Penh in April 1975.

saat para pemberontak menguasai Phnom Penh pada April 1975.

Upon taking the capital,

Setelah mengambil alih ibu kota,

the Khmer Rouge executed anyone associated with the previous government.

Khmer Merah mengeksekusi siapa pun yang berkaitan dengan pemerintahan sebelumnya.

Prince Sihanouk remained stripped of power and was put under house arrest,

Pangeran Sihanouk tetap kehilangan kekuasaan dan menjadi tahanan rumah,

and the Khmer Rouge began evacuating city residents to the countryside.

dan Khmer Merah mulai mengungsikan penduduk kota ke pedesaan.

Those who couldn't make the trip by foot were abandoned,

Orang yang tidak bisa berjalan kaki ditinggalkan,

separating countless families.

memisahkan keluarga tak terhitung.

In this new regime, every citizen was stripped of their belongings

Di rezim baru ini, tiap warga dirampas kepemilikannya

and given the same clothes and haircut.

serta diberikan baju dan potongan rambut yang sama.

Private property, money, and religion were outlawed.

Barang pribadi, uang, dan agama dilarang.

The new agricultural workforce was expected to produce

Tenaga kerja pertanian baru diharapkan memproduksi

impossible amounts of rice,

jumlah beras yang tak terhingga,

and local leaders would be killed if they couldn’t fulfill quotas.

dan pemimpin lokal akan dibunuh jika tidak bisa memenuhi kuota.

Many prioritized their orders to the capital above feeding workers.

Banyak yang memprioritaskan pesanannya untuk ibu kota di atas beri makan pekerja.

Underfed, overworked, and suffering from malaria and malnutrition,

Karena kurang makan, kerja berlebih, serta menderita malaria dan malnutrisi,

thousands perished.

ribuan tewas.

The Khmer Rouge members enforcing the system were no safer.

Anggota Khmer Merah yang menegakkan sistem juga tidak lebih aman.

When their plan failed to produce rice at the expected rates,

Saat rencana mereka gagal memproduksi beras sesuai target,

Khmer Rouge leadership became paranoid.

kepemimpinan Khmer Merah menjadi paranoid.

They believed that internal enemies were trying to sabotage the revolution,

Mereka percaya musuh internal mencoba menyabotase revolusi,

and they began arresting and executing anyone perceived as a threat.

dan mereka mulai menahan dan mengeksekusi siapa pun yang dianggap ancaman.

This brutality continued for almost four years.

Kebiadaban ini berlanjut sampai hampir empat tahun.

Finally, in 1979, Vietnamese troops

Akhirnya, pada tahun 1979, pasukan Vietnam

working alongside defected Khmer Rouge members took control of the country.

bekerja sama dengan anggota Khmer Merah yang membelot untuk mengambil alih negara.

This political upheaval triggered yet another civil war

Pergolakan politik ini memicu perang sipil lain

that wouldn’t end until the 1990s.

yang tidak berakhir sampai tahun 1990-an.

In the years that followed,

Tahun-tahun berikutnya,

there was no easy path to justice for victims and their families.

tidak ada jalan yang mudah menuju keadilan bagi korban dan keluarganya.

A hybrid UN-Cambodian tribunal was established in 2003,

Pengadilan gabungan PBB-Kamboja didirikan pada tahun 2003,

but it only tried Khmer Rouge in the topmost leadership positions.

tapi mereka hanya mengadili pemimpin yang paling atas.

Lower level Khmer Rouge members appeared in court as well,

Anggota level bawah Khmer Merah juga hadir di pengadilan,

but they weren't placed on trial.

tetapi mereka tidak diadili.

Instead, they gave testimony and offered insight

Malahan, mereka memberi testimoni dan gambaran

into the cruel system that had enabled their superiors’ crimes.

mengenai sistem yang kejam yang memudahkan kejahatan atasan mereka.

Some of these perpetrators were even legally acknowledged as victims,

Bahkan, secara hukum, beberapa pelaku tersebut dianggap korban

because they constantly feared for their lives

karena mereka terus-menerus ketakutan selama hidup

and committed violence as a means of self-preservation.

dan melakukan kekerasan sebagai bentuk perlindungan diri.

This perception of low level Khmer Rouge members

Anggapan mengenai anggota Khmer Merah level bawah

as victims rather than perpetrators extended beyond the courtroom.

sebagai korban daripada pelaku berlanjut hingga di luar pengadilan.

Like other Cambodians, most Khmer Rouge members lost family,

Seperti warga Kamboja lain, sebagian besar anggota Khmer Merah kehilangan keluarga,

suffered hunger, were stripped of their homes and belongings,

mengalami kelaparan, dirampas rumah dan hartanya,

and were overworked to exhaustion.

dan kerja berlebihan sampai kelelahan.

And the paranoia amongst Khmer Rouge leadership

Paranoia di antara pemimpin Khmer Merah

had led to a higher rate of execution for Khmer Rouge members

menyebabkan tingkat eksekusi lebih tinggi pada anggota Khmer Merah

than the ethnic majority population.

daripada populasi etnis mayoritas.

As a result, many Cambodians today don't just see the genocide

Akibatnya, banyak orang Kamboja sekarang tidak hanya melihat genosida

as one committed against ethnic minority groups,

sebagai tindakan melawan kelompok etnis minoritas,

but also as a broad campaign of violence impacting the entire population.

tetapi juga kampanye kekerasan besar yang berdampak pada seluruh masyarakat.

As of 2021, only three people have received prison sentences.

Hingga tahun 2021, hanya tiga orang menerima hukuman penjara.

Many victims would like the tribunal

Banyak korban yang menginginkan

to pursue further trials of Khmer Rouge leaders.

pemeriksaan pemimpin Khmer Merah dilanjutkan.

However, a 2018 national survey revealed

Namun, survei nasional 2018 mengungkapkan

that most victims feel the tribunal has contributed to justice.

sebagian besar korban merasa pengadilan telah memberikan keadilan.

In the wake of such tragedy,

Setelah tragedi tersebut,

it’s tempting to paint conflicts in simplistic terms—

sangat menggoda untuk melukiskan konflik dalam istilah sederhana—

casting one group as oppressor and the other as oppressed.

memilih satu kelompok sebagai penindas dan yang lain sebagai tertindas.

But many Cambodians live with a more complex reality.

Namun, banyak orang Kamboja hidup dengan realitas yang lebih kompleks.

Everyone suffered, even those who contributed to the suffering of others.

Semua menderita, bahkan pihak yang berkontribusi pada penderitaan orang lain.

This perception doesn’t excuse any acts of violence.

Persepsi ini tidak membenarkan tindakan kekerasan mana pun.

But how a society remembers traumatic events

Namun, cara masyarakat mengingat kejadian traumatis

plays a part in who is seen as victim, who is seen as perpetrator,

berperan dalam menentukan siapa yang terlihat sebagai korban atau pelaku,

and how a shattered society can build a path into the future.

dan bagaimana masyarakat yang terguncang bisa membangun jalan menuju masa depan.