The weird history of the "sex chromosomes" | Molly Webster

Transcriber: Ivana Korom Reviewer: Krystian Aparta

Translator: angeline kosasih Reviewer: Made Pramana

OK.

OK.

So we are going to start in 1891,

Jadi kita akan memulai di tahun 1981,

when a German scientist was looking through a microscope

ketika seorang ilmuwan Jerman sedang menggunakan mikroskop

at insect cells.

pada sel serangga.

And he saw something kind of funny.

Dan dia melihat sesuatu yang lucu.

At the center of the cells, there was this dark stuff.

Di inti selnya, terdapat benda yang gelap ini.

No one had ever seen it before.

Tidak ada orang yang pernah melihatnya.

And he noticed that as the cells would multiply and divide,

Dan dia menyadari bahwa saat sel berlipat ganda dan membelah,

it would go into some of the new cells

beberapa akan menjadi sel yang baru

but not the others.

tapi tidak yang lainnya.

He didn't know what it was, so he gave it a really great name.

Dia tidak tahu hal tersebut, jadi dia memberi nama yang bagus.

He called it the "X element."

Dia menyebutnya "elemen X."

(Laughter)

(Tertawa)

And he was like, "We'll just fill in that X later."

Dan dia berkata, "Kita akan mengisi X-nya nanti."

And then, fast-forward 10 years later,

Lalu, 10 tahun kemudian,

and there is an American scientist,

ada seorang ilmuwan Amerika,

and she is looking through her microscope,

dan dia sedang melihat mikroskop,

also at insect cells.

pada sel serangga juga.

And she sees something funny.

Dan dia melihat hal yang lucu.

There's more of this dark stuff.

Ada yang lebih dari benda gelap ini.

And it's kind of tiny,

Dan hal ini agak kecil,

it's hanging out near the X element.

bergantung dekat X elemen.

And eventually, someone was like,

Dan akhirnya, seseorang menjadi,

"Well, if that one thing's called X,

"Bila hal itu kita namakan X,

should we call this other thing Y?"

haruskah yang lain ini kita namakan Y?"

And like that, (Snaps fingers)

Dan begitulah, (Menjentik jari)

the sex chromosomes had been discovered.

kromosom seks ditemukan.

So chromosomes,

Jadi kromosom,

you probably all know what they are,

Anda mungkin sudah tahu hal itu,

but I will tell you anyways.

tapi akan tetap saya katakan.

They're made up of DNA --

Mereka terbentuk dari DNA --

everything has it, it's the blueprint of life,

semua pasti memilikinya, itu adalah jejak kehidupan,

we've got rats, we've got trees,

seperti tikus, pohon,

we've got insects, we've got humans.

serangga, manusia.

And in the case of human chromosomes,

Dan dalam kasus kromosom manusia,

geneticist Melissa Wilson broke it down for me like this.

ahli genetika Melissa Wilson, menjelaskan kepada saya seperti ini.

(Audio) Melissa Wilson: Biasanya, Anda dapat satu salinan untuk setiap kromosom

(Audio) Melissa Wilson: Typically, you'll get one copy of every chromosome

from your genetic mom

dari gen ibu Anda

and one copy of every chromosome from your genetic dad,

dan satu salinan setiap kromosom dari gen ayah Anda,

and we have 22 of these

dan kita punya 22 pasang

that you get one copy from mom and one copy from dad.

di mana Anda dapat satu salinan dari ibu dan satu dari ayah.

And then there's a 23rd pair, X and Y.

Dan terdapat pasangan ke-23, X dan Y.

Molly Webster: So while all the other chromosomes are numbered,

Molly Webster: Jadi ketika semua kromosom yang lain diberi nomor,

one through 22,

satu hingga 22,

we do not call X and Y 23.

kita tidak menyebut X dan Y sebagai yang ke 23.

I like to think that they are waiting for, like, a LeBron James to come along.

Saya pikir mereka menunggu, seperti, Le Bron James untuk ikut.

But in this instance, they were like,

Tapi saat ini, mereka seperti,

"We're just going to keep the letters,

"Kita akan tetap gunakan huruf,

and then we'll give them a title."

lalu kita akan berikan sebuah nama."

They called them the sex chromosomes.

Mereka menyebutnya kromosom seks.

Now I would wager that in the United States,

Saya berani bertaruh bahwa di Amerika serikat,

these are the most well-known chromosomes

ini adalah kromosom yang paling terkenal

for one simple fact:

karena salah satu fakta:

that we say X equals "girl," and Y equals "boy" --

yaitu kita bilang X adalah "wanita," dan Y adalah "laki-laki" --

that they are responsible for sex.

dan mereka yang bertanggung jawab atas seks.

And -- and I had to learn this --

Dan saya harus belajar hal ini --

but when I'm talking about "sex" here,

tetapi saat saya berbicara tentang "seks" di sini,

I'm talking about the way biology gives us gonads,

saya berbicara tentang cara biologi memberikan kita gonad,

which are our ovaries and our testes --

yaitu ovarium dan testis kita --

I'm not talking about gender, which is how we identify.

saya tidak bicara tentang gender, yaitu cara kita mengidentifikasi.

And so, as a reporter at the show --

Dan, sebagai reporter dari sebuah acara --

"Radiolab," the audio documentary program I work for --

"Radiolab," program dokumenter audio di mana saya bekerja --

I was like, what's up with these sex chromosomes?

saya seperti, ada apa dengan kromosom seks ini?

You know, that's kind of my job, I think things are weird,

Anda tahu, itu adalah pekerjaan saya, saya memikirkan hal aneh.

and then I get to call people about them

dan saya menelpon orang-orang

and ask questions, and then hopefully they answer.

dan bertanya, dan berharap mereka menjawab.

And in this case, a lot of people answered.

Dan di kasus ini, banyak orang menjawab.

And in the two years I had of reporting on X and Y,

Dan selama dua tahun saya melaporkan tentang X dan Y,

as part of "Gonads," the series on sex and gender

sebagai bagian dari "Gonad," seri pada seks dan gender

I ended up doing for "Radiolab,"

yang saya kerjakan untuk "Radiolab,"

I found out that these two chromosomes live in a world that is unexpected,

Saya menemukan bahwa kedua kromosom hidup di dunia secara tak terduga,

a little unsettling;

sedikit menggangu;

where things that I thought were facts

di mana sesuatu yang saya kira fakta

were, like, twisted in ways I hadn't seen before.

ternyata, seperti, dibelokkan dalam cara yang tidak pernah saya lihat.

And the world goes so far beyond the boundaries of sex,

Dan dunia berjalan sangat jauh lebih dari batasan jenis kelamin,

I was like,

saya seperti,

"Maybe we should all talk about this."

"Mungkin kita harus bicara tentang ini."

So, you're you all,

Jadi, kalian semua,

we're all going to talk about it.

kita akan bicarakan tentang hal ini.

And for me,

Dan untuk saya,

the true story of X and Y starts with their name.

cerita sebenarnya dari X dan Y, dimulai dari namanya.

So within years of being discovered,

Jadi dalam beberapa tahun setelah ditemukan,

these two little chromosomes had acquired more than 10 different names.

kedua kromosom ini memiliki lebih dari 10 nama yang berbeda.

There was diplosome and heterochromosome

Ada diplosom dan heterokromosom

and idiochromosome,

dan idiokromosom,

and most of the names had to do with their structure, their shape,

dan kebanyakan namanya disambungkan dengan strukturnya, bentuknya,

their size.

dan ukurannya.

And then there was "sex chromosome,"

Dan ada "kromosom seks,"

which they had been given because of the fact

yang diberikan karena berdasarkan fakta

that we had started seeing that the X would go with the females,

yaitu kita melihat X yang sering menjadi wanita,

and the Y would often go with the males.

dan Y yang sering menjadi laki-laki.

But scientists were like,

Tetapi para ilmuwan seperti,

"Do we really want to call them sex chromosomes?"

"Haruskah kita menamakannya kromosom seks?"

And science historian Sarah Richardson is the one who told me this story.

Dan sejarawan sains Sarah Richardson menceritakan saya tentang hal ini.

(Audio) Sarah Richardson: For three decades, scientists were like,

(Audio) Sarah Richardson: Selama tiga dekade, para ilmuwan seperti,

"You should not call them the sex chromosomes.

"Kamu tidak boleh menamakannya kromosom seks.

The X and Y have many functions,

X dan Y memiliki banyak fungsi,

and you wouldn't assume that a single chromosome

dan kamu tidak akan berasumsi bahwa satu kromosom

controls a single trait.

mengatur satu sifat.

Imagine calling one chromosome the 'urogenital chromosome,'

Bayangkan memanggil satu kromosom sebagai 'kromosom urogenital,'

or the 'liver chromosome.'"

atau sebagi 'kromosom hati.'"

MW: Scientists, if you dig into the history --

MW: Ilmuwan, jika Anda menggali ke dalam sejarah --

it's really cool, you should --

itu sangat keren, Anda perlu itu --

were hesitant to, like, commit to such a specific name

merasa ragu-ragu untuk memberikan nama yang spesifik

and such a powerfully connotated name.

dan nama yang sangat berkonotasi.

There was a fear that it would actually be really limiting --

Ada ketakutan bahwa hal itu akan sangat membatasi --

maybe to science, maybe to society --

mungkin untuk sains, mungkin untuk masyarakat --

but the fear was in the room.

tetapi ada ketakutan di sana.

And you can see they ended up getting "sex chromosome" --

Dan kalian bisa lihat mereka berakhir mendapatkan nama "kromosom seks" --

it's like a pretty juicy title,

itu seperti judul yang menarik,

it popularized genetics, you know?

itu mempopulerkan genetika, kalian tahu?

But in the 100-year history since we settled on that name,

Namun dalam 100 tahun dalam sejarah sejak kita menerima nama itu,

you can see it starts to get a little complicated.

Anda mulai melihat itu sedikit rumit.

So around 1960 --

Jadi sekitar tahun 1960 --

this is going to be our first stop

itu akan menjadi pemberhentian pertama

on the complicated world of the sex chromosomes --

dari kerumitan dunia tentang kromosom seks --

so around 1960,

jadi sekitar tahun 1960,

we had discovered that you could be XYY.

kita telah menemukan bahwa Anda mungkin XYY.

They discovered an XYY man.

Mereka menemukan seorang laki-laki yang XYY.

And to digress a little here,

Dan untuk menyimpang sedikit di sini,

it turns out that the model of "X equals girl and Y equals boy"

ternyata model "X adalah wanita dan Y adalah laki-laki"

is really simplistic.

itu sangat sederhana.

You can actually be a whole bunch of different combinations of X and Y,

Anda sebenarnya bisa menjadi berbagai kombinasi yang berbeda dari X dan Y,

giving you, like, different types of biological sex.

memberikan Anda, seperti, tipe seks biologis yang berbeda.

You could be two Xs and two Ys together.

Anda bisa menjadi dua X dan dua Y bersama.

You could be four Xs, you could be five Xs,

Anda bisa jadi empat X, menjadi lima X,

you could be XO.

Anda bisa jadi XO.

And so I thought that was pretty crazy,

Dan saya pikir itu sedikit gila,

because I was like,

karena saya seperti,

"Wow, this really upends a model of biological sex

"Wow, ini sangat mengubah model seks biologis

I think most of us in this room have been taught."

yang kupikir sebagian besar dari kita telah diajarkan."

So a few years after they realized that you can be XYY,

Dan setelah beberapa tahun mereka menyadari Anda bisa jadi XYY,

researchers go to a prison in Scotland,

para peneliti pergi ke penjara di Skotlandia,

and they do genetic analysis of a bunch of the male prisoners.

dan mereka menganalisis genetik dari sekolompok tahanan pria.

And they find a number of people who are XYY.

Dan mereka menemukan siapa saja yang XYY.

And according to Sarah:

Dan menurut Sarah:

(Audio) SR: They just rushed to publish a theory

(Audio) Mereka terlalu cepat mengeluarkan teorinya

suggesting that this extra Y chromosome

menyarankan kromosom tambahan Y ini

could explain criminality in some men.

bisa menjelaskan kriminalitas pada beberapa pria.

MW: Yeah.

MW: Yeah

So the logic goes like this:

Jadi logikanya seperti ini:

By this point, we're thinking Y is male.

Pada titik ini, kita berpikir Y adalah laki-laki.

We think male is aggressive,

Kita pikir laki-laki itu agresif,

so Y must be aggression.

jadi Y mungkin saja agresi.

If you've got an extra Y, you must be crazy.

Bila Anda punya tambahan Y, Anda pasti gila.

And like, we went nuts with this theory.

Dan seperti, kita menjadi gila karena teori ini.

We called it the supermale,

Kita menyebutnya 'laki-laki super,'

they started scanning more prisoners,

mereka mulai memindai banyak tahanan,

serial killers, boys.

pembunuhan berantai, anak laki-laki.

And in all seriousness,

Dan dalam keseriusan,

there was actually a suggestion that we consider aborting XYY fetuses.

ada yang menyarankan mengaborsi janin XYY.

So in 1980,

Jadi di tahun 1980,

this theory pretty much toppled, for a number of reasons.

teori ini banyak dijatuhkan, untuk beberapa alasan.

One,

Satu,

there had been this really large study

terdapat studi yang sangat besar

that basically showed there was no connection

yang menunjukan bahwa tidak ada koneksi

between Y and violence,

antara Y dan kekerasan,

I think we all saw that coming.

saya pikir kita bisa pahami.

And then, there was one other thing.

Setelah itu, ada satu hal lagi.

(Audio) SR: Going back and looking at those original findings

(Audio) SR: Kembali lagi dan melihat ke penemuan aslinya

in that high-security psychiatric institution,

dalam keamanan institusi kejiwaan,

they had also found a high number of individuals

mereka juga menemukan jumlah individu yang tinggi

with an extra X chromosome.

dengan tambahan kromosom X.

So these are XXY, as opposed to XYY.

Jadi ini adalah XXY, kebalikan dari XYY.

(Audio) MW: Really?

(Audio) MW: Benarkah?

(Audio) SR: Yeah. Now, they never claimed

(Audio) SR: Ya. Lalu, mereka tidak pernah mengklaim

that the individuals with an extra X chromosome

bahwa individu dengan tambahan kromosom X

were superfemales.

adalah wanita super.

They never investigated whether they had higher rates of violence.

Mereka tidak pernah menginvestigasi apakah mereka memiliki kriminalitas lebih tinggi.

MW: Seems like kind of an oversight.

MW: Kelihatan sebagai sebuah kelalaian.

I don't know.

Saya tidak tahu.

But I think it's interesting,

Tetapi saya pikir ini sangat menarik,

because what you see is if you start looking at these chromosomes

karena apa yang Anda lihat bila Anda mulai melihat kromosom ini

through the lens of sex,

dari sudut jenis kelamin,

what naturally falls in place behind

yang jatuh secara alami di belakang

is we look at them through the lens of gender,

ketika kita melihat mereka dari sudut pandang gender,

and the traits that we associate with gender.

dan sifat-sifat yang kita gabungkan dengan gender.

So men were violent,

Jadi laki-laki kasar,

and Y explained why they were in prison.

dan Y menjelaskan mengapa mereka di penjara.

The X did not do that,

X tidak seperti itu,

because like, you know, what's X?

karena, Anda tahu, apa itu X?

We don't associate it with violence.

Kita tidak menghubungkan itu dengan kekerasan.

And while we don't believe in supermales today --

Dan ketika sekarang kita tidak percaya dengan laki-laki super --

God, I hope we don't --

Tuhan, aku harap kita tidak --

we don't believe in supermales today,

sekarang kita tidak percaya dengan laki-laki super,

there is a very similar conversation that's still happening

ada percakapan serupa yang masih terjadi

around inherent violence in boys and biology.

tentang keturunan kekerasan di anak laki-laki dan biologi.

So my next stop on the weird world of X and Y,

Jadi pemberhentian selanjutnya di keanehan dalam dunia X dan Y,

or things feeling a little topsy-turvy, is 1985.

atau hal-hal yang sedikit aneh, adalah di tahun 1985.

The World University Games were set to happen in Japan,

World University Game akan diadakan di Jepang,

and the Spanish hurdler María José Martínez-Patiño was scheduled to run.

dan pelari Spanyol María José Martínez-Patiño dijadwalkan untuk berlari.

She was like a hot shot, a rising superstar.

Dia seperti tembakan panas, superstar yang lagi naik daun.

And the night before her race, they had her DNA scanned.

Dan malam sebelum pertandingannya, mereka memeriksa DNAnya.

Now at the time, this was a thing that they were doing,

Pada saat itu, itu adalah hal yang mereka lakukan,

because they were like,

karena mereka seperti,

"OK, we don't want men covertly racing as women,

"OK, kita tidak mau laki-laki berkompetisi sebagai perempuan,

so we're going to scan the women

jadi kita akan periksa semua perempuan

and make sure all their Xs line up."

dan memastikan bahwa semua X."

And so I heard this story from Ruth Padawer

Dan saya mendengarkan cerita ini dari Ruth Padawer

who was a New York Times Magazine reporter

yang menjadi reporter di majalah New York Times

and she reported on María.

dan dia meliput María.

(Audio) Ruth Padawer: So they tell her the chromosome test results were abnormal.

(Audio) Ruth Padawer: Jadi mereka bilang bahwa hasil kromosomnya abnormal.

Although on the outside, she was fully female,

Meskipun dari luar, dia sepenuhnya wanita,

she had XY chromosomes and these internal testes.

dia memiliki kromosom XY dan testis internal.

MW: They were like,

MW: Mereka seperti,

"We hate to break it to you, María, but you're actually a dude.

"Kita tidak mau memberitahumu, María, tapi kamu adalah laki-laki.

You can't race with the ladies."

Kamu tidak bisa bertanding dengan perempuan."

(Audio) RP: And so she's thrown off the national team,

(Audio) RP: Dan dia dikeluarkan dari tim nasionalnya,

she's expelled from the athletics residence,

dia dikeluarkan dari tempat tinggal atletik,

she's denied her scholarship,

beasiswanya ditolak,

a bunch of her friends dump her,

teman-temanya mengucilkan dia,

fellow athletes abandon her,

teman atletnya meninggalkan dia,

she loses her medals, her records are revoked.

dia kehilangan medalinya, catatannya dicabut.

MW: So it turns out --

MW: Jadinya --

remember when I told you

ingat ketika saya berkata

you can be a bunch of different combinations of X and Y --

Anda mungkin campuran kombinasi dari X dan Y --

you can also be XY and be female.

Anda bisa menjadi XY dan perempuan.

You can be XX and male.

Anda bisa menjadi XX dan laki-laki.

In María's case, she was something called androgen insensitive.

Dalam kasus María ini, dia disebut androgen yang tidak sensitif.

Which means that she did have some sort of internal testes --

Yang memungkinkan dia memiliki testis internal --

they were making testosterone --

mereka membuat testosteron --

but her body couldn't use it.

tapi tubuhnya tidak dapat menggunakannya.

And so if you thought of testosterone as, like, a superpower,

Dan jika kalian berpikir testosteron seperti kekuatan super,

she was not benefiting from it.

dia tidak memiliki keuntungan dari itu.

And so eventually,

Dan akhirnya,

sports authorities, like, let her back in,

otoritas olahraga, memperbolehkan dia kembali,

but her career was done.

tapi karirnya sudah berakhir.

And in this instance you see how,

Dan dalam hal ini kalian lihat,

if you assign sex to a specific place in the body,

jika kalian menetapkan jenis kelamin sebagai bagian spesifik dalam tubuh,

or at least, like, this is what I saw, right?

atau seperti, ini hal yang saya lihat, betul?

If you assign sex to a specific place in the body,

Jika Anda menetapakan jenis kelamin pada bagian spesifik di tubuh,

it somehow makes us think that we can go into a body,

itu membuat kita berpikir bahwa kita dapat masuk dalam tubuh,

look at a specific place

melihat bagian yang spesifik

and tell someone we know something more about them

dan memberitahu orang kita tahu sesuatu lebih tentang mereka

than they know about themselves.

daripada yang mereka sendiri ketahui.

And that feels terrifying to me.

Dan itu terasa menakutkan untuk saya.

And we don't genetically test female athletes anymore,

Dan kita tidak melakukan tes genetik untuk atlet wanita lagi,

but you can see very similar conversations happening

tetapi Anda lihat percakapan yang sangat mirip terjadi

when we talk about testosterone in sports,

ketika kita berbicara tentang testosteron di olahraga,

you can also see it in suggestions that we take transgender individuals

Anda juga akan melihat saran ketika kita mengambil individu transgender

and we genetically analyze them and we tell them who they are.

dan kita menganalisis genetik mereka dan kita memberitahu siapa mereka.

That is real,

Itu nyata,

that is a conversation that has happened recently.

itu adalah percakapan yang terjadi akhir-akhir ini.

The last place that I'll share with you

Yang terakhir yang akan saya katakan

where these chromosomes got complicated for me

di mana kromosom ini sangat rumit untuk saya

is this one thing that Melissa told me.

adalah hal yang dibicarakan Melissa kepada saya.

(Audio) Wilson: You can't survive without an X chromosome.

(Audio) Wilson: Anda tidak akan bertahan tanpa kromosom X.

No matter your gonads, no matter your identity,

Bagaimanapun gonadmu, identitasmu,

every single human being has to have an X chromosome,

setiap manusia memiliki kromosom X,

karena tanpanya, sisa dari tubuh kalian tidak akan bertumbuh.

because without one, the rest of your body doesn't develop.

MW: Why do we call this the female chromosome?

MW: Mengapa kita menamakan ini kromosom wanita?

OK, this is something I had never though about,

OK, ini adalah hal yang saya belum pernah pikir,

but literally, every single person in this audience has an X chromosome,

tetapi, setiap orang di audiens ini memiliki kromosom X,

saya tidak berbohong.

I'm not lying.

Every single person on the planet has an X chromosome,

Setiap orang di dunia ini memiliki kromosom X,

but no one is going around like, "This is the every-person chromosome."

tapi tidak ada yang berkata seperti, "Ini adalah kromosom semua orang."

Anda tahu?

You know?

Like, somehow it's over here, the Y is over there,

Seperti, ini ada di sini Y ada di sana,

and they must be really different,

dan mereka pasti sangat berbeda,

and I'm just like, it would be so much better

dan saya menjadi, itu akan menjadi lebih baik

if it was the every-person chromosome.

jika itu adalah kromosom semua orang.

And not just because I'm like, love you all and I want you all in,

Dan bukan hanya karena saya, mencintai kalian dan ingin kalian setuju,

but because of what we're overlooking by the fact that we consider it female.

tetapi karena yang kita hadapi adalah fakta bahwa kita menganggapnya perempuan.

Because I'm going to tell you one of the craziest things I found out.

Saya akan memberi tahu kalian hal yang paling gila yang saya temukan.

Which is, when you think about the X chromosome,

Adalah ketika kalian berpikir kromosom X,

of the almost 1,100 genes on the X chromosome,

dari hampir 1.100 gen dalam kormosom X,

how many do you think have to do with sex and reproduction?

berapa banyak yang Anda pikir terlibat dengan seks dan reproduksi?

Like, get a number in your head.

Pikirkan angka di kepala Anda.

Four percent.

Empat persen.

That means 96 percent of the rest of that chromosome

Artinya 96 persen kromosom sisanya

is doing something that has nothing to do with your gonads.

melakukan sesuatu yang tidak berhubungan dengan gonad kalian.

And I guess as all of these,

Dan saya tebak dari semua ini,

sort of, some of them social stories,

semacam, beberapa cerita sosial,

some of them scientific stories, some of these facts,

beberapa adalah kisah ilmiah, beberapa di antaranya fakta,

started to add up, I just thought, like,

untuk menambahkan, saya pikir,

why are we calling these the sex chromosomes?

kenapa kita memanggilnya sebagai kromosom seks?

Or if we are, like, maybe we all like that name,

Atau ketika kita, seperti, mungkin kita menyukai namanya,

should we just allow ourselves to think about them

haruskah kita memperbolehkan diri kita untuk berpikir tentang mereka

a little more broadly?

sedikit lebih luas?

Because if we do,

Karena jika kita melakukannya,

like, what insights would we gain, as people, as scientists?

wawasan apa yang kita dapatkan, sebagai orang, sebagai ilmuwan?

And we're at this point where we're thinking about, like,

Dan pada titik ini di mana kita berpikir tentang,

how do we want to teach science,

cara kita mengajarkan sains,

what do we want to fund,

apa yang kita mau danai,

like, who do we want to be as a society, you know?

kita ingin menjadi masyarakat yang seperti apa?

And I just wondered if it wasn't a moment to rethink the biology of X and Y,

Dan saya pikir jika itu bukan momen berpikir ulang tentang biologi X dan Y,

and at the very least,

dan setidaknya,

to remember, like, the footnotes of history,

untuk mengingat, seperti, catatan sejarah,

which is that the dude who came up with the phrase "sex chromosome,"

yaitu pria yang mencetuskan nama "kromosom seks,"

actually was like, "Hey, everyone, just remember, this is just,"

sebenarnya seperti, "Hei, semuanya, ingat, ini hanyalah hanya,"

and I quote, "a form of shorthand."

dan saya kutip, "suatu bentuk steno."

We should not take it literally.

Kita tidak perlu menerimanya secara harfiah.

Thank you.

Terima Kasih.

(Applause)

(Tepuk Tangan)