How to Make Learning as Addictive as Social Media | Luis Von Ahn | TED

Translator: Intan Andini Reviewer: Indah Setiawan

So, I'm from Guatemala.

Jadi, saya dari Guatemala.

This is a public service announcement,

Ini adalah berita layanan publik bahwa itu adalah letak Guatemala.

that is where Guatemala is.

(Laughter)

(Tawa)

Also, that is not where they keep the prisoners.

Dan juga, itu bukan nama penjara.

That is called Guantanamo.

Kalau itu Guantanamo.

(Laughter)

(Tawa)

Not the same place.

Mereka dua tempat berbeda.

Guatemala berada tepat di bawah Meksiko.

So Guatemala's right below Mexico.

And for the Americans in the audience,

Dan bagi orang Amerika di antara hadirin, mohon perhatikan karena ini sangat serupa,

and let this sink in, because it really applies in most ways,

bagi orang Amerika di sini, Anda bisa anggap ia Meksiko-nya Meksiko.

for the Americans in the audience,

you can think of it as Mexico's Mexico.

(Laughter)

(Tawa)

Just like the US doesn't want illegal immigration from Mexico,

Sama seperti AS tak menginginkan imigrasi ilegal dari Meksiko,

Mexico doesn't want illegal immigration from Guatemala.

Meksiko pun tak menginginkan imigrasi ilegal dari Guatemala.

It's a smaller country.

Guatemala adalah negara yang lebih kecil, dan negara yang miskin.

It's a poor country.

And well, what can I tell you,

Dan, apa yang bisa saya katakan,

it has much better Mexican food.

makanan Meksiko di sana lebih enak.

(Laughter)

(Tawa)

Guatemala is a very poor country.

Guatemala adalah negara yang sangat miskin.

And a lot of people talk about education

Banyak orang membicarakan pendidikan

as something that brings equality to different social classes.

sebagai pembawa kesetaraan ke kelas sosial yang berbeda.

Namun, saya justru melihat sebaliknya, sebagai penyebab ketidaksetaraan.

But I always saw it as the opposite, as something that brings inequality.

Because what happens in practice

Karena yang terjadi adalah orang dengan banyak uang

is that people who have a lot of money can buy themselves a really good education

dapat membeli pendidikan yang berkualitas dan karenanya terus punya banyak uang.

and therefore continue having a lot of money.

Sementara orang miskin hampir tidak belajar membaca dan menulis

Whereas people who don't have very much money

barely learn how to read and write

dan tidak mampu menghasilkan banyak uang dan ini benar, khususnya di negara miskin.

and therefore never make a lot of money.

And this is especially true in poor countries.

Now, I was fortunate that I received a rich person's education

Sekarang, saya beruntung karena menerima pendidikan orang kaya,

even though I didn't grow up rich.

meski saya tidak berasal dari keluarga kaya.

And it’s because I’m an only child.

Itu karena saya anak tunggal,

And my mother, who was a single mother,

dan ibu saya, yang seorang ibu tunggal,

spent all of her resources on my education.

menghabiskan semua dana beliau untuk pendidikan saya.

And this allowed me to come to college to the US

Dan karenanya saya bisa masuk ke perguruan tinggi di AS

and eventually get a PhD in computer science.

dan akhirnya mendapat gelar PhD pada ilmu komputer.

Now because of all of this

Sekarang karena semua ini sekitar 10 tahun lalu,

about 10 years ago,

I decided I wanted to do something

saya ingin melakukan sesuatu yang akan memberikan akses pendidikan setara

that would give equal access to education to everyone.

bagi semua orang.

Oh ya, itulah yang ingin saya bicarakan hari ini,

Oh, by the way, this is what I want to talk to you about today,

memberi akses pendidikan setara bagi semua orang.

giving equal access to education to everyone.

At the time, I was a professor of computer science

Saat itu, saya adalah seorang profesor ilmu komputer

at Carnegie Mellon University,

di Universitas Carnegie Mellon,

and I decided to work on this with my PhD student, Severin.

dan saya putuskan mengerjakannya bersama mahasiswa PhD saya, Severin.

The way my brain works,

Cara otak saya bekerja,

all of education is just too general of a problem.

semua pendidikan adalah masalah yang terlalu umum.

So I decided, let's start by teaching one thing.

Jadi saya putuskan, mari mulai dengan mengajarkan satu hal.

And then I started thinking, OK, well, what should we teach first?

Lalu saya berpikir, apa yang harus kita ajarkan dulu?

Apa mulai dengan matematika? Kami berdua suka matematika.

Should we teach math?

I mean, we both love math.

Me and my cofounder, we both love math.

Saya dan rekan pendiri saya suka matematika.

And, you know, we didn't decide to do math.

Namun, kami memutuskan untuk tidak mengajarkan matematika.

Then we started thinking, well, maybe we should teach computer science.

Lalu terpikir, mungkin kami harus mengajarkan ilmu komputer.

Namun akhirnya, dan ini mungkin mengejutkan orang-orang di Amerika Utara,

But eventually, and this is maybe surprising to people in North America,

eventually, we decided that the best subject to start with

akhirnya, kami memutuskan mata pelajaran terbaik untuk memulai

was teaching foreign languages.

adalah mengajar bahasa asing.

And let me tell you why.

Saya jelaskan mengapa.

There's a number of reasons.

Ada sejumlah alasan.

One of them is that there's a huge audience for it.

Salah satunya karena ada audiens yang besar untuk itu.

There’s about two billion people in the world learning a foreign language,

Ada sekitar 2 miliar orang di dunia yang belajar bahasa asing,

baik di dalam maupun luar sekolah.

both in school and outside of schools.

Most of these people, by the way, are learning English.

Sebagian besar sedang belajar bahasa Inggris.

About 80 percent of them are learning English.

Sekitar 80% mereka belajar bahasa Inggris.

In this weird map right here,

Di peta aneh ini, semua negara berwarna hijau

all the countries in green

adalah negara di mana sebagian besar orang belajar bahasa Inggris.

are countries in which people are predominantly learning English.

And the reason for that

Dan alasannya adalah karena bahasa Inggris bisa mengubah hidup Anda.

is because English can truly transform your life.

In most countries in the world,

Di kebanyakan negara,

knowledge of English can significantly increase your income potential.

kemampuan bahasa Inggris berpotensi meningkatkan penghasilan secara drastis.

So this is another reason why we decided to start with foreign languages.

Jadi, ini alasan lain untuk memulai dengan bahasa asing.

Karena Anda bisa langsung menghasilkan lebih banyak uang

And it's because you can directly make more money

jika belajar bahasa lain, khususnya bahasa Inggris.

if you learn another language, in particular English.

And see, this is pretty different than many other subjects.

Dan, ini sangat berbeda dari banyak subjek lain.

Misalnya, matematika.

For example, take math.

Pengetahuan matematika saja tidak meningkatkan potensi penghasilan,

In the case of math,

just knowledge of math does not increase your income potential

karena Anda harus belajar matematika, kemudian belajar fisika,

because usually you have to learn math to then learn physics

lalu jadi insinyur sipil, dan itu cara menghasilkan banyak uang.

to then become a civil engineer, that's how you make more money.

Whereas with languages, if you are a waiter and you learn English,

Namun dengan bahasa, jika Anda pelayan dan berbahasa Inggris,

now you can be a waiter at a hotel and make more money.

Anda bisa jadi pelayan di hotel dan menghasilkan lebih banyak uang.

So we decided, well, let's get started by teaching languages.

Jadi kami putuskan untuk memulai dengan mengajar bahasa.

Now, we also convinced ourselves

Kami juga meyakinkan diri sendiri

that the only way to really reach a lot of people

bahwa satu-satunya cara untuk menjangkau banyak orang

was by using a mobile phone, or a smartphone in particular.

adalah dengan menggunakan ponsel, atau smartphone khususnya.

See, building schools all over the world is simply too expensive.

Begini, membangun sekolah di seluruh dunia terlalu mahal.

On the other hand,

Di sisi lain,

sebagian besar populasi dunia memiliki akses ke smartphone,

most of the world's population already has access to a smartphone,

dan tren angkanya hanya akan meningkat.

and the trend is that that fraction is only going to increase.

Jadi, kami putuskan saat itu

So we decided at the time

that we would make a way to learn foreign languages on a mobile phone

kami akan menciptakan cara untuk belajar bahasa asing di ponsel

that was accessible to everyone.

yang dapat diakses oleh semua orang.

And then we called it Duolingo.

Lalu, kami menamainya dengan Duolingo.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)

Now in order to truly be accessible to everyone, rich and poor,

Agar benar-benar bisa diakses oleh semua orang, kaya dan miskin,

Duolingo uses a freemium model to support itself.

Duolingo menggunakan model freemium untuk mendukung dirinya sendiri.

What that means is that you can learn as much as you want

Artinya, Anda bisa belajar sebanyak yang Anda mau tanpa harus membayar.

without ever having to pay.

Tapi jika Anda tidak bayar, Anda mungkin harus melihat iklan di akhir pelajaran.

But if you don't pay,

you may have to see an ad at the end of a lesson.

Now, if you don't like ads,

Jika Anda tak suka iklan, Anda bisa berlangganan untuk mematikan iklan.

you can also pay to subscribe to turn off the ads.

Dan ternyata sebagian besar pendapatan Duolingo

And it turns out that the vast majority of the revenue for Duolingo

comes from people who pay to subscribe to turn off the ads.

berasal dari mereka yang berlangganan untuk mematikan iklan.

Now, who are these people who pay to subscribe to turn off the ads?

Kini, siapa yang berlangganan untuk mematikan iklan?

Well, they're usually well-off people in rich countries like the US and Canada.

Mereka biasanya adalah orang-orang kaya di negara kaya, seperti AS dan Kanada.

Who are the people who don't pay to subscribe?

Siapa mereka yang tidak berlangganan?

They usually come from poorer countries like Brazil or Vietnam or Guatemala.

Mereka biasanya dari negara-negara miskin, seperti Brasil, Vietnam atau Guatemala.

So what I like about this model

Yang saya suka dari model ini adalah ini bentuk kecil redistribusi kekayaan,

is that it is a small form of wealth redistribution

because we're basically getting the rich people

karena pada dasarnya kita membuat orang kaya membayar edukasi semua orang.

to pay for the education of everyone.

Jadi saya suka itu.

So I like that.

(Tepuk tangan)

(Applause)

So with smartphones, we can reach a lot of people

Dengan smartphone, kita bisa jangkau banyak orang

and we can even get the rich people to pay for the whole thing,

dan bahkan membuat orang kaya membayar semuanya.

Ini bagus.

which is great.

Namun, jika Anda mencoba memberikan pendidikan melalui smartphone,

However, if you're trying to deliver education with a smartphone,

you run into a humongous problem.

Anda menghadapi masalah besar.

And it is that smartphones come equipped

Karena smartphone dilengkapi dengan beberapa ‘obat’ paling adiktif

with some of the most addictive drugs that humanity has ever engineered.

yang pernah direkayasa manusia.

TikTok, Instagram, mobile games.

TikTok, Instagram, gim seluler.

See, delivering education over a smartphone

Memberikan pendidikan melalui smartphone ibarat meminta orang makan brokoli,

is like hoping that people will eat their broccoli,

tetapi di sampingnya, Anda letakkan makanan penutup terlezat yang pernah ada.

but right next to it, you put the most delicious dessert ever made.

(Laughter)

(Tawa)

Jika ingin memberikan pendidikan pada semua orang,

If you really want to deliver education to everyone,

not only do you have to make it accessible,

Anda tidak hanya harus membuatnya mudah diakses,

but also you have to make it so that people want to actually learn.

tetapi juga harus membuat agar orang sungguh ingin belajar.

And with Duolingo, we've been able to do this.

Dengan Duolingo, kami sudah melakukannya.

And at the highest level, the way we've done this

Pada tingkat tertinggi, cara kami adalah

dengan membuat brokoli terasa seperti makanan penutup.

is by making the broccoli taste like dessert.

I'll say it another way.

Saya jelaskan begini.

What we've done is that we've used the same psychological techniques

Yang kami lakukan adalah menggunakan teknik psikologis yang sama

that apps like Instagram, TikTok or mobile games use

yang digunakan aplikasi seperti Instagram, TikTok, atau gim seluler

untuk membuat orang terikat,

to keep people engaged,

but in this case, we use them to keep people engaged

tetapi kami menggunakannya untuk menahan orang tetap terlibat dalam pendidikan.

but with education.

Let me give you some examples of these techniques.

Saya berikan beberapa contoh teknik ini.

One of the most powerful ones is the notion of a streak.

Salah satu teknik terkuat adalah streak.

What a streak is, is it’s just a counter

Streak adalah penghitung yang mengukur jumlah hari

that measures the number of days

that you've used the product consecutively.

di mana Anda menggunakan produk secara teratur.

You just take that number,

Anda hanya mengambil nomor itu dan menaruhnya dengan menonjol di produk Anda,

you put it very prominently in your product

and then people come back every day.

lalu orang datang kembali setiap hari.

Dan alasan orang datang kembali setiap hari adalah

And the reason people come back every day is because, well,

if they don't come back, that number resets to zero

karena jika tak kembali, angka itu diatur ulang ke nol

and people don't want to lose their streak.

dan mereka tak ingin kehilangan rekor mereka.

It works.

Ini berhasil.

Now, on the one side,

Sekarang, di satu sisi, streak telah dikritik, contohnya,

streaks have been criticized for, for example,

getting teens addicted to Snapchat.

karena membuat remaja kecanduan Snapchat.

But in the case of an educational app,

Namun dalam kasus aplikasi pendidikan,

streak membuat orang kembali belajar setiap hari.

streaks get people to come back to study every day.

Now, to give you an idea of the power of streaks,

Sebagai gambaran kekuatan streak, dalam kasus Duolingo,

in the case of Duolingo,

ada 3 juta lebih pengguna aktif harian yang memiliki streak lebih dari 365.

we have over three million daily active users

that have a streak longer than 365.

(Applause)

(Tepuk tangan)

That means they haven't missed a day in the last year or longer.

Artinya mereka tidak melewatkan sehari dalam setahun terakhir atau lebih.

Now, fun fact about streaks.

Sekarang, yang menarik dari streak.

What country do you think has the longest average streaks

Menurut Anda, negara mana yang punya streak rata-rata terpanjang

for an educational app?

untuk aplikasi pendidikan?

It's Japan.

Jawabannya Jepang.

Of course.

Tentu saja.

Shortest-ever streaks?

Streak terpendek yang pernah ada?

Latin America, baby.

Amerika Latin, sayang.

(Laughter)

(Tawa)

But we're fun, hey, we're fun.

Tapi, hei, kami menyenangkan.

(Laughter)

(Tawa)

Another important mechanism to get people to come back to your product

Mekanisme penting lainnya agar orang kembali ke produk Anda adalah notifikasi.

are notifications.

On the one side, notifications can be really spammy and annoying,

Di satu sisi, notifikasi bisa jadi spam dan menjengkelkan,

but in the case of an educational product,

tetapi di kasus produk pendidikan, orang ingin diingatkan untuk belajar.

people actually want to be reminded to learn.

In the case of Duolingo, we have a very sophisticated AI system

Di kasus Duolingo, kami punya sistem AI sangat canggih

that basically chooses when to send the notification

yang pada dasarnya memilih kapan harus mengirim notifikasi

and also what to say in each notification

dan apa isi setiap notifikasi demi memaksimalkan kemungkinan orang kembali.

to maximize the probability that people come back.

Now, interestingly,

Sekarang, yang menarik, bahkan setelah semua kecanggihan ini,

even after all this sophistication,

it turns out that the algorithm for choosing what time

ternyata algoritma yang memilih jam berapa untuk mengirim notifikasi cukup sederhana.

to send you a notification is pretty simple.

Kapan waktu terbaik mengirim notifikasi pada orang lain?

Do you know what is the best time to send people a notification?

Saya beri tahu.

I'll tell you.

Jawabannya adalah 24 jam setelah mereka terakhir menggunakannya.

It's 24 hours after they used the product last.

There's an easy explanation.

Ada penjelasan mudah.

If you were free yesterday at 3pm,

Jika Anda luang kemarin pukul 3 sore,

you’re probably free today at 3pm as well.

Anda mungkin juga luang hari ini di jam 3 sore.

So this is what a very sophisticated millions of dollars of AI found.

Jadi inilah yang ditemukan oleh AI jutaan dolar yang sangat canggih.

(Laughter)

(Tawa)

It's funny.

Ini lucu.

Now with notifications you shouldn't be spamming.

Kini dengan notifikasi, Anda seharusnya tidak melakukan spam.

And we're not spamming, with Duolingo,

Kami tidak berikan spam di Duolingo,

we actually stop sending notifications after seven days of inactivity.

kami berhenti kirim notifikasi setelah 7 hari tak aktif.

So if you don't use Duolingo for seven days,

Jika tak gunakan Duolingo selama 7 hari, kami berhenti kirim notifikasi.

we stop sending you notifications.

Terpikir oleh kami, jika kami berhenti kirim notifikasi pada orang,

Now, at some point it occurred to us,

if we're stopping to send people notifications,

sebaiknya mereka diperingatkan.

we should let them know.

Jadi kami kirim notifikasi yang berbunyi, “Hai, pengingat ini sepertinya diabaikan.

So we started sending this notification to people saying,

"Hey, these reminders don't seem to be working.

Kami akan berhenti mengirim untuk sekarang.”

We'll stop sending them for now."

Apa yang orang lakukan saat menerima notifikasi ini?

You know what people do when they get this notification?

Mereka kembali.

They come back.

(Tawa)

(Laughter)

Passive aggressive.

Pasif agresif.

(Laughter)

(Tawa)

Berhasil untuk ibu saya, berhasil untuk Duolingo.

Works for my mother, works for Duolingo.

(Laughter and applause)

(Tawa dan tepuk tangan)

These passive aggressive notifications

Pemberitahuan pasif agresif ini sangat ampuh membuat orang kembali karena

are really good at getting people to come back

mereka kira maskot burung hantu hijau kami telah menyerah pada mereka,

back because they feel like our green owl mascot has given up on them,

jadi mereka kembali.

so they come back.

Soal maskot burung hantu hijau kami,

And speaking of our green owl mascot, by the way,

karena semua notifikasi datang darinya, dia pasif agresif dan cukup memaksa,

because all our notifications come from our green owl mascot

and well, he's passive aggressive and also pretty pushy,

banyak meme tentangnya muncul di internet, mengejek langkah yang akan ia ambil

this has given rise to a lot of memes on the internet

that make fun of the great lengths that he will go through

to get you back to learn a language.

demi membuat Anda kembali belajar bahasa.

Here's one of my favorite ones.

Ini salah satu favorit saya. Meme ini adalah salah satu favorit saya.

This is it's a meme, it’s one of my favorite ones.

(Laughter)

(Tawa)

Basically looks like you forgot your Spanish lessons.

“Sepertinya kau lupa belajar bahasa Spanyol.”

And then there's an intruder alert,

Lalu ada peringatan penyusup,

presumably the owl broke into your house to get you to learn language.

burung hantu meneror ke rumah untuk memaksa Anda belajar bahasa.

Now, Duolingo has entered the zeitgeist.

Kini, Duolingo telah memasuki zeitgeist.

And there's thousands of memes, there's SNL skits about it.

Ada ribuan meme, ada sandiwara SNL tentangnya.

And it's because we've managed to get people to want to learn a language

Dan itu karena kami telah berhasil membuat orang ingin belajar bahasa

by using the same techniques

dengan menggunakan teknik yang sama

that mobile games and social media use to get people engaged.

yang digunakan gim seluler dan media sosial untuk membuat orang tertarik.

And this is a really important point,

Dan ini poin yang sangat penting, saya beri tahu.

let me say this.

I don't actually believe that there's a way to make an educational app

Saya sebenarnya tak percaya ada cara untuk membuat aplikasi pendidikan

be as engaging as something like TikTok or Instagram or mobile games.

menjadi semenarik sesuatu seperti TikTok, Instagram atau gim seluler.

Tapi kabar baiknya adalah --

But the good news is that --

And by the way, the reason I don't believe that

Dan omong-omong, alasan saya tak mempercayainya

is because ultimately you have to teach people something.

karena pada akhirnya Anda harus mengajari orang sesuatu,

And it's hard to compete with, like, cats and celebrities.

dan sulit untuk menyaingi, misalnya, kucing dan selebriti.

But the good news is that I don't think you have to.

Tapi kabar baiknya, Anda tidak harus melakukannya.

See, here's the thing.

Ini poinnya.

When you're learning something, you get meaning out of it.

Saat Anda belajar sesuatu, Anda mendapatkan makna darinya.

Whereas when you're scrolling for two hours on Instagram,

Padahal saat Anda menggulir selama dua jam di Instagram,

a lot of times afterwards, you feel like you just wasted your time.

sering setelahnya, Anda merasa telah menyia-nyiakan waktu Anda.

So I think it's actually OK if your educational product

Jadi saya pikir tak apa-apa jika produk pendidikan Anda

is only 80 or 90 percent as engaging as something like TikTok,

hanya 80-90% sama menariknya dengan hal semacam TikTok,

because the other 10 or 20 percent

karena 10-20% lainnya akan disediakan oleh motivasi internal orang,

will be provided by people's internal motivation,

though of course, not much more than that.

meskipun tentu, tak lebih dari itu.

This is really a key point.

Ini benar-benar poin kunci.

If we want to get people to do something meaningful,

Jika kita ingin membuat orang melakukan sesuatu yang berarti,

you can use the same techniques that apps like social media use

gunakan teknik yang sama yang digunakan aplikasi seperti media sosial

to get people to do it.

untuk menarik orang.

And even if you're not as engaging as those apps are,

Bahkan jika Anda tak menarik seperti aplikasi itu,

you can still get hundreds of millions of people to use your product.

Anda masih bisa dapatkan ratusan juta orang untuk gunakan produk Anda.

In the case of Duolingo, for example,

Di kasus Duolingo, misalnya,

there are more people learning languages on Duolingo in the United States

ada lebih banyak pembelajar bahasa Duolingo di AS

than there are people learning languages across all US high schools combined.

dibanding pembelajar bahasa di seluruh sekolah menengah AS digabungkan.

(Applause)

(Tepuk tangan)

And this is true in most countries in the world.

Dan ini juga sama di sebagian besar negara di dunia.

My hope is that -- I know we can do this, but, you know,

Harapan saya adalah -- saya tahu kita bisa melakukan ini, tapi,

harapan saya sebagai umat manusia,

my hope is that as humanity,

we can do what Duolingo has done for learning languages

kita bisa raih pencapaian Duolingo untuk pembelajaran bahasa

but for all other subjects.

tetapi di semua pelajaran lain juga.

Where we can get people to learn math with mobile phones,

Di mana kita bisa membuat orang belajar matematika dengan ponsel,

like millions of people to learn math with mobile phones

layaknya jutaan orang belajar matematika dengan ponsel

or physics or whatever.

atau fisika atau apa pun.

I hope for a future in which screen time is not a bad thing,

Saya harap di masa depan waktu layar bukanlah hal buruk,

in which we can deliver high-quality education to everyone, rich or poor,

pendidikan berkualitas tinggi bisa diraih semua orang, kaya atau miskin,

using a mobile phone.

menggunakan ponsel.

But the single most important thing that I can end this talk with,

Namun, satu-satunya hal terpenting di mana saya mengakhiri pembicaraan ini,

is a reminder to please, pretty please, I beg you,

adalah pengingat agar tolong, tolong sekali, saya mohon,

kerjakan pelajaran bahasa Anda hari ini.

do your language lessons today.

Thank you very much.

Terima kasih banyak.

(Laughter)

(Tawa)

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)

Helen Walters: Luis, thank you so much.

[Helen Walters] Luis, terima kasih banyak.

I wonder if you can just say a little bit more about that last point,

Bisakah Anda sampaikan lebih banyak tentang poin terakhir itu,

how do you think you can apply this type of thinking

menurut Anda, bagaimana Anda bisa menerapkan jenis pemikiran ini

to other subjects?

ke mata pelajaran lain?

So you mentioned math, and things like that.

Anda menyebut matematika, dan pelajaran lain.

How do you do that?

Bagaimana Anda menerapkannya?

Luis von Ahn: I think in particular,

[Luis von Ahn] Saya pikir khususnya,

subjects that are learned through repetition

pelajaran yang dipelajari lewat pengulangan

and it turns out most things that are kind of really meaningful

dan ternyata sebagian besar hal yang sungguh bermakna

dipelajari melalui ribuan pengulangan.

are learned through thousands of repetitions.

Membaca dipelajari lewat pengulangan, matematika dasar lewat pengulangan.

You learn to read through repetition,

you learn elementary school math through repetition.

Kebanyakan hal yang dipelajari lewat pengulangan

Most things that you can learn through repetition,

bisa Anda gamifikasi lalu ubah ia jadi seperti Duolingo,

you can actually gamify and turn into something like Duolingo,

orang gunakan dan jadikan ia hiburan.

where people just do it a lot and do it fun.

Penjelasannya lebih mudah dari praktiknya.

It's a little harder for things like explanations.

Bisa jadi dibutuhkan video-video yang amat bagus.

That probably is going to require some really good videos.

Sal Khan teladan sangat baik soal itu.

Sal Khan is doing a really good job with that.

Namun, untuk hal yang butuh pengulangan, kita bisa gunakan cara yang sama.

But for things that require a lot of repetition,

Luar biasa. Terima kasih sudah berbagi.

I think we can use the same methods.

(Applause)

(Tepuk tangan)