A day in the life of a Peruvian shaman - Gabriel Prieto

Translator: astri dwi naristi Reviewer: Elda Indria Sari

At the temple of the fisherman, Quexo, the village shaman,

Di kuil para nelayan, Quexo, sang dukun desa,

looks out over the ocean and frowns.

melihat ke arah laut dan mengerutkan dahinya.

It’s a still morning– unusually still,

Pagi itu tenang, sangat tenang,

and the lack of wind is the latest in a series of troubling signs.

dan tiadanya angin adalah yang terbaru dari serangkaian pertanda meresahkan.

The year is 1400 BCE.

Saat itu tahun 1400 SM.

Quexo’s village sits in the dusty, treeless desert

Desa Quexo terletak di gurun berdebu dan tak berpohon

between the towering Andes and Pacific Ocean.

antara Andes yang menjulang tinggi dan Samudra Pasifik.

The villagers live off the sea, harvesting reeds,

Penduduk desa hidup dari laut,

memanen alang-alang, menjemurnya di bawah sinar matahari,

drying them in the sun, and using them to build fishing boats.

dan menggunakannya untuk membuat perahu nelayan

Every day in the summer,

Setiap hari di musim panas,

the men set out on these boats to hunt shark and other fish

para pria berlayar dengan perahu ini untuk berburu hiu dan ikan lainnya

while the women harvest shellfish and sea urchins.

sementara para wanita memanen kerang dan bulu babi.

In winter, storms bring powerful waves, which cross the vast ocean unobstructed

Di musim dingin,

badai membawa gelombang dahsyat melintasi lautan luas tak terhalang

untuk menghantam pantai-pantai ini.

to detonate on these shores.

Most years, Quexo’s village catches more than enough fish.

Hampir setiap tahun, desa Quexo menangkap ikan lebih dari cukup.

But this year, the winds have died and the fish have dwindled.

Namun tahun ini, angin mati dan ikan berkurang.

Quexo has seen this pattern before:

Quexo pernah melihat pola ini sebelumnya:

the fish disappear, then the violent rains arrive,

ikan-ikan menghilang, lalu hujan deras tiba,

causing flash floods that dissolve mud bricks and wash away settlements.

menyebabkan banjir bandang

yang menghancurkan bebatuan lumpur dan menyapu permukiman.

He needs to stop the bad weather before the storms come—

Dia harus menghentikan cuaca buruk itu sebelum badai datang—

his only hope is a special ritual he’s been planning.

harapan satu-satunya adalah ritual khusus yang telah dia rencanakan.

Quexo spends much less time in the ocean than the other villagers.

Quexo menghabiskan waktu lebih singkat di laut daripada penduduk lainnya.

He became a shaman after seeing a sign in the sea one morning—

Dia menjadi dukun setelah melihat tanda di laut suatu pagi—

like his father and grandfather before him.

seperti ayah dan kakeknya sebelumnya.

This morning,

Pagi ini,

he walks to the nearby sacred mountain as the sun rises.

dia berjalan ke gunung suci terdekat saat matahari terbit.

There, he gathers ceremonial cactus and herbs like “horse tail,”

Di sana, dia mengumpulkan kaktus upacara dan herba seperti "paku ekor kuda,"

“stonebreaker," and valerian, along with the mineral hematite.

"meniran hijau," dan akar valerian, bersama mineral hematit.

Back in the village, everyone is preparing to leave

Di desa, semua orang bersiap untuk pergi

for a religious festival at a large temple inland.

ke festival keagamaan di kuil besar di pedalaman.

The festival marks the beginning of what is usually the season of abundance,

Festival ini menandakan awal yang biasanya merupakan musim kemakmuran,

but with the signs pointing to storms, Quexo isn’t feeling too celebratory.

tetapi dengan pertanda badai, Quexo tak terlalu ingin merayakannya.

Whole families travel to the festival, where they camp for a few days.

Semua keluarga berkunjung ke festival, tempat mereka berkemah beberapa hari.

They’ve packed seaweed, carved bones, gourd bowls, reed mats,

Mereka mengemas rumput laut, tulang berukir, mangkuk labu, tikar buluh,

and other goods to trade in the market around the temple.

serta barang lainnya untuk dijual di pasar sekitar kuil.

Quexo inspects the goods to make sure everything is of the finest quality.

Quexo memeriksa barang untuk memastikan semuanya berkualitas terbaik.

He brings the herbs he gathered to trade for cinnabar,

Dia membawa herba yang dikumpulkannya untuk ditukar dengan sinabar,

a mineral that comes from the highlands in the Andes.

mineral dari dataran tinggi Andes.

He needs cinnabar for his ritual to ward off the storms.

Dia membutuhkan sinabar untuk ritualnya menangkal badai.

Around lunchtime, the sprawling temple rises out of the desert ahead.

Sekitar jam makan siang, kuil yang luas menjulang di gurun di depan.

People have come from all along the coast and the foothills.

Orang-orang datang dari sepanjang pantai dan kaki bukit.

The women handle trade transactions— they’re looking for cotton and ceramics.

Para wanita menangani transaksi— mereka mencari kapas dan keramik.

Men aren’t usually allowed to do the trading,

Lelaki biasanya tak diizinkan berdagang,

but shamans are an exception.

tetapi para dukun adalah pengecualian.

Though Quexo is a man, during rituals he becomes half man, half woman,

Meski Quexo lelaki, selama ritual dia setengah lelaki, setengah perempuan,

and this ambiguity makes his role more flexible outside ceremonies too.

ambiguitas ini pun membuat perannya lebih fleksibel di luar upacara.

Quexo can’t find any cinnabar in the market,

Quexo tak menemukan sinabar di pasar,

so he heads to the main temple,

jadi, dia menuju ke kuil utama,

dodging children playing in the plaza.

menghindari anak-anak

yang bermain di alun-alun.

He puts on his ceremonial garb: red face paint, earrings,

Dia mengenakan pakaian upacaranya: cat wajah merah, anting-anting,

and a necklace of shark’s teeth and vertebrae.

serta kalung gigi dan tulang belakang hiu.

Inside, the ceremonies are already underway,

Di dalam, upacara sudah berlangsung,

and the shamans have drunk the sacred cactus drink.

dan para dukun telah meminum minuman kaktus suci.

Many of them are Quexo’s friends from festivals over the years,

Kebanyakan dari mereka teman Quexo dari festival selama bertahun-tahun,

but he doesn’t see the mountain shamans who would have cinnabar.

tetapi dia tak melihat dukun gunung yang memiliki sinabar.

He begins to panic.

Dia mulai panik.

If the highland shamans don’t show up,

Jika dukun dataran tinggi tidak muncul,

his only option will be to make the long walk into the mountains.

pilihan satu-satunya adalah berjalan jauh ke pegunungan.

It’s a dangerous journey that takes five days,

Itu perjalanan berbahaya yang menghabiskan waktu lima hari,

precious time he doesn’t have to waste.

waktu berharga yang tak perlu dibuang.

But perhaps he has no choice.

Namun, mungkin dia tak punya pilihan lain.

He refuses the sacred cactus and sets off toward the mountains.

Dia menolak kaktus suci dan berangkat ke pegunungan.

As he leaves the settlement behind, he sees a group approaching.

Saat dia meninggalkan pemukiman, dia melihat sekelompok orang menghampiri.

He recognizes them as highlanders by their llamas.

Dia mengenali mereka

sebagai penduduk dataran tinggi bersama llama mereka.

He dashes toward their shaman.

Dia berlari menuju dukun mereka.

Barely pausing to say hello, he offers him hematite, dried seaweed,

Hampir tak berhenti untuk menyapa,

dia menawarkan hematit, rumput laut kering,

and empty shells to grind up for lime and chew with coca leaves.

dan cangkang kosong untuk digiling menjadi kapur

dan dikunyah dengan daun koka.

In return, the other shaman gives him the precious cinnabar.

Sebagai gantinya, dukun itu memberinya sinabar yang berharga.

With the key to his ritual in hand,

Dengan kunci ritual di tangannya,

Quexo heads home to the temple of the fisherman

Quexo pulang ke kuil nelayan

in hopes of turning the tide.

dengan harapan membalikkan keadaan.