Japan's scariest ghost story - Kit Brooks

Translator: annisa putri Reviewer: Athira Rizka

Looking at her father’s brutally murdered body,

Melihat tubuh ayahnya yang dibunuh secara brutal,

Oiwa was sick with despair.

Oiwa muak dengan keputusasaan.

Her father had been Oiwa’s only hope for ending her marriage

Ayahnya adalah satu-satunya harapan Oiwa untuk mengakhiri pernikahannya

to the cruel and dishonorable samurai Iemon.

dengan samurai Iemon yang kejam dan tidak terhormat.

And now, while her husband and brother-in-law vowed to find the culprit,

Dan sekarang, sementara suami dan kakak iparnya bersumpah tuk menemukan pelakunya,

Oiwa was trapped in her unhappy home with only the household servant Kohei

Oiwa terjebak di rumah yang tidak bahagia hanya dengan pembantu rumah tangga Kohei

to witness her suffering.

untuk menyaksikan penderitaannya.

What the grieving woman couldn’t guess,

Apa yang tak ditebak wanita yang berduka itu,

however, was just how close the killer was.

adalah seberapa dekat si pembunuh.

After Oiwa’s father tried to end the marriage,

Setelah ayah Oiwa mencoba mengakhiri pernikahannya,

it was Iemon who murdered him in cold blood.

Iemon-lah yang membunuhnya dengan darah dingin.

Hearing of her troubles,

Mendengar masalahnya,

Oiwa’s wealthy doctor neighbor sent some medicine to soothe her.

Dokter dan juga tetangga Oiwa yang kaya mengirimkan obat untuk menenangkannya.

However, when Iemon went to offer thanks,

Namun, ketika Iemon pergi untuk mengucapkan terima kasih,

the doctor revealed his gift was part of a sordid scheme.

dokter mengungkapkan hadiahnya adalah bagian dari rencana kotor.

His beautiful young granddaughter was madly in love with Iemon,

Cucu perempuannya yang cantik tergila-gila pada Iemon,

and if the samurai left Oiwa for her, the doctor would offer him great riches.

dan jika dia meninggalkan Oiwa demi dia, dokter akan menawarinya kekayaan besar.

Iemon happily accepted this bargain, and eager to marry his new bride,

Iemon dengan senang hati menerima tawaran ini, dan ingin menikahi pengantin barunya,

he sent a man called Takuetsu to dispose of his poisoned wife.

dia mengirim seorang pria bernama Takuetsu untuk membuang istrinya yang diracuni.

But when Takuetsu arrived in Oiwa’s room, he was appalled.

Tapi ketika Takuetsu tiba di kamar Oiwa, dia terkejut.

The poison had swollen her eye

Racun itu membuat matanya bengkak

and her hair fell to the floor in bloody clumps.

dan rambutnya jatuh ke lantai dalam gumpalan berdarah.

Taking pity, Takuetsu told Oiwa about the doctor’s scheme.

Karena kasihan, Takuetsu memberi tahu Oiwa tentang rencana dokter tersebut.

Furious, Oiwa lunged for a sword.

Marah, Oiwa menerjang pedang.

Takuetsu wrestled it away and flung the blade across the room.

Takuetsu merebutnya dan melemparkan pedangnya ke seberang ruangan.

But when Oiwa ran to confront her husband, she stumbled,

Namun ketika Oiwa berlari menemui suaminya, dia tersandung,

falling against the sword.

jatuh ke pedang.

Wounded and poisoned, Oiwa cursed Iemon’s name

Terluka dan diracuni, Oiwa mengutuk nama Iemon

as the life left her body.

saat nyawa meninggalkan tubuhnya.

At the discovery of his wife's demise,

Saat mengetahui kematian istrinya,

Iemon arranged to remarry that very night—

Iemon berencana untuk menikah lagi malam itu -

but not before killing his servant Kohei, who heard Oiwa’s death.

tapi sebelumnya membunuh pelayannya Kohei, yang mendengar kematian Oiwa.

While Iemon celebrated his wedding,

Sementara Iemon merayakan pernikahannya,

his friends nailed both corpses to a heavy door

teman-temannya memaku kedua mayat itu ke pintu yang berat

and sunk them in a nearby river.

dan menenggelamkan mereka di sungai terdekat.

That night, Iemon reveled in his successful scheme.

Malam itu, Iemon menikmati keberhasilan rencananya.

But suddenly his bride’s sleeping face

Tapi tiba-tiba wajah pengantinnya yang sedang tidur

shifted into Oiwa’s tortured features.

berubah menjadi wajah Oiwa yang tersiksa.

Iemon acted on his violent instincts, slashing her throat.

Iemon bertindak berdasarkan naluri kejamnya, menebas tenggorokannya.

But when his fear subsided, he realized that he’d killed his new wife.

Namun ketika ketakutannya mereda, dia sadar telah membunuh istri barunya.

He stumbled out of the room and into another monstrous figure

Dia tersandung keluar ruangan dan menemui sosok mengerikan lainnya

wearing the face of his deceased servant.

yang memakai wajah mendiang pelayannya.

The samurai ran his sword through the man—

Samurai itu menusukkan pedangnya ke pria itu—

only to discover he’d slain his new grandfather-in-law as well.

hanya untuk mengetahui dia telah membunuh kakek mertuanya yang baru juga.

Iemon fled the house, running frantically until he came upon a moonlit river.

Iemon kabur dari rumah, berlari sampai tiba di sungai yang diterangi cahaya bulan

Here, he stopped to plot his next move, fishing as he thought.

dia berhenti tuk merencakan langkahnya, memancing seperti yang dipikirkan.

Soon his fishing rod began to twitch,

Tak lama kemudian pancingnya mulai bergerak-gerak,

but the harder he pulled, the heavier his catch became.

tapi semakin keras dia menariknya, semakin berat tangkapannya.

Finally, a wooden door broke the river’s surface—

Akhirnya, sebuah pintu kayu memecahkan permukaan sungai -

with Oiwa’s writhing body on one side and Kohei’s on the other.

dengan tubuh Oiwa menggeliat di satu sisi dan Kohei di sisi lain.

Iemon ran for days,

Iemon berlari selama berhari-hari,

finally taking shelter in a mountain hermitage.

akhirnya berlindung di pertapaan gunung.

Over the following months,

Selama bulan-bulan berikutnya,

he tried to convince himself these horrible visions were just illusions—

dia mencoba meyakinkan dirinya bahwa penglihatan mengerikan ini hanyalah ilusi—

but his nightmares never relented.

tetapi mimpi buruknya tidak pernah berhenti.

One night, as he attempted to walk off another bad dream,

Suatu malam, ketika dia berusaha keluar dari mimpi buruk lainnya,

a nearby lantern began to crackle and tear.

lentera di dekatnya mulai berderak dan robek.

The paper stretched larger and larger

Kertas itu membentang semakin besar

until Oiwa’s ghost appeared in a blaze of fire.

sampai hantu Oiwa muncul dalam nyala api.

Iemon begged for mercy, but Oiwa had none to offer.

Iemon memohon belas kasihan, tetapi Oiwa tidak punya apa-apa untuk ditawarkan.

Over just 24 hours, the spirit slaughtered his parents and friends,

Hanya dalam 24 jam, roh itu membantai orang tua dan teman-temannya,

and tortured the samurai with ravenous rats.

dan menyiksa samurai dengan tikus rakus.

Only when Iemon was truly hopeless did Oiwa enlist her brother-in-law

Saat ketika Iemon benar-benar putus asa, Oiwa meminta saudara iparnya

to secure bloody justice for her and her father.

untuk menjamin keadilan bagi dia dan ayahnya.

In the 19th century, Oiwa’s quest for vengeance

Pada abad ke-19, pencarian Oiwa untuk membalas dendam

was one of the most popular kabuki theater performances,

adalah salah satu pertunjukan teater kabuki paling populer,

renowned for its grisly narrative and groundbreaking special effects.

terkenal karena narasinya yang mengerikan dan efek khusus yang inovatif

To depict Oiwa’s iconic transformation,

Untuk menggambarkan transformasi ikonik Oiwa,

designers hid bags of fake blood in her wig.

desainer menyembunyikan kantong darah palsu di wignya.

And for her grand, ghostly entrance,

Dan untuk pintu masuknya yang megah dan seram,

Oiwa’s actor really would emerge from a flaming lantern,

Aktor Oiwa benar-benar akan muncul dari lentera yang menyala,

doing an assisted handstand to look as though she’s descending from above.

melakukan handstand dengan bantuan agar terlihat seolah-olah turun dari atas.

Today, Oiwa is considered Japan’s most famous ghost,

Saat ini, Oiwa dianggap sebagai hantu paling terkenal di Jepang,

and her image continues to inspire counterparts in film and television.

dan citranya terus menginspirasi rekan-rekan di film dan televisi.

But those who retell her story still tread carefully,

Namun mereka yang menceritakan kembali kisahnya tetap melangkah hati-hati,

often asking her spirit’s permission at her rumored grave in Tokyo.

sering kali meminta izin rohnya di kuburannya yang dikabarkan di Tokyo.

In this way, modern storytellers continue to give Oiwa

Dengan cara ini, pendongeng modern terus memberikan Oiwa

the respect— and fear—

rasa hormat- dan ketakutan-

she so rightfully deserves.

yang pantas dia dapatkan.