How do we create a better economy?

Translator: Laksmi Fauzia Shafira Reviewer: Reno Kanti Riananda

What does it mean for a country to have a healthy economy?

Apa keuntungan bagi suatu negara jika memiliki ekonomi yang sehat?

What does a healthy economy even look like?

Seperti apa ekonomi sehat itu?

Does it look like this?

Apakah itu terlihat seperti ini?

What about like this?

Apa seperti ini?

Economist Kate Raworth shared a pretty interesting answer to this question

Ahli ekonomi Kate Rawoth memberi jawaban yang cukup menarik

on the TED Interview podcast.

dalam wawancara siniar TED.

And it challenges an idea that most economists take for granted.

Jawabannya menantang gagasan yang diyakini para ahli ekonomi.

We live— particularly in the West, particularly in the last 150 years—

Selama 150 tahun terakhir, khususnya di dunia barat,

kita hidup dalam masyarakat yang berkeyakinan kuat

in a society that has a very strong belief that growth

bahwa pertumbuhan adalah lambang kemajuan.

is the sign of progress.

And to a certain extent, it’s true.

Sampai titik tertentu, itu benar.

We love to see our kids grow.

Kita senang melihat anak-anak kita tumbuh.

We love to see nature growing in spring.

Kita senang melihat alam tumbuh di musim semi.

Growth is a wonderful, healthy phase of life.

Pertumbuhan adalah hal yang luar biasa, fase kehidupan yang baik.

But in our economies, it’s like we’ve turned to Peter Pan economics—

Namun, dalam perekonomian, kita ibarat menjadi Peter Pan—

the economy that never wanted to grow up.

ekonomi yang tak mau tumbuh dewasa,

It wanted to grow and grow and grow forever.

selamanya ingin terus tumbuh,

And it becomes this permanent phase.

dan menjadi suatu fase yang kekal.

But we already know, in our own bodies, in our own lives,

Namun, kita tahu bahwa dalam tubuh kita, dalam hidup kita,

that there’s another side to this metaphor of growth that we love so much.

terdapat sisi lain dari metafora pertumbuhan yang sangat kita cintai ini.

If I told you, my friend had gone to the doctor,

Jika saya mengatakan bahwa teman saya pergi ke dokter

and the doctor told her she had a growth,

dan sang dokter memberitahunya bahwa ada pertumbuhan di dalam tubuhnya,

that already feels completely different.

itu sudah terdengar sangat berbeda.

Because in the space of our own bodies,

Karena dalam ruang di dalam tubuh kita,

we know that when something tries to grow endlessly

saat ada sesuatu yang mencoba tumbuh tanpa batas

within this healthy, dynamic living whole,

dalam kehidupan yang sehat dan dinamis,

it is a threat to the health of the whole,

kita tahu ini merupakan ancaman bagi kesehatan,

and we do everything we can to stop it.

dan apa pun akan kita lakukan untuk mencegahnya.

Namun, saat membahas ekonomi, untuk berbagai alasan,

But when we step into our economies, for some reason,

we think that endless growth is progress.

kita berpikir bahwa pertumbuhan tanpa batas ini adalah kemajuan.

And we are now running into severe problems

Akibatnya, saat ini kita mengalami masalah berat

because we are addicted to endless growth.

karena kecanduan pertumbuhan tanpa batas.

Simon Kuznets, he was asked in the 1930s by US Congress to come up,

Simon Kuznets, pada tahun 1930-an, diminta oleh Kongres AS

for the first time, with a single number to measure the output of the economy.

untuk pertama kalinya mengukur hasil perekonomian dengan sebuah angka.

America could say we produced so many tons of steel and so many bags of grain—

Amerika memiliki data produksi atas sekian banyak besi dan gandum—

bisakah semuanya dijumlahkan?

but can we add it all together?

So they commissioned him to do this and he said,

Ini tugas Kuznets. Dia pun menjawab,

“Yes, I can. I can add it all together in one number.”

“Ya. Saya bisa menjumlah semuanya menjadi sebuah angka.”

National income, what we now know as GDP— but he gave it with a caveat.

Angka itu adalah Pendapatan nasional, atau PDB. Namun, dia memberi peringatan.

He said the welfare of a nation can scarcely be known from this number,

Menurutnya, kesejahteraan suatu bangsa tidak dapat diketahui dari angka ini.

don’t mix it up with welfare, right?

Jangan kaitkan dengan kesejahteraan,

Because it tells us nothing about the unpaid caring work of parents,

karena angka ini tak menjelaskan tentang pekerjaan sukarela merawat orang tua,

tells us nothing about the value that’s created in communities,

tentang nilai berharga yang diciptakan di dalam komunitas,

because that’s not priced,

karena itu tidak dihargai.

and it’s a measure of the flow of economic value.

Angka ini adalah perhitungan dari arus nilai ekonomi,

It tells us nothing about the living world, the forests, the mines

dan tidak menjelaskan tentang kehidupan dunia, hutan, tambang

that get run down in order to create this value.

yang rusak untuk meningkatkan nilai ekonomi.

But the convenience, the temptation, of this single number was so great

Namun, kenyamanan dan godaan atas angka ini sangatlah hebat

that politicians sort of tucked it in their armpit and carried right on.

hingga para politisi seperti menutup mata dan terus melakukannya.

And we ended up in a horse race of pursuing GDP growth.

Akhirnya, kita seperti ada di pacuan kuda untuk mengejar pertumbuhan PDB.

The dream is that GDP can keep on increasing,

Impiannya adalah PDB bisa terus meningkat,

we can have increasing financial returns,

kita bisa mendapatkan keuntungan semakin tinggi,

but that we can decouple from using Earth’s resources.

tetapi memisahkannya dari penggunaan sumber daya bumi.

We can use less carbon and less metals, and minerals and plastics,

Menggunakan lebih sedikit karbon dan metal serta mineral dan plastik,

and we can use less of the Earth’s land surface,

dan juga memanfaatkan lebih sedikit lahan di permukaan bumi,

and separate these two: ever rising GDP and falling resource use.

dan memisahkan kedua ini: PDB yang terus meningkat dan penggunaan SDA yang menurun.

It’s a fabulous dream; would that it would be true.

Ini merupakan mimpi yang hebat; apakah bisa terwujud?

We are at a time of climate emergency, of ecosystem collapse.

Kita berada pada kondisi darurat iklim dan kehancuran ekosistem.

We need to radically reduce our use of Earth’s resources,

Kita harus secara radikal mengurangi penggunaan sumber daya bumi,

and we're nowhere close to that.

dan kita masih jauh dari itu.

So I offer it as a compass for 21st century prosperity.

Jadi saya menggambarkannya sebagai sebuah kompas untuk kemakmuran abad 21.

And this compass, silly though it sounds,

Kompas ini, walaupun terdengar konyol,

it looks like a doughnut with the hole in the middle.

terlihat seperti donat dengan lubang ditengahnya.

So imagine from the center of it, humanity’s use of Earth’s resources

Bayangkan bagian tengahnya sebagai sumber daya alam yang digunakan manusia

radiating out from the middle of that picture.

memancar keluar dari tengah gambar itu.

So in the hole, in the middle of the doughnut,

Jadi, lubang di bagian tengah donat itu

that is the place where people don’t have enough resources

adalah tempat manusia tidak memiliki SDA yang cukup

to meet the essentials of life.

untuk memenuhi kebutuhan hidup.

It’s where people don’t have enough food or health care,

Saat manusia tidak memiliki cukup makanan atau obat-obatan,

or education or housing or gender equality or political voice or access to energy.

pendidikan, perumahan, kesetaraan gender,

suara politik, atau akses energi.

Kita tidak mau siapa pun ada di lubang tersebut.

And we want to leave nobody in that hole.

We want to get everybody over a social foundation of well-being,

Kita ingin semua orang berada dalam landasan kesejahteraan sosial,

so all people on this planet can lead lives of dignity

jadi semua orang di planet ini dapat menjalani hidup yang bermartabat,

and opportunity and community.

berkesempatan, dan bermasyarakat.

And in low income countries, it absolutely makes sense,

Di negara berpendapatan rendah, ini sangat masuk akal.

yes, let’s see the economy grow in ways that invest in health and education

Mari lihat ekonomi tumbuh dengan cara berinvestasi pada kesehatan, pendidikan,

and transport for all.

dan transportasi.

That was a very 20th century project.

Itu merupakan proyek abad ke-20.

We're in the 21st century.

Kita berada di abad ke-21.

We have Earth system scientists who started looking at the impact

Kita punya ilmuwan kebumian yang mulai melihat dampak

we were having on the climate, and the loss of soils and acid rain,

yang kita berikan pada iklim: hilangnya tanah, hujan asam,

and the hole in the ozone layer, and the collapse of species.

lubang pada lapisan ozon, dan kepunahan bermacam spesies.

And they said, hang on.

Mereka bilang, “Sebentar.

We’ve been ignoring our planet.

Kita telah mengabaikan planet kita.”

In the growing to meet human needs, we have ignored the fact

Dalam pertumbuhan untuk memenuhi kebutuhan manusia, kita mengabaikan fakta

that we are deeply dependent on this delicately balanced living planet.

bahwa kita sangatlah bergantung pada planet yang seimbang ini.

It’s the only one we know of out there.

Ini satu-satunya tempat yang kita kenal di alam semesta.

And when we use Earth’s resources in such a way

Dan saat kita memakai sumber daya bumi sedemikian rupa

that we begin to push ourselves beyond the living capacities of this planet,

yang mulai mendorong diri kita untuk melampaui kemampuan planet ini,

we are literally undermining the life supporting systems on which we depend.

kita secara harfiah merusak sistem pendukung hidup yang kita andalkan.

So, hang on, just as there’s an inner limit of resource use,

Selain batas dalam penggunaan sumber daya,

and we call out poverty and deprivation,

yaitu kemiskinan dan kekurangan,

there’s an outer limit of humanity’s resource use.

terdapat pula batas luar atas penggunaan sumber daya manusia,

That’s ecological degradation.

yaitu degradasi ekologis.

And we are breaking down this planet on which we depend.

Dan kita menghancurkan planet andalan kita ini.

So there you get the doughnut, you get the inside,

Jadi, dalam ekonomi donat terdapat batas dalam,

which is leave nobody behind in the hole.

yang artinya tidak meninggalkan siapa pun di lubang.

But don’t overshoot the outer ring either.

Namun, jangan pula melewati bagian luarnya.

And so the shape of progress is fundamentally changed.

Bentuk kemajuan telah berubah secara mendasar.

It’s no longer this ever rising line exponential growth,

Ia bukan lagi garis pertumbuhan eksponensial yang terus meningkat,

that we hear about in the financial news all the time.

yang kita dengar dalam berita keuangan sepanjang waktu.

It’s balance.

Ia adalah keseimbangan.

To me, a source of real hope is that we deeply understand this

Bagi saya, sumber harapan sebenarnya adalah kita sangat memahami ini

at the level of our body.

layaknya tubuh sendiri.

You go to the doctor, the doctor will say,

Saat kalian ke dokter, dia akan berkata:

have enough food, but not too much, enough water, oxygen, exercise, sleep,

makan yang cukup, penuhi asupan air, oksigen, olahraga, tidur,

anything you like— have enough, but not too much.

apapun itu— secukupnya saja, jangan berlebihan.

Our health lies in balance.

Kita akan sehat jika semuanya seimbang.

And if we can take that metaphor from the human body to the planetary body,

Dan jika kita bisa menerapkan metafora itu dari tubuh kita ke tubuh planet,

we give ourselves a cracking chance of understanding

kita memberi kesempatan untuk memahami

the deep interdependence of our world.

adanya saling ketergantungan di dalam dunia kita.