Katie Mack: The death of the universe -- and what it means for life | TED Fellows

Translator: raajwa kamila Reviewer: Maria Nainggolan

[SHAPE YOUR FUTURE]

I love the universe.

The vastness, the mystery,

the astonishing beauty of the stars.

I love everything about it,

and I've devoted my life to studying it.

[TENTUKAN MASA DEPAN ANDA]

From atoms to galaxies,

Saya cinta alam semesta.

from beginning to end.

Luasnya, misterinya,

But lately, I've gotten stuck on that last bit.

keindahan bintang yang menakjubkan.

The fact that the universe is dying.

Saya mencintai itu semua,

dan saya mempelajarinya seumur hidup saya.

I know this may come as a shock.

I mean, it's the universe, it's everything.

Dari atom hingga galaksi,

dari awal hingga akhir.

It's supposed to be eternal, right?

Namun akhir-akhir ini, saya terjebak pada titik akhir.

But it isn't.

We know the universe had a beginning

Fakta bahwa alam semesta sedang menuju kematian.

and everything that begins ends.

The start of the story is a familiar one.

Saya tahu ini mengejutkan.

In the beginning, there was light.

Maksudnya, ini tentang alam semesta, segalanya.

We know that because we can see it directly.

Seharusnya abadi, bukan?

Tetapi tidak.

The cosmos today is filled with low-energy background radiation

Kita tahu alam semesta memiliki awal

dan segalanya akan berakhir.

left over from a time

Awal mula kisahnya sangat familiar.

when the whole universe was an all-encompassing inferno.

Pada awalnya, terdapat cahaya.

In its first 380,000 years, space wasn't cold or dark.

Kita tahu karena kita bisa melihat langsung.

Hari ini kosmos diisi dengan radiasi latar berenergi rendah

It was thick with a churning, humming plasma.

yang tersisa oleh waktu

It was hot and dense.

ketika seluruh alam semesta seluruhnya adalah neraka.

It was loud.

But it was also expanding.

Pada 380.000 tahun pertama, ruang angkasa tidaklah dingin atau gelap.

Over time, the fire dissipated and space cooled.

Ia dipenuhi dengan plasma bergemuruh.

Clouds of gas pulled together by their own gravity

Ia panas dan tak bercela.

formed stars and galaxies and planets and us.

Ia bising.

Namun juga meluas.

And one day,

Seiring waktu, api membesar dan ruang angkasa menjadi dingin.

astronomers using a microwave receiver detected a bit of static

Awan gas terdorong bersamaan karena gravitasi

coming from every direction in the sky,

the leftover radiation from that primordial fire.

membentuk bintang, galaksi, planet, dan kita.

We can now map out the cosmos

Dan suatu hari,

astronom menggunakan penerima gelombang mikro mendeteksi sedikit statis

to the farthest reaches of the observable universe.

We can see distant galaxies

yang datang dari segala arah di langit,

whose light has taken billions of years to reach us.

radiasi yang tersisa dari api purba.

So by looking at them, we are looking deep into the past.

Sekarang kita bisa menyusun kosmos

We can watch how the expansion of the universe has slowed down

ke jangkauan terjauh dari alam semesta yang diamati.

since that hot early phase 13.8 billion years ago.

Kita bisa melihat galaksi jauh

yang sinarnya hadir selama berjuta tahun untuk kita.

We can see collisions of entire galaxies

Jadi dengan melihatnya saja, kita melihat lebih dalam masa lalu.

and watch the bursts of star formation,

Kita bisa menonton bagaimana perluasan alam semesta yang telah melambat

that result from the sudden conflagration of all that cosmic hydrogen.

sejak fase panas dahulu, 13.8 juta tahun yang lalu.

And we can see that these collisions are happening less and less.

Kita bisa melihat tabrakan antargalaksi

The expansion of the universe isn't slowing down anymore.

dan menonton ledakan terbentuknya bintang,

A few billion years ago, it started speeding up.

yang menghasilkan kebakaran dari hidrogen kosmik.

Distant galaxies are getting farther apart

Dan kita tahu tabrakan ini telah berkurang

faster and faster.

Star formation has slowed.

Meluasnya alam semesta sudah tidak melambat.

In fact, we can calculate exactly how much.

Beberapa juta tahun yang lalu, alam meluas dengan cepat.

And when we do, we find something shocking.

Jarak antargalaksi menjadi lebih jauh

Of all the stars that have ever been born or that ever will be,

dengan cepat.

Pembentukan bintang telah melambat.

around 90 percent have already come into being.

Nyatanya kita bisa menghitung seberapa lamanya.

From now until the end of time,

the universe is working on just that last 10 percent.

Kita kita menghitung, kita menemukan hal mengejutkan.

Semua bintang yang telah ada atau yang akan ada,

The end of the universe is coming.

sekitar 90% telah muncul.

There are a few ways it could happen,

but the most likely is called the heat death,

Dari sekarang hingga akhir nanti,

and it's an agonizing, slow languishing of the cosmos.

alam semesta hanya memunculkan 10% sisanya.

Stars burn out and leave smoldering ash.

Akhir alam semesta telah datang.

Galaxies become increasingly isolated in their own dim pools of light.

Ada hal-hal yang membuatnya terjadi,

paling sering adalah disebut dengan kematian panas,

Particles decay.

dan itu adalah derita yang menyiksa kosmos.

Even black holes evaporate into the void.

Bintang terbakar dan meninggalkan abu.

Of course, we still have some time.

Galaksi menjadi semakin terisolasi di dalam cahayanya.

The heat death is so far in the future, we hardly have words to describe it.

Partikel hancur.

Long past a billion years,

Bahkan lubang hitam menguap.

when the sun expands and boils off the oceans of the Earth.

Tentu saja kita masih memiliki waktu.

Long past 100 billion years,

when we lose the ability to see distant galaxies

Kematian panas ada di masa depan, kita kesulitan untuk mengungkapkannya.

and that faint trace of Big Bang light.

Satu miliar tahun lalu,

Long after we are left alone in the darkness

matahari meluas dan mendidihkan lautan bumi.

watching the Milky Way fade.

100 miliar tahun lalu,

kita tidak memiliki kemampuan melihat galaksi yang jauh

It's OK to be sad about it,

dan jejak samar cahaya Big Bang.

even if it is trillions of years in the future.

Lama setelah kita ditinggalkan di kegelapan

No one wants to think about something they love coming to an end.

memandang galaksi Milky Way yang memudar.

As disconnected as it may be to us here and now,

it is somehow more profound than personal death.

Bersedihlah,

meskipun itu terjadi triliun tahun yang akan datang.

We have strategies for accepting the inevitability of that.

Tidak ada yang akan memikirkan hal yang mereka cintai berakhir.

After all, we tell ourselves, something of us will live on.

Walau terputus dengan kita di sini dan sekarang,

Maybe it will be our great works.

itu terkadang lebih mendalam dari kematian pribadi.

Maybe it will be our children, carrying on our genetic material

Kita memiliki strategi dalam menerima hal yang tidak bisa ditolak.

or perhaps our basic outlook on life.

Maybe it will be some idea worth spreading.

Setelahnya, kita katakan pada diri, sesuatu dari kita akan hidup.

Humanity might venture out into the stars and evolve and change,

Mungkin adalah karya terbaik kita.

Mungkin anak-anak kita, menurunkan materi genetik kita

but something of us will survive.

atau barangkali penampilan biasa hidup kita.

But if the universe ends,

Mungkin itu adalah pemikiran untuk disebar.

at some point we have no legacy.

There will come a time when, in a very real sense,

Kemanusiaan bisa saja menjelajahi bintang dan mengembangkan dan mengubah,

our existence will not have mattered.

tetapi ada satu hal dari kita akan bertahan.

The slate will be wiped clean completely.

Jika alam semesta berakhir,

Why should we spend our lives

kita tidak memiliki peninggalan.

seeking answers to the ultimate questions of reality

Akan ada waktu ketika, di kenyataan,

if eventually there will be no one left to tell?

kehadiran kita tidak akan berarti.

Why build a sandcastle when you can see that the tide is coming in?

Batu tulis akan dibersihkan sepenuhnya.

Mengapa kita harus menghabiskan waktu

I've asked a dozen other cosmologists

mencari jawaban dari pertanyaan realita terakhir

and they all had different answers.

jika nantinya tidak akan ada satupun untuk diberi tahu?

To some, the death of the cosmos just seems right.

Mengapa membuat istana pasir ketika Anda melihat laut telah pasang?

It's freeing to know that we are temporary.

"I very much like our blipness," one told me.

Saya menanyakan beberapa kosmolog lain

To others, the question itself motivates the search for some alternative theory.

dan jawaban mereka berbeda.

Sebagian menjawab, kematian kosmos memang nyata.

There must be some way to carry on.

Membiarkan kita mengetahui bahwa kita hanya sementara.

The slow fade to black just cannot be how our story ends.

Seorang mengatakan, “Saya menyukai kesalahan kita”.

One found comfort in the possibility of the multiverse.

Sebagian lain menjawab, pertanyaan itu mendorong pencarian teori alternatif.

"It's not all about us," he said.

Ada suatu cara yang bisa dilakukan.

Personally, I feel lucky.

Lambatnya memudar ke hitam bukanlah bagaimana cerita kita berakhir.

Our cosmos existed for billions of years before us

Salah satu mengatakan bahwa ia nyaman dengan kemungkinan multisemesta.

and it will carry on long after we are gone.

For this brief moment, we are here.

“Semua ini bukan tentang kita,” katanya.

We may be insignificant to the cosmos as a whole,

Secara personal, saya merasa beruntung.

but we have an immense power to understand it,

Alam semesta kita muncul miliaran tahun yang lalu

to see the beginning,

dan akan selalu ada setelah kita tiada.

to contemplate the end,

Dan untuk waktu singkat ini, disinilah kita.

to look up into the sky

and see ourselves reflected in every tiny point of light.

Kita mungkin menyepelekan kosmos sepenuhnya,

namun kita memiliki kekuatan yang sangat besar untuk memahami,

There is a kind of luxury in the freedom to look beyond our own little lives

melihat awalnya,

merenungkan akhirnya,

and contemplate the end of everything.

memandang langit

dan melihat diri kita terlukis di setiap titik cahaya.

We, fragile, doomed humans

carry within us a sense of discovery and wonder.

Terdapat sebuah kemewahan di kebebasan untuk melihat keseluruhan hidup kita

It will persist as long as there are thinking beings in the cosmos.

dan menyepelekan akhir dari segalanya.

And we can decide how to use it.

Kita, manusia rapuh dan gagal

membawa perasaan dalam diri penemuan dan keajaiban.

Thank you.

Yang akan bertahan selama ada makhluk berpikir dalam kosmos.

Dan kita menentukan bagaimana menggunakannya.

Terima kasih.