A day in the life of a teenage samurai - Constantine N. Vaporis

Translator: Reno Kanti Riananda Reviewer: Yolanda Raintina

It’s just after sunrise, and 16-year-old Mori Banshirô

Mentari baru saja terbit dan Mori Banshirô yang berusia 16 tahun

is already hard at work practicing drills with his long sword.

sedang berlatih menggunakan pedangnya dengan gigih.

Banshirô is an ambitious samurai in training,

Banshirô adalah seorang calon samurai yang ambisius

and today he must impress his teachers more than ever.

dan hari ini ia akan membuat gurunya lebih terkesan.

Today he’ll make his request to travel to the capital city of Edo

Hari ini ia akan meminta izin untuk pergi ke ibu kota Edo

for a year of martial and scholarly studies,

dengan tujuan mempelajari ilmu pengetahuan dan bela diri selama setahun penuh.

and he needs their support, along with his father’s.

Ia butuh dukungan dari para guru dan ayahnya.

The year is 1800 in the castle town of Kôchi,

Ini terjadi pada tahun 1800 di kota kastel Kôchi,

capital of the Tosa domain in Japan.

ibu kota Tosa di Jepang.

The daimyo rules the domain, and about 1,500 samurai retainers serve him.

Wilayah ini dipimpin oleh seorang daimyo dan dijaga oleh sekitar 1.500 samurai.

For 200 years, Japan has been at peace,

Hampir 200 tahun lamanya Jepang dalam keadaan damai,

and the samurai, once primarily warriors, now play a much wider range of roles—

dan para samurai yang awalnya prajurit, sekarang menjadi jauh lebih beragam—

they are also government officials,

ada yang menjadi pejabat pemerintah,

scholars,

cendekiawan,

teachers,

guru,

and even masters of the tea ceremony

bahkan pemimpin upacara minum teh,

or artists.

atau pun seniman.

To prepare for these diverse responsibilities,

Sebagai persiapan atas beragam tanggung jawab ini,

young samurai like Banshirô study the “twin paths”

samurai muda seperti Banshirô menempuh pendidikan "jalur ganda",

of literary learning and the martial arts.

berupa pembelajaran sastra dan seni bela diri.

At 15, he went through the rites of adulthood and received the daishô—

Pada usia 15 tahun, ia menjalani ritual kedewasaan dan menerima daishô—

a pair of swords.

yaitu sepasang pedang.

The long sword is for training and combat,

Pedang panjang yang digunakan untuk berlatih dan bertarung

while the short sword has a sole, solemn purpose—

dan pedang pendek memiliki kegunaan yang sangat sakral—

to commit ritual suicide, or seppuku,

yaitu untuk ritual bunuh diri atau seppuku,

if he dishonors himself, his family, or the daimyo.

jika ia tak menghormati dirinya sendiri, keluarga, atau daimyo.

Banshirô idolizes the legendary samurai Miyamoto Musashi,

Tapi, Banshirô mengidolakan samurai legendaris Miyamoto Musashi,

a renowned swordsman who lived 150 years earlier.

seorang pendekar terkenal yang hidup 150 tahun yang lalu.

But Banshirô doesn’t admire his swordsmanship alone.

Banshirô tidak hanya mengidolakan ilmu pedangnya.

Miyamoto Musashi was also a master calligrapher and painter.

Miyamoto Musashi juga seorang ahli kaligrafi dan pelukis.

That’s the real reason Banshirô wants to go to Edo—

Itulah alasan utama Banshirô untuk pergi ke Edo—

he secretly wants to be a painter, too.

diam-diam ia juga ingin menjadi seorang pelukis.

After finishing his practice at home, he bids his father goodbye

Setelah menuntaskan latihannya di rumah, Banshirô berpamitan dengan ayahnya

and walks to school.

dan berjalan ke sekolah.

His father is preparing to accompany the daimyo to the capital.

Ayahnya bersiap untuk mengawal daimyo ke ibu kota.

The Tokugawa shogun, head of the Japanese military government,

Shogun Tokugawa, kepala pemerintahan militer Jepang,

requires all the regional rulers to alternate years

mewajibkan seluruh penguasa wilayah dalam tiap pergantian tahun

between their castle town in the home domain and the capital city.

untuk pindah dari istana kota ke wilayah ibu kota.

The costly treks back and forth keep the daimyo subordinate

Biaya perjalanan bolak-balik yang tinggi memaksa daimyo untuk tetap mengabdi,

and prevent them from building up their own military forces

dan mencegah mereka membentuk kekuatan militer

to challenge the shogunate.

untuk menandingi keshogunan.

The daimyo’s wife and children live in the capital full time,

Istri dan anak daimyo tetap tinggal di ibu kota

where they serve as hostages to ensure his loyalty.

sebagai sandera untuk mempertahankan kesetiaannya.

But the practice doesn’t just affect the daimyo—

Praktik ini tidak hanya mempengaruhi para daimyo—

it determines much of the rhythm of life in Japan.

tetapi juga hampir seluruh ritme kehidupan di Jepang.

Samurai must accompany the daimyo to Edo.

Samurai harus mengawal daimyo ke Edo.

This year it’s Banshirô’s father’s turn to go,

Tahun ini giliran ayah Banshirô,

and Banshirô is desperate to go with him;

dan Banshirô sangat ingin pergi dengannya.

but given that he’s still in training, he’ll need permission

Namun, karena statusnya masih calon samurai,

Banshirô butuh izin dari ayahnya dan tempat ia berlatih.

from both his father and the domain.

At school, Banshirô’s first lesson is in swordfighting.

Pelajaran pertama Banshirô di sekolah adalah adu pedang.

Under his teacher’s stern eye, he pairs up with his classmates

Di bawah pengawasan gurunya, ia berpasangan dengan temannya

and goes through the routines he’s been practicing.

dan melakukan gerakan yang telah lama ia latih.

At the end of the lesson, he reminds the instructor of his request to go to Edo.

Di akhir kelas, ia mengingatkan gurunya tentang permintaannya untuk pergi ke Edo.

The instructor cracks his first smile of the day,

Sang guru tersenyum untuk pertama kalinya di hari itu,

and Banshirô feels confident he will gain his support.

dan Banshirô yakin gurunya akan mendukungnya.

Next, Banshirô practices archery, horsemanship, and swimming

Kemudian Banshirô berlatih memanah, berkuda, dan berenang

before his academic courses in the afternoon.

sebelum pelajaran akademik dimulai pada sore hari.

Courses cover Confucian philosophy, morality, and history.

Pelajarannya nya meliputi filosofi Konfusianisme, moralitas, dan sejarah.

When the instructor calls on him, he has the response on the tip of his tongue,

Saat guru bertanya padanya, Banshirô dapat menjawab dengan baik,

ensuring another supporter for his campaign.

menghasilkan satu lagi pendukung atas permohonannya.

By the end of the day, Banshirô feels confident that his formal request

Di akhir hari, Banshirô merasa yakin permintaannya akan disetujui,

will be approved, but the greatest challenge is still ahead of him:

tetapi tantangan terbesar masih menghadangnya:

convincing his father.

yaitu meyakinkan ayahnya.

His father believes the martial arts are more important than the literary arts,

Ayahnya yakin jika seni bela diri lebih penting dibanding ilmu sastra,

so Banshirô doesn’t mention his artistic ambitions.

sehingga Banshirô tak menyinggung perihal ambisi seninya.

Instead, he talks about renowned sword instructors he can train with,

Sebaliknya, ia membicarakan seorang ahli pedang terkenal yang bisa melatihnya,

and teaching certifications he can earn to improve his professional prospects

dan adanya kesempatan memperoleh sertifikasi mengajar,

untuk meningkatkan kesempatan kerja saat kembali ke Kôchi nanti.

back in Kôchi.

Then, he makes his final, strongest argument:

Lalu ia menyampaikan argumen terakhirnya

if he goes this time and succeeds, his father can retire and send him instead

jika ia berangkat sekarang dan berhasil, ayahnya bisa pensiun

dan ia akan menggantikan ayahnya di masa depan.

in the future.

It’s this last point that finally sells him—

Argumen terakhir inilah yang menjadi keberhasilannya—

Banshirô’s father agrees to take him on his tour of duty.

ayah Banshirô setuju untuk membawanya saat perjalanan dinas mendatang.

In the bustle of the capital city, Banshirô will finally have the opportunity

Di tengah hiruk pikuk ibu kota, Banshirô akhirnya memiliki kesempatan

to pursue his secret ambition to become a painter.

untuk mengejar ambisi rahasianya menjadi seorang pelukis.