How did South African Apartheid happen, and how did it finally end? - Thula Simpson

Translator: Edo Tri Fitriyanto Reviewer: Elyonai Krist

On June 16th 1976,

Pada 16 Juni 1976,

over 10,000 student protesters flooded the streets of Soweto, South Africa.

lebih dari 10.000 mahasiswa demo memadati jalan di Soweto, Afrika Selatan.

For 28 years, South Africans had been living under Apartheid,

Selama 28 tahun, orang Afrika Selatan telah hidup di bawah Apartheid,

a strict policy of segregation that barred the country’s Black majority

kebijakan segregasi ketat yang melarang mayoritas kulit hitam negara itu

from skilled, high-paying jobs, quality education, and much more.

dari pekerjaan terampil, gaji tinggi, hingga pendidikan berkualitas.

And in 1974, the government announced schools would be forced to teach

Pada 1974, pemerintah mengumumkan kewajiban sekolah untuk mengajar

many subjects in Afrikaans—

banyak mata pelajaran dalam Afrika

a language used primarily by the nation’s white ruling elites.

bahasa yang digunakan terutama oleh para elit kulit putih penguasa bangsa ini.

But when protesters rose up to fight this injustice,

Tetapi saat pengunjuk rasa bangkit melawan ketidakadilan ini,

the government's response was swift.

respon pemerintah sangat cepat.

Armed police officers turned their weapons onto the crowd,

Petugas polisi bersenjata mengalihkan senjata mereka ke kerumunan,

and over the following days they killed over 150 students,

dan selama beberapa hari berikutnya mereka membunuh lebih dari 150 siswa,

including victims as young as 13.

termasuk para korban berusia 13 tahun.

Even before Apartheid, South Africa’s long history of racial violence

Bahkan sebelum Apartheid, sejarah panjang kekerasan rasial Afrika Selatan

had already cost countless Black Africans their jobs, homes, and lives.

menyebabkan etnis hitam Afrika kehilangan pekerjaan, rumah, dan kehidupan.

Beginning in the 1600s,

Mulai tahun 1600-an,

first Dutch and later British settlers colonized the nation,

dimulai dari Belanda dan kemudian Inggris menjajah negara itu,

displacing local populations from their ancestral lands.

menggusur penduduk lokal dari tanah leluhur mereka.

Over the following centuries,

Selama berabad-abad berikutnya,

Black Africans were segregated onto so-called native reserves;

orang Afrika kulit hitam dipisahkan ke lahan pribumi;

and by the 20th century, that meant 70% of the population

dan pada abad ke-20, itu berarti 70% populasi

was living on roughly 13% of the country’s land.

tinggal di sekitar 13% dari tanah negara itu.

Deprived of their traditional livelihoods

Kehilangan mata pencaharian tradisional mereka

and seeking to escape these overpopulated regions,

dan berusaha melarikan diri dari daerah yang padat penduduk ini,

Black Africans began migrating to white-controlled areas.

orang Afrika kulit hitam bermigrasi ke daerah yang dikuasai kulit putih.

There, they worked for low wages on white-owned farms and mines,

Di sana, mereka bekerja dengan upah yang rendah di perkebunan dan tambang,

alongside the descendants of enslaved and indentured workers

bersama dengan keturunan para budak dan pekerja kontrak

from across Africa and Asia.

dari seluruh Afrika dan Asia.

By 1948, this exploited labor force was a primary driver

Pada 1948, eksploitasi tenaga kerja menjadi pendorong utama

of South Africa’s booming economy.

ekonomi Afrika Selatan yang berkembang pesat.

But economists argued that continued growth required a stable, educated,

Namun ekonom berpendapat jika pertumbuhan berkelanjutan butuh pendidikan yang stabil

and urbanized African labor force.

dan tenaga kerja Afrika di perkotaan.

The ruling United Party accepted this logic,

Partai Persatuan yang berkuasa menerima pernyataan ini,

but the rival National Party argued such a workforce

tetapi Partai Nasional saingannya menganggap hal tersebut akan

would threaten the white ruling class.

mengancam kelas kulit putih yang berkuasa.

Naming their campaign Apartheid, the Afrikaans word for “separateness,”

Menamai kampanye mereka Apartheid, dalam bahasa Afrika yang berarti "keterpisahan",

the National Party won the 1948 elections.

Partai Nasional memenangkan pemilu tahun 1948.

And once in power, they began forcibly relocating millions of Africans

Dan begitu berkuasa, mereka mulai secara paksa memindahkan jutaan orang Afrika

back to the reserves.

kembali ke lahan pribumi.

Under Apartheid, Black workers were considered temporary visitors

Di bawah Apartheid, pekerja kulit hitam dianggap pengunjung sementara

in white areas.

di daerah kulit putih.

They were restricted to specific zones,

Mereka dibatasi untuk zona tertentu,

and their trade unions received no official recognition.

dan serikat pekerja mereka tidak mendapat pengakuan resmi.

The government also abolished mixed race universities,

Pemerintah juga menghapuskan universitas ras campuran,

outlawed mixed marriages, segregated recreational spaces,

melarang pernikahan campuran, memisahkan ruang rekreasi,

and purged the non-white population from the voters’ roll.

dan membersihkan populasi non-kulit putih dari daftar pemilih.

Within parliament at this time,

Di dalam parlemen saat ini,

Apartheid only had a small group of outspoken opponents.

Apartheid hanya memiliki sekelompok kecil penentang yang vokal.

But outside the government,

Tetapi di luar pemerintah,

three political groups were leading a popular resistance against the regime:

tiga kelompok politik memimpin perlawanan rakyat terhadap rezim:

the Communist Party, which was then legally banned in 1950,

Partai Komunis, yang kemudian dilarang secara hukum pada tahun 1950,

their allies in the African National Congress,

sekutu mereka di Kongres Nasional Afrika,

and later, a splinter group called the Pan-Africanist Congress.

dan kemudian, kelompok pecahan yang disebut Kongres Pan-Afrika.

Despite some ideological differences,

Terlepas dari beberapa perbedaan ideologi,

all three groups worked to mobilize the masses

Tiga kelompok tersebut bekerja untuk memobilisasi massa

against Apartheid by non-violent methods.

melawan Apartheid dengan metode tanpa kekerasan.

But the National Party wasn’t as restrained.

Tapi Partai Nasional tidak begitu terkendali.

On March 21st, 1960, policemen massacred demonstrators at a PAC rally,

Pada 21 Maret 1960, polisi membantai para demonstran dalam pertemuan PAC,

and within weeks, the ANC and PAC were outlawed.

dan dalam beberapa minggu, ANC dan PAC dilarang.

These events radicalized anti-Apartheid leaders,

Peristiwa ini meradikalisasi para pemimpin anti-apartheid,

and in December of 1961,

dan pada bulan Desember 1961,

Nelson Mandela and other ANC and Communist Party activists

Nelson Mandela, aktivis ANC, dan Partai Komunis lainnya

established the resistance’s armed wing.

mendirikan badan bersenjata perlawanan.

While the conflict grew increasingly violent,

Sementara konflik semakin mengganas,

the 1960s saw consistent economic growth throughout South Africa.

tahun 1960-an melihat pertumbuhan ekonomi yang konsisten di seluruh Afrika Selatan.

The National Party attributed this to the success of Apartheid,

Partai Nasional menghubungkan dengan keberhasilan Apartheid,

but it was actually due to further exploitation.

tetapi sebenarnya karena eksploitasi lebih lanjut.

Employers were illegally hiring Black laborers

Pengusaha secara ilegal mempekerjakan buruh kulit hitam

for positions affluent white workers didn’t want to fill.

untuk posisi yang tidak ingin diisi oleh pekerja kulit putih.

And since this prosperity was flowing disproportionately

Dan karena kemakmuran ini mengalir secara tidak proporsional

to the ruling white minority,

ke minoritas kulit putih yang berkuasa,

the government happily turned a blind eye.

pemerintah dengan senang hati menutup mata.

Meanwhile, the National Party leveraged global anti-communist sentiment

Sementara itu, Partai Nasional memakai sentimen anti-komunis global

to demonize its adversaries.

untuk menjelekkan musuh-musuhnya.

In 1963, they tried Mandela and ten others for advancing communism

Tahun 1963, Mandela dan sepuluh lainnya diadili karena memajukan komunisme

and training recruits in guerrilla warfare.

dan melatih anggota baru dalam taktik perang gerilya.

Eight of the defendants were sentenced to life in prison,

Delapan terdakwa dijatuhi hukuman penjara seumur hidup,

and many remaining anti-Apartheid leaders were forced into exile.

dan banyak pemimpin anti-apartheid yang tersisa di paksa ke pengasingan.

Over the next decade,

Selama dekade berikutnya,

a generation of student activists rose up to continue the fight,

generasi aktivis mahasiswa bangkit untuk melanjutkan perjuangan,

led in part by Steve Biko and the South African Students Organization.

yang sebagian dipimpin oleh Steve Biko dan Organisasi Mahasiswa Afrika Selatan.

Following the Soweto Massacre, student protesters spread nationwide.

Setelah Pembantaian Soweto, pengunjuk rasa mahasiswa menyebar ke seluruh negeri.

But police violently smothered these demonstrations,

Tetapi polisi dengan keras memadamkan demonstrasi ini,

killing over 600 protesters by early 1977.

menewaskan lebih dari 600 pengunjuk rasa pada awal 1977.

That same year, Biko was taken into police custody

Pada tahun yang sama, Biko dibawa ke tahanan polisi

and killed in a brutal assault.

dan dibunuh dalam serangan brutal.

In response to this violence,

Menanggapi kekerasan ini,

the international community finally called for an end to Apartheid,

komunitas internasional menyerukan diakhirinya Apartheid,

with some countries enacting trade embargoes against South Africa.

dengan sejumlah negara menerapkan embargo perdagangan terhadap Afrika Selatan.

The state attempted to launch a reform process,

Negara berusaha meluncurkan proses reformasi,

creating separate parliaments for the country's white,

menciptakan parlemen terpisah untuk orang kulit putih,

non-white, and Indian populations.

non-kulit putih, dan India di negara itu.

But the exclusion of the African majority led to more nationwide rioting.

Namun, pengucilan akan mayoritas Afrika menyebabkan lebih banyak kerusuhan.

So when F.W. de Klerk, a long-time supporter of Apartheid,

Jadi ketika F.W. de Klerk, pendukung lama Apartheid,

came to power in 1989,

berkuasa pada tahun 1989,

he concluded the only way to ensure white survival was to end the policy.

menyimpulkan bahwa kebijakan itu harus diakhiri agar ras kulit putih bertahan.

On February 2nd, 1990,

Pada tanggal 2 Februari 1990,

de Klerk shocked the world by unbanning the ANC,

de Klerk mengejutkan dunia dengan membatalkan larangan ANC,

releasing Mandela,

membebaskan Mandela,

and calling for constitutional negotiations.

dan menyerukan negosiasi konstitusional.

Four years later, in the nation’s inaugural all-inclusive elections,

Empat tahun kemudian, dalam pemilihan umum inklusif yang pertama,

Mandela became South Africa’s first Black president.

Mandela menjadi presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan.

But today, the national trauma of Apartheid can still be keenly felt,

Namun hari ini, trauma nasional dari Apartheid masih sangat terasa,

and many wounds from this period have yet to fully heal.

dan banyak luka dari periode ini belum sembuh sepenuhnya.