What caused the Rwandan Genocide? - Susanne Buckley-Zistel

Translator: Agus Ari Wibawa Reviewer: Rizka Anjani

For 100 days in 1994, the African country of Rwanda

Selama 100 hari pada tahun 1994, negara di Afrika yaitu Rwanda

suffered a horrific campaign of mass murder.

mengalami rangkaian pembunuhan massal yang mengerikan.

Tetangga saling serang karena kekerasan telah menyelimuti wilayah itu,

Neighbor turned against neighbor as violence engulfed the region,

resulting in the deaths of over one-tenth of the country’s population.

mengakibatkan kematian lebih dari sepersepuluh populasi negara ini.

The seeds of this conflict were planted a century earlier,

Benih dari konflik ini sudah ditanamkan seabad sebelumnya,

first when German, and later Belgian, colonizers arrived in the country.

ketika penjajah dari Jerman, lalu Belgia, tiba di negara ini.

At the time, Rwanda was ruled by a monarchy of Tutsi,

Saat itu, Rwanda adalah negara monarki dan dipimpin oleh orang Tutsi,

one of the three ethnic groups comprising the population.

salah satu dari tiga kelompok etnis yang menjadi bagian populasi.

Tutsi and the even smaller Twa communities were minority groups,

Suku Tutsi dan komunitas Twa adalah kelompok minoritas,

while Hutu composed the majority.

sedangkan Hutu adalah mayoritas.

Many Hutus and Tutsi civilians were on good terms,

Banyak warga Hutu dan Tutsi hidup tenteram,

but colonial powers encouraged political division.

tetapi kekuatan kolonial mendorong perpecahan politik.

Belgians enforced record keeping around ethnic identity,

Bangsa Belgia mendorong pencatatan identitas etnis

and created a public narrative that cast Tutsi as elite rulers

dan menciptakan narasi publik bahwa orang Tutsi sebagai pemimpin elit

and Hutu as ordinary farmers.

dan orang Hutu sebagai petani biasa.

Over time, this propaganda led to intense political hostility.

Dari waktu ke waktu, propaganda ini mengarah pada permusuhan politik hebat.

And while colonial powers had largely withdrawn by 1959,

Dan ketika kekuatan kolonial mundur besar-besaran pada tahun 1959,

lingering anger motivated a Hutu revolt,

kemarahan yang tersisa memotivasi pemberontakan orang Hutu,

forcing many Tutsi leaders to flee the country.

memaksa banyak pemimpin orang Tutsi meninggalkan negara ini.

Over the following decade,

Berdekade-dekade kemudian,

Rwanda transitioned to an independent republic with a Hutu government.

Rwanda berubah menjadi republik yang independen dan dipimpin orang Hutu.

This new administration argued that as the majority group,

Administrasi yang baru ini berpendapat bahwa sebagai kelompok mayoritas,

Hutu deserved exclusive access to political power.

Hutu pantas mendapatkan akses eksklusif pada kekuatan politik.

They excluded the Tutsi minority by appointing offices based on population

Mereka mengecualikan orang Tutsi dengan cara menunjuk kantor berdasarkan populasi

and prohibited the return of Tutsi families that had fled years earlier.

dan melarang kembalinya keluarga Tutsi yang telah kabur tahun-tahun sebelumnya.

Hutu extremists also circulated propaganda

Para ekstremis Hutu mengedarkan propaganda

blaming Tutsi for the country’s economic, social, and political problems.

yang menyalahkan orang Tutsi atas masalah ekonomi, sosial, dan politik negara ini.

Tidak puas dengan hidup mereka selama pengasingan,

Discontent with their life in exile,

a small group of Tutsi insurgents invaded Rwanda in 1990,

kelompok pemberontak kecil dari Tutsi menginvasi Rwanda pada tahun 1990,

beginning a violent civil war.

memulai perang saudara yang kejam.

The conflict lasted three years before it was resolved with a formal peace accord.

Konflik berlanjut selama 3 tahun sebelum diselesaikan dengan perjanjian perdamaian.

But the war’s aftermath was rife with insecurity.

Namun, buntut dari perang itu dipenuhi dengan ketidakamanan.

While some civilians in both groups remained amicable,

Saat beberapa masyarakat di kedua belah pihak tetap bersahabat,

the treaty intensified political polarization.

traktat itu memperkuat polarisasi politik.

And in 1994, when a plane carrying the Hutu Rwandan president was shot down,

Dan pada 1994, saat pesawat yang membawa Presiden Rwanda keturunan Hutu ditembak,

the conflict broke out anew.

masalah itu pecah lagi.

This time, Hutu officials had prepared a deadly response

Kali ini, pihak Hutu telah menyiapkan balasan yang mematikan

to ensure they stayed in power.

untuk memastikan mereka tetap berkuasa.

Working off a list of targets,

Untuk menyingkirkan sekumpulan target,

government-funded Hutu militias flooded the streets,

milisi yang didanai pemerintah Hutu membanjiri jalanan,

perpetrating acts of physical and sexual violence

melakukan tindakan kekerasan fisik dan seksual

against Tutsi political enemies and civilians.

terhadap lawan politik dan masyarakat Tutsi.

Over the chaotic following months,

Dalam beberapa bulan yang kacau selanjutnya,

over 1 million Hutu civilians joined their ranks due to coercion,

lebih dari 1 juta masyarakat Hutu bergabung karena paksaan,

self-preservation, or the pursuit of personal agendas.

melindungi diri, atau mengejar agenda pribadi.

Tutsi victims sought refuge at churches and schools

Korban-korban orang Tutsi mencari suaka ke banyak gereja dan sekolah

where they hoped international organizations would protect them,

di mana mereka harap organisasi internasional bisa lindungi mereka,

but no outside party came to their aid.

tetapi tak ada pihak luar yang datang membantu.

UN soldiers who’d overseen the Peace Accord

Tentara PBB yang mengawasi Perjanjian Perdamaian itu

were instructed to abandon Tutsi civilians,

diperintahkan untuk meninggalkan masyarakat Tutsi,

and UN leadership refused to acknowledge the genocide taking place.

dan pimpinan PBB menolak untuk mengakui terjadinya genosida.

The violence didn’t end until mid-July,

Kekerasan itu berakhir pada pertengahan Juli,

when the Tutsi army— who instigated the previous civil war—

saat tentara Tutsi—yang memprovokasi perang saudara sebelumnya—

seized control of the country.

merebut kontrol negara itu.

By the time the fighting was over,

Saat perangnya sudah usai,

roughly 800,000 Rwandans had been killed,

sekitar 800.000 warga Rwanda terbunuh

and only a small fraction of the Tutsi population was left alive.

dan hanya sekelompok kecil dari populasi orang Tutsi yang masih hidup.

In the months that followed,

Dalam beberapa bulan berikutnya,

there was no easy strategy for bringing the killers to justice.

tak ada strategi yang mudah untuk mengadili para pembunuh itu.

The UN established a special tribunal in Tanzania to try the key perpetrators.

PBB membuat pengadilan khusus di Tanzania untuk mengadili pelaku.

But Hutu civilians from every level of society had committed atrocities

Namun, masyarakat Hutu dari berbagai lapisan telah melakukan kekerasan

against their neighbors, friends, and even family members.

terhadap tetangga, teman, dan bahkan anggota keluarga mereka.

There were roughly 120,000 Rwandans awaiting trial,

Kurang lebih terdapat 120.000 orang Rwanda menunggu untuk diadili,

and inmates were dying from overcrowding and poor hygiene.

dan narapidana banyak meninggal karena terlalu padat dan buruknya kebersihan.

The new Rwandan government estimated it would take 100 years to prosecute

Pemerintah Rwanda yang baru memperkirakan butuh sekitar 100 tahun untuk menuntut

every accused civilian in national court.

setiap warga yang didakwa di pengadilan nasional.

So officials determined the best path forward involved

Maka, para pejabat menentukan bahwa langkah terbaik untuk maju

looking to the country’s past.

adalah dengan melihat masa lalu negara ini.

Rwanda has a traditional process

Rwanda memiliki proses tradisional

for resolving interpersonal conflicts called gacaca.

untuk menyelesaikan konflik antarpribadi yang disebut dengan gacaca.

Roughly translating to “justice on the grass,”

Terjemahan kasarnya adalah “keadilan di atas rumput.”

gacaca had long been used to address offenses within villages.

Gacaca sudah lama digunakan untuk menangani konflik di desa-desa.

Local witnesses would offer testimony

Saksi-saksi lokal akan bersaksi

and could then speak for or against the accused.

dan selanjutnya mewakili atau melawan si terdakwa.

Then, appointed lay judges would determine an appropriate penalty

Lalu, asisten hakim yang ditunjuk akan menentukan hukuman yang layak

within the community’s means.

dalam batas kemampuan masyarakat.

In the hope of trying perpetrators more quickly,

Dengan harapan untuk mengadili para pelaku lebih cepat,

the government adapted gacaca for their formal courts.

pemerintah mengadopsi gacaca untuk pengadilan resmi mereka.

These hybrid trials had no professional attorneys or judges,

Pengadilan campuran ini tidak memiliki pengacara atau hakim profesional,

and no evidence outside the spoken word

tidak ada bukti lain selain ucapan

and a case file detailing the crimes of the accused.

dan berkas perkara yang menjelaskan tindak kejahatan yang dituduhkan.

All charges were then divided into four categories:

Seluruh tuduhan kemudian dibagi menjadi empat kategori:

masterminding the genocide and committing acts of sexual violence,

menjadi dalang dari genosida dan melakukan tindakan kekerasan seksual,

participating in the killings, physical assault,

terlibat dalam pembunuhan, penyerangan fisik,

or destroying Tutsi property.

atau penghancuran properti milik orang Tutsi.

Those found guilty of the first two categories

Bagi yang terbukti bersalah di 2 kategori awal

were entered into the traditional court system,

dimasukkan ke dalam sistem pengadilan tradisional.

but the other crimes were assigned set penalties

tetapi, kejahatan lainnya diberikan hukuman tetap

which could be reduced if the accused pled guilty.

yang masih bisa dikurangi jika terdakwa mengaku bersalah.

Beginning in 2002, thousands of gacaca courts convened every week.

Mulai tahun 2002, ribuan pengadilan gacaca diadakan tiap minggu.

The process proved faster than conventional courts,

Prosesnya terbukti lebih cepat dari pengadilan konvensional,

but Rwandan opinion on the trials was mixed.

tetapi pendapat warga Rwanda berbeda-beda.

Some didn’t want to accuse their neighbors in a community setting,

Beberapa tidak mau menuduh tetangga mereka dalam lingkup komunitas

and many potential witnesses were intimidated to prevent their testimony.

dan banyak saksi potensial diintimidasi untuk mencegah mereka bersaksi.

Additionally, while the trial showed that not all Hutu participated in the killings,

Sebagai tambahan, saat persidangan menunjukkan tak semua Hutu ikut membunuh,

the courts only reviewed cases with Tutsi victims,

pengadilan hanya meninjau kasus dengan korban orang Tutsi,

ignoring the Hutu casualties incurred during the genocide

mengabaikan korban orang Hutu yang jatuh selama genosida

and the preceding civil war.

dan juga perang saudara.

When the trials concluded in 2012,

Ketika persidangan itu ditutup pada 2012,

the courts had convicted 1.7 million individuals.

pengadilan telah mendakwa 1,7 juta orang.

For some families, these verdicts helped restore the dignity

Bagi sebagian keluarga, kesimpulan ini membantu memulihkan harga diri

of those lost in the violence.

mereka yang gugur dalam kejadian keji itu.

For others, the trials were a decade-long reminder

Bagi sebagian lainnya, persidangan itu adalah pengingat berdekade-dekade

of a past they were desperate to leave behind.

dari masa lalu yang ingin mereka tinggalkan.