What it's like to be a transgender dad | LB Hannahs

Translator: Rizki Febriani Reviewer: Made Pramana

Jadi suatu pagi aku pergi berbelanja

dan ada pegawai menyapaku,

dengan “Selamat pagi, pak, ada yang bisa saya bantu?”

saya bilang, “Tidak, terima kasih.”

So the other morning I went to the grocery store

Orang itu tersenyum dan kami berpisah.

and an employee greeted me

Aku mengambil Cheerios dan pergi dari toko.

with a "Good morning, sir, can I help you with anything?"

Kemudian pergi ke drive-thru kedai kopi lokal.

I said, "No, thanks, I'm good."

Setelah memesan, suara di sisi lain bilang,

The person smiled and we went our separate ways.

“Terima kasih, bu. Silakan ke sana.”

I grabbed Cheerios and I left the grocery store.

Dalam waktu kurang dari satu jam,

And I went through the drive-through of a local coffee shop.

orang mengiraku sebagai “bapak” dan “ibu”.

After I placed my order, the voice on the other end said,

Tapi bagiku, keduanya tidak ada yang salah,

"Thank you, ma'am. Drive right around."

tapi mereka juga tidak sepenuhnya benar.

Now, in the span of less than an hour,

I was understood both as a "sir" and as a "ma'am."

Manusia kecil ini adalah anakku Elliot yang berusia hampir 2 tahun.

But for me, neither of these people are wrong,

Oke, benar.

but they're also not completely right.

Dan selama dua tahun ini,

anak ini memaksaku untuk memikirkan dunia

This cute little human is my almost-two-year-old Elliot.

dan cara untuk berpartisipasi.

Aku mengidentifikasi sebagai transgender dan orang tua, transparent.

Yeah, alright.

And over the past two years,

this kid has forced me to rethink the world

(Tertawa)

and how I participate in it.

(Tepuk tangan)

I identify as transgender and as a parent, that makes me a transparent.

(Sorakan)

(Tepuk tangan)

(Laughter)

(Applause)

Kamu tahu, aku benar-benar mengambil tema acara tahun ini.

(Cheering)

(Applause)

(Tertawa)

Seperti candaan bapak-bapak.

Lebih spesifik, aku mengidentifikasi sebagai genderqueer.

As you can see, I took this year's theme super literal.

Dan ada banyak cara dan pengalaman menjadi genderqueer,

(Laughter)

Like any good dad joke should.

tapi bagiku itu artinya aku bukan laki-laki atau perempuan.

More specifically, I identify as genderqueer.

Aku merasa ada di tengah-tengah dan kadang di luar gender biner.

And there are lots of ways to experience being genderqueer,

Dan ada di luar gender biner ini

but for me that means I don't really identify as a man or a woman.

artinya kadang aku dipanggil “bapak” dan “ibu”

I feel in between and sometimes outside of this gender binary.

dalam waktu kurang dari sejam ketika melakukan kegiatan di luar

seperti beli Cheerios.

And being outside of this gender binary

Tapi ada di tengah garis ini yang membuatku nyaman.

means that sometimes I get "sired" and "ma'amed"

Ruang di mana aku bisa jadi bapak dan ibu

in the span of less than an hour when I'm out doing everyday things

terasa paling nyaman dan paling autentik.

like getting Cheerios.

Tapi bukan berarti interaksi ini tidak terasa tidak nyaman.

But this in between lane is where I'm most comfortable.

Percayalah, ketidaknyamanannya mulai dari hal kecil

This space where I can be both a sir and a ma'am

seperti merasa tidak aman.

feels the most right and the most authentic.

Misalnya saat berada di bar waktu kuliah

But it doesn't mean that these interactions aren't uncomfortable.

ketika penjaga mencengkram bagian belakang leherku

Trust me, the discomfort can range from minor annoyance

dan melemparkanku dari toilet perempuan.

Tapi bagiku, menjadi autentik bukan berarti “nyaman”.

to feeling physically unsafe.

Like the time at a bar in college

Itu artinya mengatur dan menegosiasi ketidaknyamanan setiap harinya,

when a bouncer physically removed me by the back of the neck

and threw me out of a woman's restroom.

bahkan ketika itu tidak aman.

But for me, authenticity doesn't mean "comfortable."

Baru ketika pengalamanku sebagai seorang trans

bertabrakan dengan identitas saya sebagai orang tua

It means managing and negotiating the discomfort of everyday life,

akhirnya aku mengerti dalamnya kerentananku

even at times when it's unsafe.

dan bagaimana mereka mencegahku menjadi diri paling autentik.

And it wasn't until my experience as a trans person

collided with my new identity as a parent

Bagi kebanyakan orang, panggilan orang tua

that I understood the depth of my vulnerabilities

bukan hal yang terlalu dipikirkan

and how they are preventing me from being my most authentic self.

di luar sebutan spesifik kultural

atau variasi gender seperti “mama,” “ibu,” atau “ayah,” “papa.”

Now, for most people, what their child will call them

Tapi untukku, kemungkinan anak,

is not something that they give much thought to

outside of culturally specific words

yang akan jadi remaja dan orang dewasa,

or variations on a gendered theme like "mama," "mommy," or "daddy," "papa."

ini akan memanggilku sepanjang hidup kami,

itu sangat menakutkan dan membahagiakan.

But for me, the possibility is what this child,

who will grow to be a teenager and then a real-life adult,

Dan aku menghabiskan 9 bulan dengan kenyataan akan dipanggil “mama”

will call me for the rest of our lives,

yang tidak terasa pas untukku.

was both extremely scary and exciting.

Tidak peduli berapa banyak versi “mama” yang aku coba,

And I spent nine months wrestling with the reality that being called "mama"

itu tetap terasa dipaksakan dan sangat tidak nyaman.

or something like it didn't feel like me at all.

Aku tahu dipanggil “mama” atau “ibu” akan lebih mudah dicerna orang lain.

And no matter how many times or versions of "mom" I tried,

Ide punya dua ibu bukan hal aneh,

it always felt forced and deeply uncomfortable.

terutama di tempat kami tinggal.

I knew being called "mom" or "mommy" would be easier to digest for most people.

Jadi aku mencoba kata lain.

Dan ketika aku mencoba dengan “ayah”, rasanya lebih baik.

The idea of having two moms is not super novel,

Lebih baik tapi tidak sempurna.

especially where we live.

Rasanya seperti sepasang sepatu yang kamu cintai

So I tried other words.

dan mau tak mau kamu perlu terus pakai.

And when I played around with "daddy," it felt better.

Dan aku tahu menjadi orang yang terlahir perempuan tapi dipanggil “ayah”

Better, but not perfect.

akan jadi jalan sulit dengan banyak momen tidak nyaman.

It felt like a pair of shoes that you really liked

but you needed to wear and break in.

Tapi akhirnya waktunya datang

And I knew the idea of being a female-born person being called "daddy"

dan Elliot lahir dengan berteriak, seperti bayi lainnya,

was going to be a harder road with a lot more uncomfortable moments.

dan identitas baruku sebagai orang tua dimulai.

Aku memutuskan menjadi ayah, dan keluarga baru kami menghadapi dunia.

But, before I knew it, the time had come

and Elliot came screaming into the world, like most babies do,

Hal paling umum yang terjadi ketika orang bertemu kami

and my new identity as a parent began.

adalah disangka “ibu”.

I decided on becoming a daddy, and our new family faced the world.

Dan ketika aku dikira “ibu”, beberapa skenario mungkin terjadi,

aku punya bagan untuk membantu mengilustrasikan opsiku.

Now one of the most common things that happens when people meet us

is for people to "mom" me.

(Tertawa)

And when I get "momed", there are several ways the interaction can go,

Jadi, opsi pertama adalah mengabaikan asumsinya

dan membiarkan orang terus memanggilku “ibu,”

and I've drawn this map to help illustrate my options.

yang tidak membuat canggung orang lain,

(Laughter)

tapi membuat kami merasa sangat canggung.

So, option one is to ignore the assumption

Dan biasanya ini membuatku membatasi interaksiku dengan mereka.

and allow folks to continue to refer to me as "mom,"

Opsi pertama.

which is not awkward for the other party,

Opsi kedua adalah menghentikan dan membenarkan mereka

but is typically really awkward for us.

And it usually causes me to restrict my interaction with those people.

dan bilang,

“sebenarnya, saya ayahnya Elliot” atau “Elliot memanggil saya ‘papa.’”

Option one.

Dan ketika aku bilang begini, ada beberapa kemungkinan yang terjadi.

Option two is to stop and correct them

and say something like,

Orang akan menerimanya dan bilang, “Oh, Oke.”

"Actually, I'm Elliot's dad" or "Elliot calls me 'daddy.'"

dan berlalu.

Atau mereka merespons dengan permintaan maaf yang besar

And when I do this, one or two of the following things happen.

karena mereka merasa menyesal atau canggung atau bersalah atau aneh.

Folks take it in stride and say something like, "Oh, OK."

Tapi seringnya, yang terjadi adalah mereka kebingungan

And move on.

Or they respond by apologizing profusely

dan menatap saya dengan pandangan yang intens dan bilang,

because they feel bad or awkward or guilty or weird.

“Apa berarti kamu mau bertransisi?

But more often, what happens is folks get really confused

Kamu mau jadi laki-laki?”

Atau bilang

and look up with an intense look and say something like,

“Kok bisa dia jadi ayah?

Cuman laki-laki yang bisa jadi ayah.”

"Does this mean you want to transition?

Opsi pertama sering kali lebih mudah.

Do you want to be a man?"

Or say things like,

Opsi kedua selalu menjadi yang paling autentik.

"How can she be a father?

Dan semua skenario ini melibatkan ketidaknyamanan,

Only men can be dads."

bahkan dalam skenario terbaik.

Well, option one is oftentimes the easier route.

Dan aku rasa, seiring waktu, kemampuanku menavigasi bagan kompleks tadi

Option two is always the more authentic one.

jadi lebih mudah.

And all of these scenarios involve a level of discomfort,

Tapi ketidaknyamanannya masih ada.

Aku tidak akan berdiri di sini dan berpura-pura

even in the best case.

And I'll say that over time, my ability to navigate this complicated map

aku sudah menguasainya, masih jauh.

Dan ada hari di mana aku masih menggunakan opsi pertama

has gotten easier.

But the discomfort is still there.

karena opsi kedua terlalu sulit atau terlalu berisiko.

Now, I won't stand here and pretend

like I've mastered this, it's pretty far from it.

Tidak ada cara pasti untuk menebak reaksi orang lain,

And there are days when I still allow option one to take place

dan aku ingin memastikan orang lain punya niat baik,

because option two is just too hard or too risky.

bahwa orang itu baik.

Tapi kita hidup di dunia di mana opini orang atas keberadaanku

There's no way to be sure of anyone's reaction,

bisa menjadi ancaman serius bagi diriku

and I want to be sure that folks have good intentions,

atau bahkan bagi keamanan emosi dan fisik keluargaku.

that people are good.

But we live in a world where someone's opinion of my existence

Jadi aku menimbang harga dan risikonya

can be met with serious threats to me

dan kadang keamanan keluargaku lebih besar dibanding autentisitas diriku.

or even my family's emotional or physical safety.

So I weigh the costs against the risks

Tapi, meskipun berisiko,

aku tahu Elliot beranjak dewasa, tumbuh kesadarannya dan kemampuan berbahasanya,

and sometimes the safety of my family comes before my own authenticity.

jika aku tidak membenarkan orang, dia akan melakukannya.

But despite this risk,

Aku tidak ingin ketakutan dan kekhawatiranku terjadi padanya,

I know as Elliot gets older and grows into her consciousness and language skills,

menghancurkan semangatnya atau membuatnya mempertanyakan suaranya.

if I don't correct people, she will.

Sata perlu menjadi model yang autentik dan berani terbuka,

I don't want my fears and insecurities to be placed on her,

itu artinya menerima momen tidak nyaman dibilang sebagai “ibu”

to dampen her spirit or make her question her own voice.

dan bilang, “bukan, saya ayahnya.

I need to model agency, authenticity and vulnerability,

Saya bahkan punya candaan bapak-bapak untuk membuktikannya.”

and that means leaning into those uncomfortable moments of being "momed"

(Tertawa)

Sudah ada banyak sekali momen yang tidak nyaman

and standing up and saying, "No, I'm a dad.

dan bahkan menyakitkan.

And I even have the dad jokes to prove it."

Tapi dalam dua tahun saja, juga ada

(Laughter)

momen validasi dan kadang transformasi dalam perjalananku sebagai ayah

Now, there have already been plenty of uncomfortable moments

dan perjalananku menjadi autentik.

and even some painful ones.

Ketika aku mendapat sonogram pertama saya,

But there's also been, in just two short years,

kami memutuskan ingin mengetahui jenis kelamin bayinya.

validating and at times transformative moments on my journey as a dad

Teknisinya melihat vulva dan bilang, “bayinya perempuan”

and my path towards authenticity.

di monitor dan memberi kami foto dan mengucapkan perpisahan.

When we got our first sonogram,

we decided we wanted to know the sex of the baby.

Kami membagikan fotonya dengan keluarga kami seperti orang lain

The technician saw a vulva and slapped the words "It's a girl"

kemudian, ibu saya datang dengan tas besar berisi --

on the screen and gave us a copy and sent us on our way.

saya tidak melebihkan,

tingginya sebegini dan dipenuhi dengan pakaian merah muda dan mainan.

We shared the photo with our families like everyone does

and soon after, my mom showed up at our house with a bag filled --

Aku agak kesal karena harus melihat banyak sekali warna merah muda,

I'm not exaggerating,

it was like this high and it was filled, overflowing with pink clothes and toys.

dan setelah belajar soal gender

dan menghabiskan waktu mengajari gender di workshop dan kelas,

aku pikir aku mengerti mengenai konstruksi sosial soal gender

Now I was a little annoyed to be confronted with a lot of pink things,

and having studied gender

dan bagaimana seksisme meminggirkan feminin

and spent countless hours teaching about it in workshops and classrooms,

dan bagaimana manifestasinya baik eksplisit maupun implisit.

I thought I was pretty well versed on the social construction of gender

Tapi situasi ini, ketidaksukaan pada tas berisi barang warna merah muda,

and how sexism is a devaluing of the feminine

memaksaku mengeksplorasi ketidaksukaanku pada hal-hal feminin

and how it manifests both explicitly and implicitly.

But this situation, this aversion to a bag full of pink stuff,

dalan dunia anak-anak.

Aku sadar bahwa aku memaksakan seksisme

forced me to explore my rejection of highly feminized things

dan norma kultural yang aku ajari sebagai hal bermasalah.

in my child's world.

Tidak peduli betapa percayanya aku pada teori gender netral,

I realized that I was reinforcing sexism

dalam praktiknya, ketiadaan feminin bukan netral, itu justru maskulin.

and the cultural norms I teach as problematic.

No matter how much I believed in gender neutrality in theory,

Jika aku hanya memakaikan warna hijau dan biru dan abu-abu pada anakku,

in practice, the absence of femininity is not neutrality, it's masculinity.

Dunia luar tidak berpikir, “oh, itu bayi lucu yang netral gender.”

Mereka pikir, “oh, bayi laki-laki yang lucu.”

If I only dress my baby in greens and blues and grays,

Jadi pemahaman teoritisku soal gender dan dunia orang tuaku bertabrakan.

the outside world doesn't think, "Oh, that's a cute gender-neutral baby."

Iya, aku ingin ragam warna dan mainan untuk anakku.

They think, "Oh, what a cute boy."

Aku ingin keseimbangan lingkungan untuk dia bereksplorasi

So my theoretical understanding of gender and my parenting world collided hard.

dan paham dengan caranya sendiri.

Kami memilih nama netral gender untuk anak kami yang terlahir perempuan.

Yes, I want a diversity of colors and toys for my child to experience.

Tapi gender netral lebih mudah dalam teori

I want a balanced environment for her to explore

and make sense of in her own way.

dibandingkan praktik.

We even picked a gender-neutral name for our female-born child.

dan dalam usahaku menciptakan gender netral,

aku justru mengedepankan maskulinitas dibanding feminitas.

But gender neutrality is much easier as a theoretical endeavor

than it is as a practice.

Jadi, dibanding menekan atau menghapuskan feminitas dalam hidup kita,

And in my attempts to create gender neutrality,

kita perlu mengupayakan untuk merayakannya.

I was inadvertently privileging masculinity over femininity.

Kami punya warna merah muda di antara ragam warna,

kami menyeimbangkan lucu dengan ganteng

So, rather than toning down or eliminating femininity in our lives,

cantik dengan kekuatan dan kecerdasan

we make a concerted effort to celebrate it.

dan kami berusaha agar tidak mengaitkan kata dengan gender.

We have pinks among the variety of colors,

Kami menghargai feminitas dan maskulinitas

we balance out the cutes with handsomes

sekaligus mengkritisinya.

and the prettys with strongs and smarts

Dan melakukan hal terbaik agar ia merasa tidak dibatasi oleh peran gender.

and work really hard not to associate any words with gender.

We value femininity and masculinity

Dan kami melakukannya dengan harapan

menjadi model hubungan yang sehat dan saling menguatkan untuk anak kami.

while also being highly critical of it.

And do our best to not make her feel limited by gender roles.

Mengembangkan hubungan sehat dengan gender untuk Elliot

And we do all this in hopes

membuatku memikirkan dan mengevaluasi bagaimana aku membiarkan seksisme

that we model a healthy and empowered relationship with gender for our kid.

terwujud dalam identitas genderku.

Now this work to develop a healthy relationship with gender for Elliot

Aku mulai mengevaluasi kembali penolakanku pada feminitas

demi menghidupkan maskulinitas yang tidak sehat

made me rethink and evaluate how I allowed sexism to manifest

atau hal yang ingin aku wariskan.

in my own gender identity.

I began to reevaluate how I was rejecting femininity

Melakukan pekerjaan ini berarti aku harus menolak opsi pertama.

in order to live up to a masculinity that was not healthy

Aku tidak bisa mengabaikannya.

Aku harus memilih opsi kedua.

or something I wanted to pass on.

Aku harus menghadapi bagian paling tidak nyaman

Doing this self-work meant I had to reject option one.

agar menjadi versi diriku yang autentik.

I couldn't ignore and move on.

Dan itu artinya aku harus menghadapi ketidaknyamanku dengan tubuhku.

I had to choose option two.

I had to engage with some of my most uncomfortable parts

Ini hal yang sering terjadi pada trans, merasa tidak nyaman dengan tubuhnya,

to move towards my most authentic self.

And that meant I had to get real about the discomfort I have with my body.

dan ketidaknyamanan ini bisa mengganggu atau menyebalkan

dan di mana pun diantaranya.

Dan mempelajari tubuhku dan bagaimana merasa nyaman sebagai orang trans

It's pretty common for trans people to feel uncomfortable in their body,

adalah perjalanan seumur hidup.

and this discomfort can range from debilitating to annoying

Aku selalu kesulitan dengan bagian tubuhku

and everywhere in between.

yang didefinisikan lebih feminin --

And learning my body and how to be comfortable in it as a trans person

dada, pinggang, suaraku.

has been a lifelong journey.

Dan aku membuat keputusan yang kadang sulit, kadang mudah

I've always struggled with the parts of my body

untuk tidak menggunakan hormon atau operasi untuk mengubahnya

that can be defined as more feminine --

my chest, my hips, my voice.

untuk membuatku lebih maskulin dalam standar masyarakat.

And I've made the sometimes hard, sometimes easy decision

Meski aku belum sepenuhnya menerima perasaan tidak puas,

to not take hormones or have any surgeries to change it

aku sadar dengan mengabaikan ketidaknyamanan itu

to make myself more masculine by society's standards.

dan pergi ke tempat yang mengafirmasi tubuhku,

And while I certainly haven't overcome all the feelings of dissatisfaction,

aku justru menekankan seksisme, transfobia dan mencontohkan body shaming.

I realized that by not engaging with that discomfort

Jika aku membenci tubuh saya,

and coming to a positive and affirming place with my body,

secara khusus, bagian yang dianggap masyarakat sebagai feminin atau maskulin,

I was reinforcing sexism, transphobia and modeling body shaming.

aku mungkin melukai bagaimana anak saya melihat tubuhnya

If I hate my body,

dan feminitas dan bagian kewanitaannya.

in particular, the parts society deems feminine or female,

Jika aku membenci atau tidak nyaman dengan tubuhku,

I potentially damage how my kid can see the possibilities of her body

bagaimana aku berharap anakku mencintai tubuhnya?

and her feminine and female parts.

Akan lebih mudah untuk memilih opsi pertama:

If I hate or am uncomfortable with my body,

mengabaikan anakku ketika dia tanya tentang tubuhku atau menyembunyikannya.

how can I expect my kid to love hers?

Tapi aku harus memilih opsi kedua setiap hari.

Now it would be easier for me to choose option one:

Aku harus mengkonfrontasi asumsiku mengenai bagaimana tubuh ayah seharusnya.

to ignore my kid when she asks me about my body or to hide it from her.

Jadi aku berusaha setiap hari mencoba lebih nyaman dalam tubuh ini

But I have to choose option two every day.

dan dalam mengekspresikan feminitasku.

I have to confront my own assumptions about what a dad's body can and should be.

Jadi aku terus membicarakannya,

aku mengeksplorasi ketidaknyamanan ini

So I work every day to try and be more comfortable in this body

dan mencari bahasa yang membuatku nyaman.

Ketidaknyamanan harian ini membantuku membangun agensi dan autentisitas

and in the ways I express femininity.

So I talk about it more,

yang terlihat dalam ketubuhan dan genderku.

I explore the depths of this discomfort

and find language that I feel comfortable with.

Aku berusaha tidak membatasi diriku.

And this daily discomfort helps me build both agency and authenticity

Aku ingin menunjukkan kalau ayah boleh punya panggul,

dan seorang ayah tidak harus punya dada yang rata

in how I show up in my body and in my gender.

atau bisa tumbuh kumis.

I'm working against limiting myself.

Dan ketika ia telah berkembang,

I want to show her that a dad can have hips,

aku ingin bercerita tentang perjalananku dengan tubuhku.

a dad doesn't have to have a perfectly flat chest

Aku ingin ia melihat perjalanan autentisitas diriku

or even be able to grow facial hair.

bahkan ketika itu artinya menunjukkan aspek yang berantakan.

And when she's developmentally able to,

I want to talk to her about my journey with my body.

Kami punya dokter anak yang baik

I want her to see my journey towards authenticity

dan membangun hubungan baik dengan dokter anak tersebut.

even when it means showing her the messier parts.

Dan seperti yang kalian tahu, meski doktermu tetap sama,

perawat dan perawat praktisinya terus berganti.

We have a wonderful pediatrician

and have established a good relationship with our kid's doctor.

Ketika Elliot lahir, kami membawanya ke dokter anak

And as you all know, while your doctor stays the same,

dan bertemu dengan perawat pertama kami -- Sarah.

your nurses and nurse practitioners change in and out.

Pada awalnya ke Sarah,

kami bilang aku akan dipanggil “ayah”

And when Elliot was first born, we took her to the pediatrician

dan pasanganku “mama”.

Sarah adalah salah satu orang yang menerima begitu saja,

and we met our first nurse -- we'll call her Sarah.

Very early in in our time with Sarah,

dan kunjungan rutin kami berjalan mulus.

we told her how I was going to be called "dad"

Sekitar setahun kemudian, Sarah berganti shift

and my partner is "mama."

dan kami bertemu dengan perawat baru -- namanya Becky.

Sarah was one of those folks that took it in stride,

Kami belum sempat mengobrol tentang sebutan ayah

and our subsequent visits went pretty smoothly.

dan itu tidak pernah muncul sampai Sarah, perawat awal kami,

And about a year later, Sarah switched shifts

kebetulan lewat dan menyapa.

and we started working with a new nurse -- we'll call her Becky.

Sarah dengan hangat dan ceria menyapa Elliot, aku dan istriku

We didn't get in front of the dad conversations

dan dia bicara pada Elliot dan mengatakan,

and it didn't actually come up until Sarah, our original nurse,

“Apa ayahmu memegang mainanmu?”

walked in to say hi.

Dari sudut mataku,

Sarah's warm and bubbly and said hi to Elliot and me and my wife

aku bisa melihat Becky bergoyang di kursinya

menatap Sarah dengan sinis.

and when talking to Elliot said something like,

"Is your daddy holding your toy?"

Dan ketika kami bertemu dengan dokter anak kami,

Now out of the corner of my eye,

Aku melihat interaksi Sarah dan Becky berlanjut, dan kelihatan seperti ini.

I could see Becky swing around in her chair

and make daggers at Sarah.

Becky, menggelangkan kepalanya “bukan” dan bilang “ibu.”

And as the conversation shifted to our pediatrician,

I saw Sarah and Becky's interaction continue, and it went something like this.

Sarah, menggelengkan kepalanya “bukan” dan bilang “bukan, itu ayah.”

Becky, shaking her head "no" and mouthing the word "mom."

(Tertawa)

Canggung, bukan?

Sarah, shaking her head "no" and mouthing the word "no, dad."

Ini terus berlanjut dalam keheningan beberapa kali

sampai kami pergi.

(Laughter)

Interaksi ini melekat di kepalaku.

Awkward, right?

Sarah bisa saja memilih opsi pertama,

So this went back and forth in total silence a few more times

mengabaikan Becky, dan membiarkannya memanggilku ibu.

until we walked away.

Itu akan lebih mudah untuk Sarah.

Now, this interaction has stuck with me.

Dia bisa menaruh bebannya padaku dan tidak bilang apa pun.

Sarah could have chosen option one,

ignored Becky, and let her refer to me as mom.

Tapi saat itu, dia memilih opsi kedua.

It would have been easier for Sarah.

Dia memilih mengkonfrontasi asumsi yang ada dan mengafirmasi keberadaanku.

She could have put the responsibility back on me or not said anything at all.

Dia beranggapan orang yang terlihat dan terdengar sepertiku

But in that moment, she chose option two.

bisa menjadi ayah.

Dan dalam cara kecil yang berkesan,

She chose to confront the assumptions and affirm my existence.

mengadvokasi untukku, autentisitas diriku dan keluargaku.

She insisted that a person who looks and sounds like me

Sayangnya, kita hidup di dunia yang menolak keberadaan orang trans

can in fact be a dad.

And in a small but meaningful way,

advocated for me, my authenticity and my family.

dan keberagaman orang trans secara umum.

Unfortunately, we live in a world that refuses to acknowledge trans people

Dan harapanku adalah ketika ada kesempatan

membela orang lain,

kita semua mengambil sikap seperti Sarah, bahkan ketika berisiko.

and the diversity of trans people in general.

And my hope is that when confronted with an opportunity

Jadi ada kalanya, risiko menjadi ayah genderqueer terasa sangat berat.

to stand up for someone else,

we all take action like Sarah, even when there's risk involved.

Dan memutuskan menjadi ayah terasa sangat sulit.

Dan aku yakin akan terus menjadi hal tersulit,

So some days, the risk of being a genderqueer dad feels too much.

sekaligus pengalamanku yang paling berharga.

Meski pun ada tantangan, setiap hari terasa 100% terbayar.

And deciding to be a dad has been really hard.

And I'm sure it will continue to be the hardest,

Jadi setiap hari aku menguatkan janjiku pada Elliot

yet the most rewarding experience of my life.

dan pada diri sendiri.

But despite this challenge, every day has felt 100 percent worth it.

Untuk mencintainya dan mencintai diriku

dengan pengampunan dan kasih,

So each day I affirm my promise to Elliot

dengan ketangguhan dan kedermawanan.

and that same promise to myself.

Untuk memberi ruang bertumbuh, dan dorongan ke luar zona nyaman

To love her and myself hard

with forgiveness and compassion,

dengan harapan mendapatkan kehidupan yang lebih bermakna.

with tough love and with generosity.

Aku tahu di kepala dan hatiku

To give room for growth, to push beyond comfort

akan ada hari-hari sulit dan menyakitkan serta penuh ketidaknyamanan.

in hopes of attaining and living a more meaningful life.

Kepala dan hatiku juga tahu

bahwa itu semua akan membawa kehidupan yang lebih kaya dan autentik

I know in my head and in my heart

that there are hard and painful and uncomfortable days ahead.

yang bisa kukenang tanpa penyesalan.

Terima kasih.

(Tepuk tangan)

My head and my heart also know

that all of it will lead to a more rich, authentic life

that I can look back on without regrets.

Thank you.

(Applause)