Don't fail fast -- fail mindfully | Leticia Gasca

Translator: Amir Syafrudin Reviewer: Ibtisam Qonita

[This talk contains mature language Viewer discretion is advised]

Pembicaraan ini mengandung bahasa dewasa. Kebijaksanaan pemirsa disarankan.

If we traveled back to the year 800 BC,

Bila kita kembali ke tahun 800 SM,

in Greece, we would see that merchants whose businesses failed

di Yunani, kita akan melihat pedagang yang usahanya gagal

were forced to sit in the marketplace with a basket over their heads.

dipaksa duduk di pasar dengan keranjang menutupi kepala mereka.

In premodern Italy,

Di era pramodern Italia,

failed business owners, who had outstanding debts,

pengusaha yang gagal, yang memiliki utang tak terbayar,

were taken totally naked to the public square

akan dibawa ke alun-alun dalam keadaan telanjang bulat

where they had to bang their butts against a special stone

dan mereka harus menghantamkan bokong mereka ke sebuah batu khusus

while a crowd jeered at them.

sambil dicemooh orang-orang yang menonton mereka.

In the 17th century in France,

Pada abad ke-17 di Perancis,

failed business owners were taken to the center of the market,

pengusaha yang gagal akan dibawa ke pusat pasar,

where the beginning of their bankruptcy was publicly announced.

untuk mengumumkan awal kebangkrutan mereka.

And in order to avoid immediate imprisonment,

Dan untuk menghindari penahanan di penjara saat itu juga,

they had to wear a green bonnet

mereka harus memakai topi hijau

so that everyone knew they were a failure.

agar semua orang tahu kalau mereka gagal.

Of course, these are extreme examples.

Semua itu memang contoh ekstrem.

But it is important to remember

Tapi penting untuk diingat

that when we excessively punish those who fail,

bahwa saat kita menghukum kegagalan secara berlebihan,

we stifle innovation and business creation,

kita menghambat inovasi dan kreasi bisnis

the engines of economic growth in any country.

yang menjadi mesin pertumbuhan ekonomi di negara manapun.

Time has passed, and today we don't publicly humiliate failed entrepreneurs.

Waktu terus berjalan dan kita tidak lagi mempermalukan pengusaha yang gagal.

And they don't broadcast their failures on social media.

Mereka pun tidak mempublikasikan kegagalan mereka di media sosial.

In fact, I think that all of us can relate with the pain of failure.

Bahkan saya yakin kita semua dapat memahami sakitnya kegagalan.

But we don't share the details of those experiences.

Tapi kita enggan berbagi pengalaman kegagalan itu.

And I totally get it, my friends, I have also been there.

Saya mengerti karena saya pun pernah mengalaminya.

I had a business that failed

Saya pernah gagal dalam bisnis.

and sharing that story was incredibly hard.

Berbagi cerita kegagalan itu benar-benar sulit.

In fact, it required seven years, a good dose of vulnerability

Untuk melakukan itu, saya butuh waktu tujuh tahun, rasa rentan yang cukup,

and the company of my friends.

dan kehadiran teman-teman saya.

This is my failure story.

Inilah cerita kegagalan saya.

When I was in college, studying business, I met a group of indigenous women.

Saat saya kuliah di bidang bisnis, saya bertemu sekelompok wanita pribumi.

They lived in a poor rural community in the state of Puebla, in central Mexico.

Mereka tinggal di daerah miskin di Puebla, salah satu negara bagian di Meksiko.

They made beautiful handmade products.

Mereka membuat produk kerajinan tangan yang indah.

And when I met them and I saw their work,

Saat saya bertemu mereka dan melihat hasil kerja mereka,

I decided I wanted to help.

saya memutuskan untuk membantu mereka.

With some friends, I cofounded a social enterprise

Dengan beberapa teman, saya mendirikan usaha sosial

with the mission to help the women create an income stream

untuk membantu wanita-wanita itu mendapatkan penghasilan

and improve their quality of life.

dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

We did everything by the book,

Kami lakukan semuanya berdasarkan teori

as we had learned in business school.

yang kami pelajari di sekolah bisnis.

We got investors,

Kami mendapatkan investor,

we spent a lot of time building the business and training the women.

kami habiskan waktu kami untuk membangun bisnis dan melatih para wanita itu.

But soon we realized we were novices.

Tapi tidak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa kami masih amatir.

The handmade products were not selling,

Produk kerajinan tangan yang dibuat tidak terjual sesuai rencana

and the financial plan we had made was totally unrealistic.

dan rencana keuangan yang kami buat benar-benar tidak realistis.

In fact, we worked for years without a salary,

Faktanya kami bekerja bertahun-tahun tanpa gaji,

hoping that a miracle would happen,

berharap datangnya sebuah keajaiban,

that magically a great buyer would arrive

yaitu seorang pembeli luar biasa akan datang

and she would make the business profitable.

dan bisnis kami pun dapat menghasilkan keuntungan

But that miracle never happened.

Tapi keajaiban itu tidak pernah terjadi.

In the end, we had to close the business,

Pada akhirnya, bisnis itu harus kami tutup

and that broke my heart.

dan hal itu membuat saya sangat sedih.

I started everything to create a positive impact

Saya memulai semuanya untuk membuat sesuatu yang positif

on the life of the artisans.

pada kehidupan wanita-wanita pengrajin,

And I felt that I have done the opposite.

tapi saya merasa melakukan hal sebaliknya.

I felt so guilty

Saya merasa sangat bersalah

that I decided to hide this failure

dan memutuskan untuk menyembunyikan kegagalan ini

from my conversations and my resume for years.

dari obrolan dan resume saya selama bertahun-tahun.

I didn't know other failed entrepreneurs,

Saya tidak mengenal pengusaha lain yang juga gagal.

and I thought I was the only loser in the world.

Saya mengira saya satu-satunya pecundang di dunia ini.

One night, seven years later, I was out with some friends

Pada suatu malam, tujuh tahun kemudian, saya sedang pergi bersama beberapa teman

and we were talking about the life of the entrepreneur.

dan kami membicarakan kehidupan para pengusaha.

And of course, the issue of failure came out.

Tentu saja isu kegagalan pun dibahas.

I decided to confess to my friends the story of my failed business.

Saya memutuskan untuk menceritakan tentang bisnis saya yang gagal.

And they shared similar stories.

Mereka pun menceritakan hal serupa.

In that moment, a thought became really clear in my mind:

Pada saat itu, sesuatu menjadi jelas dalam benak saya:

all of my friends were failures.

semua teman-teman saya pun gagal.

(Laughter)

(Tertawa)

Being more serious, that night I realized

Selain itu, saya pun menyadari

that A: I wasn't the only loser in the world,

bahwa A: Saya bukan satu-satunya pecundang di dunia ini,

and B: we all have hidden failures.

dan B: kita semua memiliki cerita gagal yang kita sembunyikan.

Please tell me if that is not true.

Silakan koreksi saya jika saya salah.

That night was like an exorcism for me.

Malam itu terasa seperti malam eksorsis.

I realized that sharing your failures makes you stronger, not weaker.

Saya sadar bahwa menceritakan kegagalan membuat kita lebih kuat, bukan lemah.

And being open to my vulnerability

Membuka diri pada kerentanan saya

helped me connect with others in a deeper and more meaningful way

telah menghubungkan saya pada teman-teman dengan cara yang lebih dalam dan berarti

and embrace life lessons I wouldn't have learned previously.

dan membuat saya merangkul pelajaran hidup yang tidak saya temukan sebelumnya.

As a consequence of this experience

Sebagai kelanjutan pengalaman itu,

of sharing stories of businesses that didn't work,

yaitu berbagi cerita tentang bisnis yang tidak berhasil,

we decided to create a platform of events

kami membuat platform pengelolaan acara

to help others share their failure stories.

untuk membantu orang lain berbagi cerita kegagalan mereka.

And we called it Fuckup Nights.

Kami menyebutnya Fuckup Nights.

Years later, we also created a research center

Beberapa tahun kemudian, kami juga mendirikan pusat riset

devoted to the story of failure

khusus untuk meneliti kegagalan

and its implications on business, people and society

dan implikasinya terhadap bisnis, orang-orang, dan masyarakat,

and as we love cool names, we called it the Failure Institute.

dan berhubung kami suka nama yang keren, kami menamainya Failure Institute.

It has been surprising to see

Hal yang mengejutkan adalah

that when an entrepreneur stands on a stage

saat seorang pengusaha berdiri di panggung

and shares a story of failure,

dan bercerita tentang kegagalan,

she can actually enjoy that experience.

ternyata dia dapat menikmatinya.

It doesn't have to be a moment of shame and embarrassment,

Hal itu tidak harus menjadi momen yang memalukan

as it used to be in the past.

seperti sebelumnya.

It is an opportunity to share lessons learned

Hal itu justru menjadi kesempatan berbagi pelajaran

and build empathy.

dan membangun empati.

We have also discovered

Kami juga menemukan bahwa

that when the members of a team share their failures, magic happens.

saat seorang anggota tim berbagi kegagalan mereka, keajaiban terjadi.

Bonds grow stronger and collaboration becomes easier.

Ikatan menjadi lebih kuat dan kolaborasi menjadi lebih mudah.

Through our events and research projects,

Lewat acara-acara dan penelitian kami,

we have found some interesting facts.

kami menemukan fakta-fakta yang menarik.

For instance, that men and women react in a different way

Contohnya bahwa pria dan wanita memiliki reaksi yang berbeda

after the failure of a business.

saat bisnis mereka mengalami kegagalan.

The most common reaction among men

Reaksi paling umum dari kalangan pria

is to start a new business within one year of failure,

adalah membuat bisnis baru dalam kurun waktu satu tahun,

but in a different sector,

tapi dalam sektor yang berbeda,

while women decide to look for a job

sementara para wanita memilih mencari kerja

and postpone the creation of a new business.

dan menunda untuk membuat bisnis baru.

Our hypothesis is that this happens

Hipotesis kami adalah semua itu terjadi

because women tend to suffer more from the impostor syndrome.

karena 'sindrom penipu' memiliki pengaruh lebih besar terhadap wanita.

We feel that we need something else to be a good entrepreneur.

Kita (wanita) merasa kita masih butuh hal lain untuk menjadi pengusaha sukses,

But I have seen that in many, many cases women have everything that's needed.

tapi saya melihat di banyak kasus, wanita memiliki semua hal yang dibutuhkan.

We just need to take the step.

Kita hanya perlu mengambil langkah maju.

And in the case of men,

Lalu dalam kasus para pria

it is more common to see that they feel they have enough knowledge

lebih umum terlihat bahwa para pria merasa punya cukup pengetahuan tentang bisnis

and just need to put it in practice in another place with better luck.

dan hanya perlu melakukannya di tempat lain dengan keberuntungan yang lebih baik.

Another interesting finding has been

Temuan menarik lainnya adalah

that there are regional differences on how entrepreneurs cope with failure.

ada perbedaan regional terkait cara pengusaha menghadapi kegagalan.

For instance, the most common reaction

Contohnya reaksi paling umum

after the failure of a business in the American continent

pasca kegagalan bisnis di benua Amerika

is to go back to school.

adalah kembali sekolah.

While in Europe, the most common reaction is to look for a therapist.

Sementara di Eropa, reaksi paling umum adalah mencari terapis.

(Laughter)

(Tertawa)

We're not sure which is a better reaction after the failure of a business,

Kami masih belum yakin reaksi mana yang lebih baik,

but this is something we will study in the future.

tapi kami akan terus mempelajarinya di masa depan.

Another interesting finding has been

Temuan menarik lainnya adalah

the profound impact that public policy has on failed entrepreneurs.

betapa signifikannya dampak kebijakan publik pada pengusaha yang pernah gagal.

For instance, in my country, in Mexico,

Contohnya di negara asal saya, Meksiko,

the regulatory environment is so hard,

peraturan yang berlaku begitu berat

that closing a business can take you a lot of time and a lot of money.

sehingga menutup bisnis dapat membuat kita menghabiskan banyak waktu dan uang.

Let's begin with the money.

Kita mulai dengan uang.

In the best possible scenario,

Dalam skenario terbaik,

meaning you don't have problems with partners,

yaitu kita tidak bermasalah dengan rekan bisnis,

providers, clients, employees,

pemasok, klien, pegawai,

in the best possible scenario,

dalam skenario terbaik,

officially closing a business will cost you 2,000 dollars.

menutup bisnis secara resmi membutuhkan biaya 2.000 dolar.

Which is a lot of money in Mexico.

Jumlah uang yang sangat banyak di Meksiko.

Someone who earns the minimum wage

Seseorang dengan gaji setara upah minimum

would have to work for 15 months to save this amount.

butuh 15 bulan bekerja untuk jumlah sebanyak itu.

Now, let's talk about the time.

Sekarang kita bicara tentang waktu.

As you may know, in most of the developing world,

Seperti kita ketahui, di mayoritas negara berkembang,

the average life expectancy of a business is two years.

harapan hidup rata-rata sebuah bisnis adalah 2 tahun.

In Mexico, the process of officially closing a business takes two years.

Di Meksiko, proses untuk secara resmi menutup bisnis butuh 2 tahun.

What happens when the average life expectancy of a business

Apa yang terjadi saat harapan hidup rata-rata sebuah bisnis

is so similar to the time it will take you to close it if it doesn't work?

sangat mirip dengan waktu yang dibutuhkan untuk menutupnya bila tidak berhasil?

Of course, this discourages business creation

Tentu saja hal ini mengurangi potensi pembuatan bisnis baru

and promotes informal economy.

dan mendorong ekonomi informal.

In fact, econometric research has proved

Bahkan penelitian di bidang ekonometri membuktikan

that if the process of declaring bankruptcy takes less time and less money,

bila proses untuk menyatakan bangkrut dapat dilakukan dengan cepat dan murah,

more new firms will enter the market.

akan ada lebih banyak bisnis baru yang masuk ke pasar.

For this reason, in 2017,

Atas dasar ini, di tahun 2017,

we proposed a series of public policy recommendations

kami mengusulkan serangkaian rekomendasi untuk kebijakan publik

for the procedure of officially closing businesses in Mexico.

terkait prosedur penutupan bisnis secara resmi di Meksiko.

For a whole year,

Selama setahun penuh

we worked with entrepreneurs from all over the country

kami bekerja dengan para pengusaha dari seluruh penjuru negeri

and with Congress.

dan dengan Kongres.

And the good news is that we managed to help change the law.

Berita baiknya adalah kami berhasil membantu mengubah peraturan yang ada.

Yay!

Yay!

(Applause)

(Tepuk tangan)

The idea is that when the new regulation comes into force,

Idenya adalah saat peraturan yang baru diberlakukan,

entrepreneurs will be able to close their businesses in an online procedure

para pengusaha dapat menutup bisnisnya lewat mekanisme online

that is faster and inexpensive.

yang lebih cepat dan lebih murah.

(Sighs)

(Menghela nafas)

On the night we invented Fuckup Nights,

Saat kami membuat Fuckup Nights,

we never imagined that the movement would grow this big.

kami tidak pernah membayangkan pertumbuhan sebesar ini.

We are in 80 countries now.

Saat ini kami ada di 80 negara.

In that moment, our only intention

Pada saat itu, niat kami hanya

was to put the topic of failure on the table.

mengangkat isu kegagalan bisnis secara gamblang.

To help our friends see that failure is something we must talk about.

Untuk menyadarkan orang-orang bahwa kegagalan itu layak dibicarakan.

It is not a cause of humiliation, as it used to be in the past,

Kegagalan bukanlah aib, seperti halnya di masa lalu,

or a cause of celebration, as some people say.

atau alasan untuk perayaan, seperti kata orang-orang.

In fact, I want to confess something.

Bahkan saya ingin membuat satu pengakuan.

Every time I listen to Silicon Valley types or students

Setiap kali saya dengar orang-orang tipe Sillicon Valley atau mahasiswa

bragging about failing fast and often like it's no big deal, I cringe.

bangga karena cepat dan sering gagal seperti itu bukan masalah, saya meringis.

Because I think that there is a dark side on the mantra "fail fast."

Saya rasa ada sisi gelap dalam mantra "fail fast" (gagal dengan cepat).

Of course, failing fast is a great way to accelerate learning

Gagal dengan cepat memang merupakan cara bagus untuk mempercepat pembelajaran

and avoid wasting time.

dan tidak buang-buang waktu.

But I fear that when we present rapid failure

Tapi saya khawatir kalau kita sajikan gagal dengan cepat

to entrepreneurs as their one and only option,

sebagai satu-satunya pilihan bagi para pengusaha,

we might be promoting laziness.

kita justru mempromosikan kemalasan.

We might be promoting that entrepreneurs give up too easily.

Kita justru membuat para pengusaha menjadi lebih cepat menyerah.

I also fear that the culture of rapid failure

Saya juga khawatir kalau budaya gagal dengan cepat

could be minimizing the devastating consequences

dapat membuat kerdil konsekuensi yang menghancurkan

of the failure of a business.

dari kegagalan bisnis.

For instance, when my social enterprise died,

Contohnya saat bisnis sosial saya ditutup,

the worst part was that I had to go back to the indigenous community

bagian terburuknya adalah saat saya harus kembali ke komunitas pribumi

and tell the women that the business had failed

dan memberi kabar bahwa bisnisnya telah gagal

and it was my fault.

dan semua itu salah saya.

For some people this could be seen like a great learning opportunity for me,

Sebagian orang dapat melihat ini sebagai kesempatan belajar yang luar biasa,

but the truth is that the closure of this business

tapi sebenarnya menutup bisnis

represented much more than that.

mewakili lebih banyak hal.

It meant that the women would stop receiving an income

Hal itu juga berarti para pengrajin akan berhenti mendapat penghasilan

that they really needed.

yang benar-benar mereka butuhkan.

For this reason, I want to propose something.

Oleh karena itu, saya ingin mengusulkan sesuatu.

I want to propose that just as we put aside the idea

Saya ingin mengusulkan sebagaimana kita kesampingkan ide

of publicly humiliating failed entrepreneurs,

untuk mempermalukan pengusaha yang gagal di depan publik,

we must put aside the idea that failing fast is always the best.

kita kesampingkan pula ide bahwa gagal cepat adalah cara terbaik.

And I want to propose a new mantra:

Dan saya ingin mengusulkan mantra baru:

fail mindfully.

gagal dengan sadar.

We must remember that businesses are made of people,

Kita harus ingat bahwa bisnis melibatkan orang-orang,

businesses are not entities that appear and disappear

bisnis bukan sekadar entitas yang datang dan pergi

magically without consequences.

secara ajaib tanpa konsekuensi.

When a firm dies, some people will lose their jobs.

Saat sebuah bisnis mati, ada orang-orang yang kehilangan pekerjaan.

And others will lose their money.

Ada orang-orang yang kehilangan uang.

And in the case of social and green enterprises,

Dan bagi bisnis yang bergerak di bidang sosial dan lingkungan hidup,

the death of this business can have a negative impact

kematiannya dapat memberikan dampak negatif

on the ecosystems or communities they were trying to serve.

terhadap ekosistem dan komunitas yang ingin dilayaninya.

But what does it mean to fail mindfully?

Tapi apa sebenarnya arti gagal dengan sadar?

It means being aware of the impact, of the consequences

Hal itu berarti sadar akan dampak dan akibat dari

of the failure of that business.

kegagalan bisnis tersebut.

Being aware of the lessons learned.

Sadar akan pelajaran yang dapat diperoleh

And being aware of the responsibility

dan sadar akan tanggung jawab untuk

to share those learnings with the world.

berbagi pelajaran itu ke seluruh dunia.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)