The colossal consequences of supervolcanoes - Alex Gendler

Translator: Muhammad As Shaamid Ayla Reviewer: Reno Kanti Riananda

Waktu itu tahun 1816.

The year was 1816.

Europe and North America had just been through

Eropa dan Amerika Utara

baru saja melalui

a devastating series of wars,

serangkaian perang penuh kehancuran.

Keadaan tampak berangsur pulih,

and a slow recovery seemed to be underway,

tetapi alam punya rencana lain.

but nature had other plans.

After two years of poor harvests,

Setelah dua tahun hasil panen yang buruk,

musim semi diisi hujan lebat dan dingin,

the spring brought heavy rains and cold,

yang membanjiri banyak sungai dan menyebabkan gagal panen

flooding the rivers and causing crop failures

dari Kepulauan Britania hingga Swiss.

from the British Isles to Switzerland.

While odd-colored snow fell in Italy and Hungary,

Seiring salju berwarna tak biasa yang turun di Italia dan Hungaria,

famine, food riots and disease epidemics ensued.

kelaparan, kerusuhan pangan, dan wabah penyakit pun terjadi.

Sementara itu, New England diselimuti

Meanwhile, New England was blanketed

by a strange fog

oleh kabut aneh

yang tak kunjung hilang

that would not disperse

karena tanahnya tetap membeku

as the ground remained frozen

well into June.

hingga bulan Juni.

In what came to be known as "the Year Without a Summer,"

Meskipun kelak dikenal sebagai “Tahun Tanpa Musim Panas”,

some thought the apocalypse had begun.

saat itu banyak yang berpikir kiamat telah tiba.

Suasana yang terekam dalam puisi “Darkness” karya Lord Byron:

A mood captured in Lord Byron's poem "Darkness":

“Saya bermimpi, tetapi bukan sekadar mimpi.

"I had a dream which was not all a dream.

The bright sun was extinguish'd,

Sang surya yang cerah telah sirna,

and the stars did wander darkling in the eternal space,

dan bintang-bintang mengembara dalam kelam di ruang abadi,

rayless, and pathless,

Tanpa cahaya, tanpa arah,

and the icy Earth swung blind and blackening

dan Bumi membeku membuta dan menghitam

in the moonless air;

di udara tanpa rembulan;

morn came and went -- and came, and brought no day."

Fajar menjelang dan tenggelam — kemudian datang, namun siangnya tak menyertai.”

Mereka sama sekali tak tahu

They had no way of knowing

that the real source of their misfortunes

bahwa penyebab sebenarnya dari kemalangan itu

had occurred a year ago thousands of miles away.

telah terjadi setahun yang lalu, ribuan mil jauhnya.

Letusan Gunung Tambora tahun 1815

The 1815 eruption of Mount Tambora

on the Indonesian island of Sumbawa

di Pulau Sumbawa, Indonesia

yang diketahui sebagai gunung berapi supervulkan,

was what is known as a supervolcano,

characterized by a volume of erupted material,

ditandai dengan volume materi letusan,

many times greater than that of ordinary volcanoes.

yang berkali lipat lebih besar daripada gunung berapi biasa.

And while the popular image of volcanic destruction

Meskipun kesan populer kehancuran akibat gunung berapi

adalah batuan cair yang menelan tanah di sekitarnya,

is molten rock engulfing the surrounding land,

far greater devastation is caused

kehancuran yang lebih besar disebabkan

oleh apa yang tersisa di udara.

by what remains in the air.

Volcanic ash, dispersed by wind,

Abu vulkanik tersebar melalui udara

dapat menyelimuti langit berhari-hari,

can blanket the sky for days,

sementara gas-gas beracun seperti sulfur dioksida,

while toxic gases, such as sulfur dioxide,

bereaksi di stratosfer,

react in the stratosphere,

blocking out solar radiation

menghalangi radiasi matahari

dan mendinginkan atmosfer di bawahnya secara drastis

and drastically cooling the atmosphere below.

The resulting volcanic winter,

Musim dingin vukanik yang dihasilkan

along with other effects such as acid rain,

bersamaan dengan efek lain seperti hujan asam,

dapat memengaruhi banyak benua,

can effect multiple continents,

disrupting natural cycles

serta mengganggu siklus alam

dan merusak kehidupan tumbuhan yang menjadi tumpuan organisme lain,

and annihilating the plant life on which other organisms,

including humans, depend.

termasuk manusia.

Melepaskan hampir 160 kilometer kubik

Releasing nearly 160 cubic kilometers

batu, abu, dan gas,

of rock, ash and gas,

the Mount Tambora eruption

letusan Gunung Tambora

adalah letusan terbesar dalam sejarah,

was the largest in recorded history,

causing as many as 90,000 deaths.

menyebabkan kematian hingga 90.000 jiwa.

Namun, letusan sebelumnya bahkan lebih mematikan.

But previous eruptions have been even more deadly.

Letusan Huaynaputina di Peru tahun 1600

The 1600 eruption of Peru's Huaynaputina

is likely to have triggered the Russian famine,

kemungkinan memicu bencana kelaparan di Rusia,

yang menewaskan hampir dua juta jiwa,

that killed nearly two million,

dan letusan yang lebih lampau dituduh sebagai penyebab peristiwa penting

while more ancient eruptions have been blamed for major world events,

such as the fall of the Chinese Xia Dynasty,

seperti keruntuhan Dinasti Xia Tiongkok,

lenyapnya peradaban Minoa,

the disappearance of the Minoan civilization,

bahkan terhambatnya genetik pada evolusi manusia

and even a genetic bottleneck in human evolution

yang mungkin terjadi akibat hampir semua manusia

that may have resulted from all but a few thousand human beings

being wiped out 70,000 years ago.

musnah 70.000 tahun lalu.

One of the most dangerous types of supervolcano

Salah satu tipe gunung api supervulkan paling berbahaya

is an explosive caldera,

adalah kaldera eksplosif,

formed when a volcanic mountain collapses

yang terbentuk ketika sebuah gunung berapi runtuh

after an eruption so large

setelah letusan sangat besar,

that the now-empty magma chamber

sehingga dapur magma yang sekarang kosong

can no longer support its weight.

tak lagi dapat menahan bobotnya sendiri.

But though the above-ground volcano is gone,

Meskipun gunung berapi di atas tanah telah hilang,

the underground volcanic activity continues.

aktivitas vulkanik di bawah tanah terus berlanjut.

With no method of release,

Tanpa penyaluran,

magma and volcanic gases continue

magma dan gas vulkanik akan terus

to accumulate and expand underground,

berakumulasi dan berkembang di bawah tanah,

building up pressure until a massive and violent explosion

membangun tekanan hingga ledakan besar dan dahsyat

becomes inevitable.

menjadi tak terelakkan.

And one of the largest active volcanic calderas

Salah satu kaldera vulkanik aktif terbesar

terletak tepat di bawah Taman Nasional Yellowstone.

lies right under Yellowstone National Park.

The last time it erupted, 650,000 years ago,

Terakhir kali meletus sekitar 650,000 tahun lalu,

sebagian besar Amerika Utara tertutup

it covered much of North America

oleh debu dan batu setinggi hampir dua meter.

in nearly two meters of ash and rock.

Scientists are currently monitoring

Para ilmuwan sedang memantau

gunung berapi aktif dunia,

the world's active volcanoes,

and procedures for predicting eruptions,

dan prosedur untuk memprediksi letusan,

conducting evacuations and diverting lava flows

melakukan evakuasi, dan mengalihkan aliran lava

telah membaik seiring waktu.

have improved over the years.

Namun, skala besar dan jangkauan global

But the massive scale and global reach

dari gunung api supervulkan

of a supervolcano

means that for many people there would be nowhere to run.

artinya kebanyakan orang tidak punya tempat untuk berlindung.

Untungnya, data terkini menunjukkan tidak ada bukti

Fortunately, the current data shows no evidence

of such an eruption occurring in the next few thousand years.

bahwa letusan seperti itu akan terjadi ribuan tahun mendatang.

But the idea of a sudden and unavoidable

Namun, gagasan akan kiamat yang mendadak dan tak terelakkan

civilization-destroying apocalypse

caused by events half a globe away

akibat peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain

akan tetap menjadi gambaran yang dahsyat dan menakutkan.

will remain a powerful and terrifying vision.

Less fictional than we would like to believe.

Bukan sekadar cerita seperti yang ingin kita yakini.

"The winds were withered in the stagnant air,

“Angin layu dalam udara beku,

and the clouds perish'd;

dan awan pun binasa;

darkness had no need of aid from them --

kegelapan tak butuh bantuan mereka—

dia adalah jagat raya.”

she was the universe." - Lord Byron