Confused about recycling? It’s not your fault - Shannon Odell

Translator: annisa putri Reviewer: Intan Andini

If you've ever looked at the bottom of a disposable bottle or cup,

Jika Anda pernah melihat bagian bawah botol atau cangkir sekali pakai,

you've probably noticed this symbol.

Anda mungkin memperhatikan simbol ini.

Seeing this, many people assume the item they’re holding

Melihat ini, banyak orang menganggap barang itu

should be tossed in a recycling bin.

harus dibuang ke tempat sampah daur ulang.

Yet many of these plastics are incapable of being recycled at most centers.

Namun kebanyakan plastik ini tak bisa didaur ulang di sebagian pusat pengolahan.

In fact, of the 360 million tons of plastic created worldwide each year,

Faktanya, dari 360 juta ton plastik yang dibuat di seluruh dunia setiap tahun,

only 9% is ever recycled.

hanya 9% yang pernah didaur ulang.

So why are so few plastics recycled?

Mengapa begitu sedikit plastik yang didaur ulang?

And what do these codes actually mean?

Dan apa arti kode-kode ini sebenarnya?

Our recycling problem is multi-layered, beginning at production.

Masalah daur ulang kita berlapis-lapis, dimulai dari produksi.

About 18% of plastics are made from what is known as thermosetting polymers.

Sekitar 18% plastik terbuat dari yang dikenal sebagai polimer termoset.

These plastics gain stability through curing,

Plastik-plastik ini mendapat stabilitas melalui pengawetan,

a process that hardens a material by irreversibly crosslinking

sebuah proses yang mengeraskan material dengan ikatan silang yang

its molecular chains.

rantai molekulnya tak bisa diubah.

The very properties that make thermoset plastics so useful,

Sifat-sifat yang membuat plastik termoset sangat berguna,

in that they keep their shape and integrity under extreme conditions,

yaitu terjaganya bentuk dan keutuhannya dalam kondisi ekstrem,

mean that they can’t be broken down and rebuilt

sehingga plastik itu tidak dapat dipecah dan dibangun kembali

by the vast majority of recycling plants.

oleh sebagian besar pabrik daur ulang.

Thankfully, most plastics are thermoplastics,

Untungnya, sebagian besar plastik adalah termoplastik,

which can be melted and remolded.

yang dapat dilelehkan dan dibentuk kembali.

But this category encompasses a variety of materials

Tetapi kategori ini mencakup berbagai bahan

with unique chemical structures, weights, and properties,

dengan struktur kimia, bobot, dan sifat yang unik,

all of which require different conditions for recycling.

semuanya memerlukan kondisi yang berbeda untuk daur ulang.

As a result, only some of these thermoplastics

Akibatnya, hanya beberapa dari termoplastik ini

are accepted at most recycling centers.

yang diterima di sebagian besar pusat daur ulang.

Which brings us to our next problem: the confusing code system.

Yang membawa kita ke masalah berikutnya: sistem kode yang membingungkan.

Developed and introduced by the plastics industry in 1988,

Dikembangkan dan diperkenalkan oleh industri plastik pada 1988,

this code was presented as a way to help consumers and facilities

kode ini digunakan sebagai cara untuk membantu konsumen dan fasilitas

sort their trash.

memilah sampah mereka.

Each number indicates the material the plastic is made of,

Setiap nomor menunjukkan bahan dari plastik tersebut,

known as its resin.

yang dikenal sebagai resin.

Some resin numbers are recyclable at most centers,

Beberapa nomor resin bisa didaur ulang di sebagian pusat pengolahan,

while others are not.

sementara yang lainnya tidak.

And yet, within this system,

Namun, dalam sistem ini,

all numbers are surrounded by the universally recognized recycling symbol,

semua angka dikelilingi oleh simbol daur ulang yang diakui secara universal,

misleading consumers into thinking that many unsalvageable plastics

menyesatkan konsumen untuk berpikir banyak plastik yang tak bisa diselamatkan

have a chance at a second life.

berpeluang untuk digunakan kembali.

And just because a technically recyclable resin makes it to a recycling bin,

Dan hanya karena resin secara teknis dapat didaur ulang di tempat sampah daur ulang,

doesn’t mean it will continue its journey.

bukan berarti mereka akan sungguh didaur ulang.

Plastics often contain multiple resins, are mixed with dyes and additives,

Plastik sering mengandung banyak resin, dicampur dengan pewarna dan aditif,

or are affixed with difficult-to-remove stickers and labels,

atau ditempel dengan stiker dan label yang sulit dilepas,

all of which can cause them to be rerouted to the incinerator or trash bin.

itu semua menyebabkan mereka dialihkan ke tempat sampah atau pembakaran.

In short, many companies don't design packaging with recovery in mind.

Pendeknya, banyak perusahaan tak mendesain kemasan dengan memikirkan pemulihan.

Even under pristine conditions,

Bahkan dalam kondisi murni,

plastic resins can only be melted down and remolded a handful of times,

resin plastik hanya bisa dicairkan dan dibentuk kembali beberapa kali,

as their polymers degrade with each use.

karena polimernya terdegradasi setiap kali digunakan.

If all these issues make you feel as if recycling plastics is infeasible,

Jika masalah ini membuat Anda merasa mendaur ulang plastik tidak mungkin,

you wouldn't be the first.

Anda bukanlah yang pertama.

This reality was well known to the plastics industry as early as the 1970s.

Kenyataan ini sudah diketahui oleh industri plastik sejak 1970-an.

Despite their doubts that widespread recycling

Terlepas dari keraguan mereka bahwa daur ulang yang meluas

would ever be economically viable,

akan bermanfaat secara ekonomi,

the industry threw millions of dollars into ad campaigns.

industri ini membuang jutaan dolar untuk kampanye iklan.

Within the US, the plastics industry quietly lobbied state governments,

Di AS, industri plastik diam-diam melobi pemerintah negara bagian,

leading a majority to adopt laws requiring that plastics

mengarahkan mayoritas untuk mengadopsi undang-undang yang mengharuskan plastik

bear the confusing resin codes.

mengandung kode resin yang membingungkan.

And with this, the burden of “fixing” the growing plastic waste problem

Dengan ini, beban untuk “memperbaiki” masalah sampah plastik yang meningkat

was pushed from the industry onto the consumer.

dialihkan dari industri ke konsumen.

Today, the situation has only gotten worse.

Hari ini, situasinya semakin buruk.

The rising costs to properly separate all this waste,

Meningkatnya biaya untuk memisahkan semua limbah ini dengan benar,

paired with fewer international buyers of recyclable scraps,

ditambah sedikitmya pembeli internasional untuk barang bekas yang bisa didaur ulang,

has forced many cities to shut down their curbside recycling programs altogether.

telah memaksa banyak kota menghentikan program daur ulang di tepi jalan.

So how can we fix our growing plastic waste system?

Jadi bagaimana kita bisa memperbaiki sistem sampah plastik yang sedang tumbuh?

It’s clear that we must reduce the plastics we consume.

Jelas bahwa kita harus mengurangi plastik yang kita konsumsi.

More than a quarter of our plastic waste comes from packaging materials.

Lebih dari seperempat sampah plastik kita berasal dari bahan kemasan.

Many manufacturers have taken steps in the right direction,

Banyak produsen telah mengambil langkah ke arah yang benar,

phasing out unnecessary plastic films, and switching out plastic tubs and tubes

bertahap menghapus film plastik yang tak perlu, mengganti wadah dan tabung

with more easily recyclable materials, or compostable options.

dengan bahan yang lebih bisa didaur ulang, atau pilihan lain yang bisa dibuat kompos.

For the plastics that do remain,

Untuk plastik yang tersisa,

one solution is to work towards a circular economy for plastics.

salah satu solusinya adalah mengupayakan ekonomi sirkular untuk plastik.

This means creating fewer new plastics, eliminating those that are single-use,

Itu artinya membuat lebih sedikit plastik baru, menghilangkan plastik sekali pakai,

and ensuring the plastics that remain can stay in circulation via recycling.

dan memastikan plastik yang tersisa dapat tetap beredar melalui daur ulang.

Such a system would rely on policies that regulate plastics

Sistem seperti ini akan bergantung pada kebijakan yang mengatur plastik

starting at their production—

mulai dari produksinya—

ensuring that all plastics created are free from contaminants

memastikan bahwa semua plastik yang dibuat bebas dari kontaminan

that could harm their ability to be recycled.

yang bisa merusak kemampuan untuk didaur ulang.

In the meantime, many experts believe the current resin code system

Sementara itu, banyak ahli percaya bahwa sistem kode resin saat ini

should be eliminated,

harus dihilangkan,

and swapped out for clear, simplified recyclable versus non-recyclable labels.

dan diganti dengan label yang jelas, menjadi bisa atau tidak bisa didaur ulang.

This would help consumers more easily sort their waste, but more importantly,

Ini akan membantu konsumen dalam memilah limbah mereka, tetapi yang lebih penting,

allow them to make informed decisions at purchase,

memungkinkan mereka memutuskan berdasarkan informasi saat membeli,

ultimately putting the pressure back on manufacturers

yang akhirnya memberi tekanan kembali pada produsen

to ensure a recyclable future.

untuk memastikan masa depan yang bisa didaur ulang.