The dark history of the overthrow of Hawaii - Sydney Iaukea

Translator: Rizka Anjani Reviewer: Reno Kanti Riananda

It was January 16th, 1895.

16 Januari 1895.

Two men arrived at Lili’uokalani’s door, arrested her,

Dua pria mendatangi rumah Lili’uokalani, menahannya,

and led her to the room where she would be imprisoned.

dan membawanya ke ruangan tempat ia akan ditahan.

A group had recently seized power and now confiscated her diaries,

Sebuah kelompok merenggut kekuasaan dan merampas buku hariannya,

ransacked her house, claimed her lands, and hid her away.

menggeledah rumahnya, mengklaim tanahnya, dan menyembunyikan Lili’uokalani.

Lili’uokalani was Hawaii’s queen.

Lili’uokalani adalah Ratu Hawaii.

And she ruled through one of the most turbulent periods of its history.

Ia berkuasa selama salah satu periode terpanas dalam sejarah.

75 years earlier, American missionaries first arrived in Hawaii.

75 tahun sebelumnya, misionaris Amerika tiba di Hawaii.

They quickly amassed power, building businesses

Mereka mengumpulkan kekuasaan, membangun bisnis

and claiming arable land that they transformed into plantations.

dan mengklaim lahan-lahan subur yang diubah menjadi perkebunan.

They worked closely with the ali’i,

Mereka bekerja sama dengan para ali’i,

or sacred Hawaiian nobility closely linked to the Gods.

atau bangsawan Hawaii suci

yang berkaitan erat dengan para dewa.

The ali’i appointed missionaries to government roles

Ali’i menunjuk para misionaris menempati kursi pemerintahan

where they helped establish Hawaii as a sovereign kingdom

untuk membantu Hawaii menjadi kerajaan berdaulat

with a constitutional monarchy.

dengan monarki konstitusional.

But once certain business opportunities emerged—

Namun, saat peluang bisnis muncul—

namely, the prospect of exporting sugar to the US tariff-free—

yakni prospek ekspor gula bebas bea ke AS—

some of their descendants shifted positions.

beberapa penerus mereka berubah haluan.

They formed a political group known as “the Missionary Party”

Mereka membentuk grup politis yakni “Partai Misionaris”

and began plotting to annex Hawaii, bringing it under US control.

dan mulai berencana mencaplok Hawaii,

membuatnya berasa di bawah kendali AS.

Lili’uokalani and her siblings were born into an ali’i family.

Lili’uokalani dan para saudaranya lahir di keluarga ali’i.

In 1874, her brother, Kalākaua, ascended the throne,

Tahun 1874, saudara laki-lakinya, Kalākaua, naik takhta.

but thirteen years into his reign, the emerging threat crystallized.

Namun, di tahun ketigabelasnya berkuasa,

ancaman yang muncul semakin menguat.

The Missionary Party called a meeting where an all-white militia surrounded

Partai Misionaris mengadakan pertemuan,

lantas semua milisi kulit putih mengepung

and forced the king to sign new legislation.

serta memaksa sang raja untuk menandatangani legislasi baru.

Later called the Bayonet Constitution,

Dikenal sebagai Konstitusi Bayonet,

it stripped Native Hawaiians of their rights,

aturan ini merenggut hak-hak orang Hawaii asli,

diminished the monarchy’s power,

memperkecil kekuasaan monarki,

and ceded control to this group of white businessmen.

dan menyerahkan kendali pada kelompok pengusaha kulit putih ini.

Four years later, King Kalākaua died,

Empat tahun kemudian, Raja Kalākaua wafat.

heartbroken, Lili’uokalani said,

Sakit hati, Lili’uokalani berkata,

“by the base ingratitude of the very persons whose fortunes he had made.”

“akibat rasa tak tahu terima kasih

dari orang-orang yang justru dibuat sukses oleh sang raja.”

Prepared to fight, she assumed the throne.

Siap melawan, ia meneruskan takhta.

Despite death threats and rumors of insurgency,

Meskipun terdapat ancaman pembunuhan dan rumor pemberontakan,

Queen Lili’uokalani was determined to restore power to her people—

Ratu Lili’uokalani bersikeras mengembalikan kekuasaan pada rakyatnya—

an estimated two thirds of whom had lost their voting rights.

yaitu sekitar dua pertiga rakyat yang kehilangan hak suaranya.

Flooded with requests for change, she authored a new constitution.

Dibanjiri permintaan perubahan, ia membuat konstitusi baru.

But before she introduced it, the so-called “Committee of Safety,”

Namun, sebelum diterbitkan, organisasi “Komite Keamanan”

a new organization that consisted of many Missionary Party members,

organisasi baru yang berisi banyak anggota Partai Misionaris,

hatched another plot.

membuat rencana lain.

Under the false pretense that this new constitution

Dengan alasan palsu bahwa konstitusi baru ini

endangered American property and lives,

membahayakan properti dan nyawa orang Amerika,

they staged a coup on January 17th, 1893.

mereka melancarkan kudeta tanggal 17 Januari 1893.

More than 160 US Marines marched to the palace,

Lebih dari 160 Marinir AS bergerak menuju istana,

where the “Committee of Safety” removed Queen Lili’uokalani from office.

dan “Komite Keamanan” menyingkirkan Ratu Lili’uokalani dari kekuasaan.

Thousands of Hawaiian people protested,

Ribuan rakyat Hawaii protes,

some wearing hat bands reading, “Aloha ’Āina,” or “love of the nation.”

menggunakan pita di kepala bertuliskan “Aloha ’Āina,” atau “cinta tanah air.”

The alleged “Provisional Government” declared Hawaii a Republic

“Pemerintahan Sementara” tidak resmi

menyatakan Hawaii sebagai sebuah republik

the following year.

They proclaimed that Hawaiians couldn’t vote

Rakyat Hawaii tidak dapat memilih atau menjadi pegawai pemerintahan

or be government employees without signing a new “oath of allegiance.”

tanpa menandatangani sebuah “sumpah setia” baru.

Many refused.

Banyak yang menolak.

The following year, some of Lili’uokalani’s supporters

Tahun berikutnya, beberapa pendukung Lili’uokalani

attempted a counterrevolution.

melakukan upaya kontra-revolusi.

The Republic responded brutally,

Republik membalas dengan brutal,

jailing hundreds and sentencing six people to death.

memenjarakan ratusan orang dan menghukum mati enam orang.

In exchange for their release,

Sebagai ganti atas pembebasan mereka,

the Republic made Lili’uokalani sign a document

Republik membuat Lili’uokalani menandatangani sebuah dokumen

that claimed to relinquish her throne, and they imprisoned her in the palace.

berisi pengunduran diri dari takhta,

dan menahannya di istana.

Under constant guard, she composed songs expressing her love for her people

Di bawah pengawasan ketat, ia membuat lagu-lagu

yang mengekspresikan cintanya pada rakyatnya

and began making a patchwork quilt that told the story of her life.

dan membuat selimut perca yang menceritakan kisah hidupnya.

While she was only allowed news that had been reviewed by her jailers,

Meski ia hanya boleh membaca berita yang sudah ditinjau oleh para sipir,

her supporters often brought her bouquets from the garden she’d dedicated to them,

para pendukungnya kerap kali membawa buket

dari taman yang ia dedikasikan untuk mereka, yang dibungkus dengan koran.

wrapped in newspaper.

After 8 months, Lili’uokalani was placed under house arrest.

Setelah 8 bulan, Lili’uokalani ditetapkan sebagai tahanan rumah.

As soon as it was lifted, she traveled to Washington, D.C.

Segera setelah hukuman dicabut, ia pergi ke Washington DC.

with Hawaiian nationalists and over 20,000 signatures.

bersama para nasionalis Hawaii dan 20.000 lebih tanda tangan.

There they successfully convinced Congress to halt the Republic’s annexation treaty.

Mereka sukses meyakinkan Kongres untuk menghentikan

perjanjian aneksasi Republik.

But the following year, the Spanish-American War began.

Namun, di tahun berikutnya, Perang Amerika-Spanyol dimulai.

Seeing Hawaii as a strategic military base,

Melihat Hawaii sebagai markas militer yang strategis,

President William McKinley declared it a US territory on July 7th, 1898—

Presiden William McKinley menyatakannya sebagai wilayah AS tanggal 7 Juli 1898—

breaking international law and devastating Queen Lili’uokalani and her people.

melanggar hukum internasional

dan menghancurkan Ratu Lili’uokalani beserta rakyatnya.

She spent the rest of her life petitioning for the restoration of her lands,

Masa hidupnya dihabiskan dengan membuat petisi pengembalian tanahnya,

Native Hawaiian rights, and national liberation.

hak-hak orang asli Hawaii, dan pembebasan nasional.

When she died in 1917, these dreams were unrealized.

Saat ia wafat pada 1917, mimpi-mimpi itu tidak terwujud.

A member of the group that forced Queen Lili’uokalani out of office

Seorang anggota grup yang memaksa Ratu Lili’uokalani turun takhta

once declared, “If we are ever to have peace and annexation

menyatakan, “Jika kita ingin memperoleh perdamaian dan aneksasi

the first thing to do is obliterate the past.”

yang harus kita pertama lakukan adalah melenyapkan masa lalu.”

They failed at this goal.

Tujuan ini gagal dicapai.

Queen Lili’uokalani left a resilient legacy:

Ratu Lili’uokalani meninggalkan sebuah warisan tangguh:

Her commitment to her land and people never wavered

Kesungguhannya pada tanah dan rakyatnya tidak pernah goyah

and many Hawaiians continue to fight in her memory.

dan banyak rakyat Hawaii meneruskan perjuangannya untuk mengenangnya.

Speaking of Hawaii’s children, Queen Lili’uokalani said,

Mengenai anak-anak Hawaii, Ratu Lili’uokalani berkata,

“It is for them that I would give the last drop of my blood.”

“Untuk merekalah akan kuberikan tetes darah terakhirku.”