The myth of the Sampo— an infinite source of fortune and greed - Hanna-Ilona Härmävaara

Translator: Zahra Wijaya Reviewer: Ade Indarta

After a savage seafaring skirmish

Setelah pertempuran berat di laut,

and eight long days of being battered by waves,

dan menghabiskan delapan hari panjang diterkam ombak laut,

Väinämöinen— a powerful bard and sage as old as the world itself—

Väinämöinen— pujangga dan guru kuat dan setua dunia —

washed up on the shores of distant Pohjola.

terlantar di pantai Pohjola yang jauh.

Unlike his home Kalevala, Pohjola was a dark and frozen land,

Berbeda dengan Kalevala, negeri asalnya,

Pohjola merupakan negeri yang gelap dan dingin

ruled by Louhi, “the gap-tooth hag of the North."

dan dikuasai oleh Louhi, "nenek ompong dari Utara."

The cunning witch nursed Väinämöinen back to health

Penyihir licik itu mengobati Väinämöinen hingga sehat kembali

but demanded a reward for returning him home.

tetapi meminta balasan untuk mengantarnya pulang.

Not content with mere gold or silver,

Louhi tidak puas dengan emas atau perak,

Louhi wanted what did not yet exist— the Sampo.

dan menginginkan apa yang tidak ada— Sampo.

To be forged from “the tips of white-swan feathers," “the milk of greatest virtue,"

Sampo merupakan sumber kekayaan yang tak ada habisnya,

“a single grain of barley," and “the finest wool of lambskins,"

dan ditempa dari "ujung bulu putih angsa," "susu yang terbajik,"

this artifact was said to be an endless font of wealth.

"sebutir jelai," dan "bulu domba terbaik."

But Väinämöinen knew that only Seppo Ilmarinen,

Namun Väinämöinen tahu bahwa hanya Seppo Ilmarinen,

the Eternal Hammerer who forged the sky-dome itself,

sand Penempa Abadi yang menempa langit,

could craft such an object.

bisa membuat Sampo.

So he convinced Louhi to send him home and fetch the smith.

Jadi ia meyakinkan Louhi untuk mengantarkannya pulang

dan menjemput penempa tersebut.

Though the journey was far from easy, the bard finally made it back to Kalevala.

Meskipun perjalanannya sulit, sang pujangga kembali ke Kalevala.

But Ilmarinen refused to go to the gloomy North— a land of witches and man-eaters.

Namun Ilmarinen enggan pergi ke Utara yang suram

tempat tinggal bagi penyihir dan pemakan manusia.

But keeping true to his word,

Memenuhi janjinya,

Väinämöinen tricked Ilmarinen into climbing a giant tree,

Väinämöinen menipu Ilmarinen untuk memanjat pohon raksasa

before summoning a mighty storm to carry the smith all the way to Pohjola.

sebelum memanggil badai agung untuk membawa Ilmarinen ke Pohjola.

Ilmarinen was well received in the North.

Ilmarinen diperlakukan dengan baik di Utara.

Louhi lavished her guest with extravagant hospitality

Louhi menyuguhi tamunya secara mewah

and promised him the hand of her beautiful daughter—

dan menjanjikan putrinya yang cantik jelita untuk dinikahi—

if he could craft what she wished.

jika Ilmarinen bisa menempa Sampo,

When she finally asked if Ilmarinen was capable of forging the Sampo,

Saat Louhi bertanya apakah Ilmarinen bisa menempa Sampo tersebut,

the powerful smith declared he could indeed accomplish the task.

Penempa perkasa mengatakan bahwa ia bisa menyelesaikan tugasnya.

But try as he might to bend the forge to his will,

Sekuat-kuatnya Ilmarinen mencoba menggunakan tempanya,

its fires only produced other artifacts—

perapiannya hanya menghasilkan barang lain—

beautiful in appearance but ill-mannered in nature.

yang tampak indah tetapi buruk dalam sifat.

An elegant crossbow that thirsted for blood

Di antaranya ada panah elegan yang haus darah

and a gleaming plow that ruined cultivated fields among others.

dan bajak bersinar yang merusak lahan subur.

Finally, Ilmarinen summoned the winds themselves to work the bellows,

Akhirnya, Ilmarinen memanggil angin untuk menjaga perapiannya,

and in three days time he pulled the Sampo,

dan setelah tiga hari, ia menarik Sampo,

with its lid of many colors from the forge’s flames.

dengan tutupnya yang warna-warni dari perapian.

On its sides the smith carefully crafted a grain mill, a salt mill,

Di sisinya, Ilmarinen membuat tempat penggiling gandum, penggiling garam,

and a money mill.

dan penggiling uang.

Louhi was so delighted with the object’s limitless productive power

Saking senangnya dengan kekuatan produktif dari Sampo,

that she ran off to lock her treasure inside a mountain.

Louhi pergi mengunci hartanya di dalam gunung.

But when Ilmarinen tried to claim his prize,

Namun saat Ilmarinen meminta hadiahnya,

the promised maiden refused to marry him, and the smith had to return home alone.

putri Louhi segan menikahinya, dan Ilmarinen harus pulang sendirian.

Years passed, and while Pohjola prospered,

Bertahun-tahun berlalu, dan sementara Pohjola makmur,

Ilmarinen and Väinämöinen were without wives or great wealth.

Ilmarinen dan Väinämöinen tidak mempunyai istri maupun harta.

Bitter about this injustice, the bard proposed a quest to retrieve the Sampo,

Sebal akan kejadian ini, si pujangga mengajak Ilmarinen untuk mengambil Sampo,

and the two sailed north with the help of Lemminkäinen—

dan mereka berdua berlayar ke utara dengan bantuan Lemminkäinen—

a beautiful young man with a history of starting trouble.

pemuda tampan yang suka membuat onar.

Upon arrival, Väinämöinen requested half the Sampo’s profits as compensation—

Pada kedatangannya, Väinämöinen meminta setengah dari laba Sampo—

or they’d take the artifact by force.

atau mereka ambil Samponya dengan kekerasan.

Outraged at this request, Louhi summoned her forces to fight the heroes.

Saking marahnya, Louhi memanggil kekuatannya untuk melawan para pahlawan.

But as her army readied for war, the bard played his magic harp, Kantele,

Tetapi saat prajurit bersiap berperang,

sang pujangga memainkan harpa ajaibnya, Kantele

entrancing all who heard it and sending Pohjola into a deep slumber.

memikat semua yang mendengarkan lagunya dan menidurkan seluruh Pohjola,

Unimpeded, the three men took the Sampo and quietly made their escape.

Dengan leluasa, para pahlawan mengambil Sampo dan melarikan diri,

Lemminkäinen was ecstatic at their success,

Gembira akan sukses mereka, Lemminkäinen meminta Väinämöinen untuk

and demanded that Väinämöinen sing of their triumph.

bernyanyi tentang keberhasilan mereka.

The bard refused, knowing the dangers of celebrating too early.

Sang pujangga menolak karena tahu bahaya bersenang-senang terlalu dini.

But after three days of traveling, Lemminkäinen’s excitement overwhelmed him,

Namun setelah tiga hari, kegembiraan Lemminkäinen membuatnya

and he recklessly broke out in song.

bernyanyi dengan spontan.

His awful singing voice woke a nearby crane,

Suaranya yang menjijikkan membangunkan seekor bangau,

whose screeching cries roused the Pohjolan horde.

yang membangunkan prajurit Pohjola dengan kicauannya.

The army made chase.

Tentara datang menangkap mereka.

As their warship closed in, Väinämöinen raised a rock to breach their hull.

Saat kapal perangnya mendekat,

Väinämöinen menaikkan batu besar untuk memecahkan lambung kapal mereka.

Undeterred, Louhi transformed into a giant eagle,

Tanpa putus asa, Louhi berubah menjadi elang,

carrying her army on her back as they attacked the heroes’ vessel.

membawa tentara pada punggungnya saat ia menyerang kapal Väinämöinen.

She managed to grab the Sampo in her claw,

Louhi akhirnya berhasil menangkap Sampo dalam cengkramannya,

but just as quickly, it dropped into the sea, shattering into pieces

tetapi Sampo jatuh ke laut, dan terpecah,

and sinking deep beyond her talon’s reach.

dan tenggelam di bawah cengkeramannya.

Buried on the ocean floor,

Hingga hari ini, sisa dari alat agung ini

the remnants of this powerful device remain in the realm of Ahti, god of water—

berada di kerajaan dewa air— Ahti, terkubur di bawah lautan

where they grind salt for the seas to this very day.

dan terus menggiling garam untuk lautan.