The sneakiest tricksters of the animal kingdom - Eldridge Adams

Translator: Alifiyah A'yunin Reviewer: Deera Army Pramana

Kunang-kunang jantan berkelip di atas padang rumput di malam musim panas,

A male firefly glows above a field on a summer’s night,

emitting a series of enticing flashes.

memancarkan serangkaian kerlipan yang memikat.

He hopes a nearby female will respond with her own lightshow

Ia berharap betina di dekatnya membalas dengan kerlipan juga

and mate with him.

lalu kawin dengannya.

Sadly for this male,

Sayangnya, rencana pejantan ini

it won’t turn out quite the way he plans.

tidak berjalan sesuai keinginannya.

A female from a different species mimics his pulsing patterns:

Seekor betina dari spesies lain menirukan pola kerlip cahayanya:

by tricking the male with her promise of partnership,

dengan berpura-pura merespons ajakan kawin si jantan,

she lures him in–

dia memancing jantan mendekat–

and turns him into an easy meal.

lalu memangsa kunang-kunang jantan itu.

Si kunang-kunang jantan tertipu.

He’s been deceived.

Behavioral biologists have identified three defining hallmarks of deception

Ahli perilaku hewan mengidentifikasi tiga ciri perilaku tipuan

by non-human animals:

pada hewan selain manusia:

it must mislead the receiver,

menyesatkan hewan sasaran,

the deceiver must benefit,

menguntungkan hewan penipu,

and it can’t simply be an accident.

dan membuat tipuan dengan sengaja.

In this case we know that the predatory firefly’s signal isn’t an accident

Dalam kasus ini, sinyal kunang-kunang pemangsa dibuat dengan sengaja

because she flexibly adjusts her flash pattern

karena dia mengatur pola kerlipnya secara fleksibel

to match males of different species.

agar sama dengan kerlipan jantan dari spesies lain.

Based on this definition,

Berdasarkan definisi ini,

where is animal deception seen in nature?

seperti apakah contoh tipuan hewan di alam?

Camouflage is a good starting point–

Kamuflase sangat cocok untuk dibahas lebih dulu–

and one of the most familiar examples of animal trickery.

trik ini merupakan bentuk tipuan hewan paling dikenal.

The leaf-tailed gecko and the octopus fool viewers

Tokek ekor daun dan gurita mengelabui penglihatan

by blending into the surfaces on which they rest.

dengan membaur pada permukaan yang mereka tempati.

Other animals use mimicry to protect themselves.

Hewan lain melakukan mimikri untuk melindungi diri.

Harmless scarlet kingsnakes have evolved red, yellow, and black patterns

Ular raja yang tak berbahaya memiliki pola warna merah, kuning, dan hitam

resembling those of the venomous eastern coral snake

menyerupai ular karang yang berbisa

to benefit from the protective warnings these markings convey.

sehingga pola ini melindunginya dengan memberi kesan berbahaya.

Even some plants use mimicry:

Beberapa tanaman juga melakukan mimikri:

there are orchids that look and smell like female wasps to attract hapless males,

ada anggrek yang tampak dan berbau mirip lebah betina untuk menarik tawon jantan,

who end up pollinating the plant.

yang akhirnya membantu penyerbukan anggrek tersebut.

Some of these animals benefit by having fixed characteristics

Sebagian hewan tadi diuntungkan dengan memiliki ciri yang tetap

that are evolutionary suited to their environments.

yang secara evolusioner cocok dengan lingkungannya.

But in other cases,

Namun dalam kasus lain,

the deceiver seems to anticipate the reactions of other animals

hewan pengecoh rupanya menebak reaksi dari hewan lain

and to adjust its behavior accordingly.

dan menyesuaikan perilakunya.

Sensing a threat,

Saat merasakan ancaman,

the octopus will rapidly change its colors to match its surroundings.

gurita dengan cepat menyesuaikan warna tubuhnya dengan lingkungan.

Dwarf chameleons color-match their environments more closely

Bunglon kerdil menyesuaikan warna tubuh dengan lebih detail

when they see a bird predator rather than a snake–

saat melihat burung pemangsa daripada ular–

birds, after all, have better color vision.

karena burung memang memiliki kepekaan warna yang lebih tajam.

One of the more fascinating examples of animal deception

Contoh hewan dengan tipuan memukau lainnya

comes from the fork-tailed drongo.

adalah burung Drongo berekor garpu.

This bird sits atop tall trees in the Kalahari Desert,

Burung ini bertengger di puncak pohon di Gurun Kalahari,

memantau sekitar dari pemangsa dan memberi peringatan saat ada ancaman.

surveying the landscape for predators and calling when it senses a threat.

That sends meerkats, pied babblers, and others dashing for cover.

Ini membuat meerkat, burung babbler, dan hewan lainnya lari untuk berlindung.

But the drongo will also sound a false alarm

Tetapi, burung Drongo juga akan memberikan peringatan palsu

when those other species have captured prey.

ketika melihat hewan lain mendapat mangsa.

As the meerkats and babblers flee,

Saat meerkat dan burung babbler menyelamatkan diri,

the drongo swoops down to steal their catches.

burung Drongo menukik turun untuk mencuri hasil tangkapan mangsa mereka.

This tactic works about half the time–

Meskipun tipuan ini tak selalu berhasil,

and it provides drongos with much of their food.

taktik ini memberi burung Drongo cukup banyak makanan.

There are fewer solid cases

Sangat jarang terdapat bukti

of animals using signals to trick members of their own species,

penggunaan tipuan pada sesama anggota spesies mereka sendiri,

namun hal itu juga terjadi.

but that happens too.

Consider the mantis shrimp.

Perhatikan udang mantis ini.

Like other crustaceans,

Seperti krustasea lainnya,

it molts as it grows,

udang mantis juga berganti kulit,

which leaves its soft body vulnerable to attack.

menyebabkan tubuh lunaknya rentan terhadap serangan.

But it’s still driven to protect its home against rivals.

Meski begitu, mereka bertekad kuat untuk melindungi sarangnya dari para pesaing.

So it has become a masterful bluffer.

Jadilah mereka penggertak yang andal.

Despite being fragile,

Meskipun sangat rapuh,

a newly molted shrimp is actually more likely to threaten intruders,

udang mantis yang baru melepaskan kulit akan cenderung mengancam pengacau,

spreading the large limbs it usually uses to strike or stab its opponents.

merentangkan capit yang dia gunakan untuk menyerang dan menusuk musuhnya.

And that works –

Dan trik itu berhasil -

bluffers are more likely to keep their homes than non-bluffers.

para penggertak lebih berhasil menjaga sarangnya daripada yang bukan penggertak.

In its softened condition,

Dalam kondisi tubuh lemah itu,

a mantis shrimp couldn’t withstand a fight–

udang mantis tidak cukup kuat untuk berkelahi-

which is why we can be confident

sehingga kita yakin

that its behavior is a bluff.

bahwa perilaku ini hanyalah gertakan.

Biologists have even noticed that its bluffs are tactical:

Ahli biologi bahkan menyadari bahwa gertakan itu ada taktiknya:

newly molted mantis shrimp are more likely to bluff against smaller rivals,

mereka yang baru berganti kulit hanya akan menggertak pesaing yang lebih kecil,

who are especially likely to be driven away.

yang terlihat lebih mudah untuk diusir.

It would seem that instead of just threatening reflexively,

Alih-alih mengancam secara spontan,

the mantis shrimp is swiftly gauging the situation and predicting others’ behavior,

udang mantis dengan cepat memperkirakan situasi dan perilaku hewan lain,

to get the best result.

untuk mendapat hasil terbaik.

So we know that animals can deceive,

Sudah terbukti jika hewan dapat mengecoh,

but do they do so with intent?

tetapi apa mereka berniat melakukannya?

That’s a difficult question,

Ini pertanyaan sulit

and many scientists think we'll never be able to answer it.

dan para ilmuwan mengira tak akan pernah bisa menjawabnya.

We can't observe animals’ internal thoughts.

Kita tidak bisa mengamati pemikiran terdalam para hewan.

But we don’t need to know what an animal is thinking in order to detect deception.

Tetapi, kita tak perlu tahu pikiran hewan untuk mengenali perilaku tipuannya.

By watching behavior and its outcomes,

Karena dengan mengamati perilaku dan akibatnya,

we learn that animals manipulate predators, prey, and rivals,

kita belajar bahwa hewan dapat mengecoh predator, mangsa, dan pesaingnya,

and that their capacity for deception

dan kapasitas tipuan mereka

can be surprisingly complex.

bisa jadi sangatlah rumit.