The real relationship between your age and your chance of success | Albert-László Barabási

Translator: Sylvia Aswin Reviewer: Andi Tenri Wahyuni

Today, actually, is a very special day for me,

Hari ini amat berarti bagi saya,

because it is my birthday.

karena hari ini hari ulang tahun saya

(Applause)

(Tepuk tangan)

And so, thanks to all of you for joining the party.

Terima kasih telah menghadiri pesta saya.

(Laughter)

(Tawa)

But every time you throw a party, there's someone there to spoil it. Right?

Tapi tiap kali Anda mengadakan pesta, selalu ada yang merusaknya. Benar, 'kan?

(Laughter)

(Tawa)

And I'm a physicist,

Dan saya adalah ahli fisika,

and this time I brought another physicist along to do so.

kali ini saya membawa seorang ahli fisika lain untuk menemani saya.

His name is Albert Einstein -- also Albert -- and he's the one who said

Namanya Albert Einstein - juga Albert - dan dia yang mengatakan

that the person who has not made his great contributions to science

orang yang belum berkontribusi besar di bidang ilmu pengetahuan

by the age of 30

pada umur 30 tahun

will never do so.

tak akan pernah berkontribusi.

(Laughter)

(Tawa)

Now, you don't need to check Wikipedia

Anda tidak perlu mengecek Wikipedia

that I'm beyond 30.

bahwa umur saya di atas 30.

(Laughter)

(Tawa)

So, effectively, what he is telling me, and us,

Jadi, singkatnya apa yang ia katakan kepada saya, dan kita,

is that when it comes to my science,

ialah jika berkaitan dengan ilmu saya,

I'm deadwood.

saya orang tak berguna.

Well, luckily, I had my share of luck within my career.

Untungnya saya cukup beruntung sepanjang karier saya.

Around age 28, I became very interested in networks,

Pada umur 28, saya sangat tertarik dengan jaringan,

and a few years later, we managed to publish a few key papers

dan beberapa tahun kemudian, kami mempublikasikan sejumlah makalah penting

that reported the discovery of scale-free networks

mengenai penemuan jaringan bebas skala

and really gave birth to a new discipline that we call network science today.

dan melahirkan disiplin baru yang sekarang kita kenal sebagai ilmu jaringan.

And if you really care about it, you can get a PhD now in network science

Jika Anda berminat, Anda bisa meraih gelar PhD di bidang ilmu jaringan

in Budapest, in Boston,

di Budapest, di Boston,

and you can study it all over the world.

Anda dapat mempelajarinya di seluruh dunia.

A few years later,

Beberapa tahun kemudian,

when I moved to Harvard first as a sabbatical,

saat saya pindah ke Harvard pertama-tama sebagai cuti panjang,

I became interested in another type of network:

saya menjadi tertarik dengan jaringan tipe lain:

that time, the networks within ourselves,

saat itu, jaringan dalam diri kita sendiri,

how the genes and the proteins and the metabolites link to each other

bagaimana gen dan protein dan metabolit saling berkaitan satu sama lain

and how they connect to disease.

dan bagaimana hubungannya dengan penyakit.

And that interest led to a major explosion within medicine,

Ketertarikan ini membawa ledakan besar dalam pengobatan,

including the Network Medicine Division at Harvard,

termasuk Divisi Kedokteran Jaringan di Harvard,

that has more than 300 researchers who are using this perspective

di mana lebih dari 300 peneliti menggunakan sudut pandang ini

to treat patients and develop new cures.

untuk mengobati pasien dan mengembangkan pengobatan baru.

And a few years ago,

Beberapa tahun yang lalu,

I thought that I would take this idea of networks

saya berpikir untuk membawa ide mengenai jaringan ini

and the expertise we had in networks

dan keahlian kami di bidang jaringan

in a different area,

ke bidang yang lain,

that is, to understand success.

yaitu, untuk memahami sukses.

And why did we do that?

Kenapa kami melakukan itu?

Well, we thought that, to some degree,

Kami berpikir bahwa, sedikit banyak,

our success is determined by the networks we're part of --

kesuksesan kita ditentukan oleh jaringan yang jadi bagian kita -

that our networks can push us forward, they can pull us back.

bahwa jaringan dapat mendorong kita maju, atau menarik kita ke belakang.

And I was curious if we could use the knowledge and big data and expertise

Saya ingin tahu apakah kita bisa memakai ilmu dan mahadata dan keahlian

where we develop the networks

di mana kita bangun jaringan

to really quantify how these things happen.

untuk benar-benar mengukur bagaimana hal ini bisa terjadi.

This is a result from that.

Ini ialah hasilnya.

What you see here is a network of galleries in museums

Yang Anda lihat di sini ialah jaringan galeri di museum

that connect to each other.

yang saling berhubungan.

And through this map that we mapped out last year,

Melalui peta yang kami buat tahun lalu,

we are able to predict very accurately the success of an artist

kami dapat memprediksikan kesuksesan seorang seniman dengan amat akurat

if you give me the first five exhibits that he or she had in their career.

jika Anda memberitahu saya lima pameran pertama seniman tersebut.

Well, as we thought about success,

Saat memikirkan kesuksesan,

we realized that success is not only about networks;

kami menyadari bahwa sukses bukan hanya mengenai jaringan;

there are so many other dimensions to that.

ada banyak dimensi lain dari kesuksesan.

And one of the things we need for success, obviously,

Jelas salah satu hal yang kita butuhkan untuk mencapai sukses

is performance.

ialah kinerja.

So let's define what's the difference between performance and success.

Mari definisikan apa perbedaan antara kinerja dan sukses.

Well, performance is what you do:

Kinerja adalah apa yang Anda lakukan:

how fast you run, what kind of paintings you paint,

seberapa cepat Anda berlari, lukisan apa yang Anda buat,

what kind of papers you publish.

makalah apa yang Anda publikasikan.

However, in our working definition,

Namun, definisi kerja kami,

success is about what the community notices from what you did,

sukses adalah mengenai apa yang komunitas lihat dari apa yang Anda lakukan,

from your performance:

dari kinerja Anda:

How does it acknowledge it, and how does it reward you for it?

Bagaimana komunitas mengakui sukses dan menghadiahi Anda?

In other terms,

Dengan kata lain,

your performance is about you, but your success is about all of us.

kinerja Anda adalah tentang Anda, sukses Anda adalah tentang kita semua.

And this was a very important shift for us,

Ini merupakan pergeseran yang sangat penting bagi kita,

because the moment we defined success as being a collective measure

karena pada saat kita mendefinisikan sukses sebagai ukuran kolektif

that the community provides to us,

dari komunitas kepada kita,

it became measurable,

sukses menjadi dapat diukur,

because if it's in the community, there are multiple data points about that.

karena jika suatu hal ada dalam komunitas, maka ada berbagai titik data mengenainya.

So we go to school, we exercise, we practice,

Jadi kita pergi ke sekolah, kita berolah raga, kita berlatih,

because we believe that performance leads to success.

karena kita yakin bahwa kinerja membawa kesuksesan.

But the way we actually started to explore,

Namun cara kami mulai mengeksplorasi,

we realized that performance and success are very, very different animals

kami sadar bahwa kinerja dan sukses adalah dua hal yang amat berbeda

when it comes to the mathematics of the problem.

jika berkaitan dengan sisi matematisnya.

And let me illustrate that.

Mari saya ilustrasikan.

So what you see here is the fastest man on earth, Usain Bolt.

Apa yang Anda lihat di sini ialah manusia tercapat di dunia, Usain Bolt.

And of course, he wins most of the competitions that he enters.

Tentu saja ia memenangkan mayoritas pertandingan yang ia ikuti.

And we know he's the fastest on earth because we have a chronometer

Kita tahu ia yang tercepat karena kita punya kronometer untuk

to measure his speed.

mengukur kecepatannya

Well, what is interesting about him is that when he wins,

Yang menarik mengenai ia ialah saat ia menang,

he doesn't do so by really significantly outrunning his competition.

ia tidak menang dengan berlari jauh lebih cepat daripada saingannya.

He's running at most a percent faster than the one who loses the race.

Paling banyak, ia berlari 1 persen lebih cepat daripada orang yang kalah.

And not only does he run only one percent faster than the second one,

ia tidak hanya berlari 1 persen lebih cepat daripada pemenang kedua,

but he doesn't run 10 times faster than I do --

ia tidak berlari 10 kali lebih cepat daripada saya -

and I'm not a good runner, trust me on that.

dan saya bukan pelari yang cepat, percayalah.

(Laughter)

(Tawa)

And every time we are able to measure performance,

Setiap saat kami mengukur kinerja,

we notice something very interesting;

kami menemukan sesuatu yang sangat menarik:

that is, performance is bounded.

kinerja itu terbatas.

What it means is that there are no huge variations in human performance.

Artinya tidak ada variasi besar dalam kinerja manusia.

It varies only in a narrow range,

Variasinya hanya dalam kisaran sempit,

and we do need the chronometer to measure the differences.

dan kami memerlukan kronometer untuk mengukur perbedaannya.

This is not to say that we cannot see the good from the best ones,

Tidak berarti kita tidak bisa membedakan yang baik dan terbaik,

but the best ones are very hard to distinguish.

tetapi yang terbaik sangat sulit dibedakan.

And the problem with that is that most of us work in areas

Masalahnya kebanyakan dari kita bekerja dalam bidang

where we do not have a chronometer to gauge our performance.

di mana kita tidak punya kronometer untuk mengukur kinerja kita.

Alright, performance is bounded,

Baiklah, kinerja itu terbatas,

there are no huge differences between us when it comes to our performance.

tidak ada perbedaan besar di antara kita dalam hal kinerja.

How about success?

Bagaimana dengan sukses?

Well, let's switch to a different topic, like books.

Mari kita berubah topik, mengenai buku misalnya.

One measure of success for writers is how many people read your work.

Salah satu ukuran sukses penulis ialah berapa banyak orang membaca karya mereka.

And so when my previous book came out in 2009,

Jadi saat buku saya dipublikasikan pada tahun 2009,

I was in Europe talking with my editor,

saya di Eropa bicara dengan editor saya,

and I was interested: Who is the competition?

saya ingin tahu: Siapa saingan saya?

And I had some fabulous ones.

Saya memiliki sejumlah kompetitor yang hebat.

That week --

Minggu itu -

(Laughter)

(Tawa)

Dan Brown came out with "The Lost Symbol,"

Dan Brown mempublikasikan "The Lost Symbol,"

and "The Last Song" also came out,

dan "The Last Song" juga dipublikasikan,

Nicholas Sparks.

karya Nicholas Sparks.

And when you just look at the list,

Saat Anda melihat daftarnya,

you realize, you know, performance-wise, there's hardly any difference

Anda sadar, dalam hal kinerja, hampir tidak ada perbedaan

between these books or mine.

antara dua buku itu atau buku saya

Right?

Bukan demikian?

So maybe if Nicholas Sparks's team works a little harder,

Jika tim Nicholas Sparks bekerja sedikit lebih keras,

he could easily be number one,

dengan mudah ia bisa jadi nomor satu,

because it's almost by accident who ended up at the top.

siapa yang berada di puncak ditentukan dengan tidak sengaja.

So I said, let's look at the numbers -- I'm a data person, right?

Mari kita lihat angkanya - saya adalah orang yang senang data, kan?

So let's see what were the sales for Nicholas Sparks.

Mari kita lihat jumlah penjualan untuk Nicholas Sparks.

And it turns out that that opening weekend,

Ternyata pada pembukaan di akhir minggu itu,

Nicholas Sparks sold more than a hundred thousand copies,

Nicholas Sparks menjual lebih dari seratus ribu eksemplar,

which is an amazing number.

jumlah yang mengagumkan.

You can actually get to the top of the "New York Times" best-seller list

Anda dapat mencapai puncak daftar buku paling laku "New York Times"

by selling 10,000 copies a week,

dengan menjual 10.000 eksemplar tiap minggu,

so he tenfold overcame what he needed to be number one.

jadi ia 10 kali lipat melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk menjadi nomor satu.

Yet he wasn't number one.

Tapi ia bukan normor satu.

Why?

Kenapa?

Because there was Dan Brown, who sold 1.2 million copies that weekend.

Karena Dan Brown menjual 1,2 juta eksemplar di akhir minggu itu.

(Laughter)

(Tawa)

And the reason I like this number is because it shows that, really,

Kenapa saya menyukai angka ialah karena angka menunjukkan bahwa, sungguh,

when it comes to success, it's unbounded,

sukses itu tidak terbatas,

that the best doesn't only get slightly more than the second best

yang terbaik bukan hanya mendapat sedikit lebih dari yang terbaik kedua

but gets orders of magnitude more,

tetapi mendapat tingkat besaran lebih banyak,

because success is a collective measure.

karena sukses adalah ukuran kolektif.

We give it to them, rather than we earn it through our performance.

Kita memberikan, bukan mendapatkan sukses melalui kinerja.

So one of things we realized is that performance, what we do, is bounded,

Salah satu hal yang kami sadari ialah kinerja, apa kita lakukan, itu terbatas

but success, which is collective, is unbounded,

namun sukses, yang kolektif, itu tidak terbatas,

which makes you wonder:

membuat Anda bertanya:

How do you get these huge differences in success

Bagaimana bisa ada perbedaan besar dalam kesuksesan

when you have such tiny differences in performance?

jika hanya ada perbedaan amat kecil dalam kinerja?

And recently, I published a book that I devoted to that very question.

Baru-baru ini saya mempublikasi buku untuk membahas pertanyaan ini.

And they didn't give me enough time to go over all of that,

Saya tidak punya cukup waktu untuk membahasnya,

so I'm going to go back to the question of,

jadi kembali ke pertanyaan,

alright, you have success; when should that appear?

baik, kesuksesan: kapan harus muncul?

So let's go back to the party spoiler and ask ourselves:

Mari kembali ke perusak pesta dan bertanya pada diri sendiri:

Why did Einstein make this ridiculous statement,

Mengapa Einstein membuat pernyataan bodoh ini,

that only before 30 you could actually be creative?

bahwa Anda hanya bisa kreatif sebelum usia 30?

Well, because he looked around himself and he saw all these fabulous physicists

Karena ia melihat sekelilingnya dan ia melihat semua ahli fisika hebat ini

that created quantum mechanics and modern physics,

yang menemukan mekanika kuantum dan fisika modern,

and they were all in their 20s and early 30s when they did so.

mereka semua berusia 20-an dan awal 30-an saat mereka menemukan hal-hal itu.

And it's not only him.

Jadi bukan hanya ia.

It's not only observational bias,

Ini bukan hanya bias observasional,

because there's actually a whole field of genius research

karena sesungguhnya ada bidang penelitian jenius

that has documented the fact that,

yang mendokumentasikan fakta bahwa,

if we look at the people we admire from the past

jika kita melihat orang-orang yang kita kagumi di masa lalu

and then look at what age they made their biggest contribution,

dan pada umur berapa mereka memberikan kontribusi terbesar mereka,

whether that's music, whether that's science,

baik dalam bidang musik, ilmu pengetahuan,

whether that's engineering,

tehnik,

most of them tend to do so in their 20s, 30s, early 40s at most.

kebanyakan berkontribusi pada usia 20-an, 30-an, paling lambat awal 40-an.

But there's a problem with this genius research.

Namun penelitian jenius ini memiliki masalah.

Well, first of all, it created the impression to us

Pertama, penelitian ini menciptakan pandangan

that creativity equals youth,

bahwa kreativitas sama dengan usia muda,

which is painful, right?

menyakitkan, bukan?

(Laughter)

(Tawa)

And it also has an observational bias,

Penelitian ini juga memiliki bias observasional,

because it only looks at geniuses and doesn't look at ordinary scientists

karena hanya melihat orang-orang jenius dan tidak melihat para ilmuwan biasa

and doesn't look at all of us and ask,

tidak melihat kita dan bertanya,

is it really true that creativity vanishes as we age?

benarkah kreativitas berkurang sejalan dengan bertambahnya usia?

So that's exactly what we tried to do,

Inilah yang sebenarnya ingin kami coba,

and this is important for that to actually have references.

dan memiliki acuan adalah penting.

So let's look at an ordinary scientist like myself,

Mari kita melihat ilmuwan biasa seperti saya,

and let's look at my career.

mari kita lihat karier saya.

So what you see here is all the papers that I've published

Ini ialah semua publikasi ilmiah saya

from my very first paper, in 1989; I was still in Romania when I did so,

dari yang pertama, di tahun 1989; saya masih di Romania saat itu,

till kind of this year.

sampai kurang lebih tahun ini.

And vertically, you see the impact of the paper,

Secara vertikal, dampak publikasi ilmiah itu,

that is, how many citations,

yakni berapa banyak kutipan,

how many other papers have been written that cited that work.

berapa banyak publikasi lain yang mengutip hasil kerja saya

And when you look at that,

Jika Anda lihat,

you see that my career has roughly three different stages.

karier saya secara kasar memiliki tiga stadium berbeda.

I had the first 10 years where I had to work a lot

10 tahun pertama di mana saya harus banyak bekerja

and I don't achieve much.

dan tidak banyak hasil.

No one seems to care about what I do, right?

Tak ada yang peduli apa yang saya lakukan.

There's hardly any impact.

Hampir tidak ada dampaknya.

(Laughter)

(Tawa)

That time, I was doing material science,

Saat itu saya sedang sibuk dengan ilmu material.

and then I kind of discovered for myself networks

dan tidak sengaja saya menemukan ilmu jaringan

and then started publishing in networks.

dan mulai menulis mengenai jaringan.

And that led from one high-impact paper to the other one.

Dari karya berdampak tinggi yang satu ke yang lain.

And it really felt good. That was that stage of my career.

Sangat senang rasanya. Di stadium karier saya saat itu.

(Laughter)

(Tawa)

So the question is, what happens right now?

Pertanyaannya, apa yang terjadi sekarang?

And we don't know, because there hasn't been enough time passed yet

Kita tidak tahu, karena belum cukup waktu berlalu

to actually figure out how much impact those papers will get;

untuk mengukur dampak karya-karya ilmiah tersebut;

it takes time to acquire.

ini membutuhkan waktu.

Well, when you look at the data,

Jika Anda melihat datanya,

it seems to be that Einstein, the genius research, is right,

tampaknya Einstein, penelitian jenius, benar,

and I'm at that stage of my career.

dan karier saya ada di stadium itu.

(Laughter)

(Tawa)

So we said, OK, let's figure out how does this really happen,

Jadi kami memutuskan mari cari tahu bagaimana ini terjadi,

first in science.

pertama di bidang ilmu pengetahuan.

And in order not to have the selection bias,

Agar tidak ada bias seleksi, yaitu

to look only at geniuses,

hanya melihat para jenius,

we ended up reconstructing the career of every single scientist

kami merekonstruksi karier semua ilmuwan

from 1900 till today

dari tahun 1900 sampai sekarang

and finding for all scientists what was their personal best,

dan menentukan apa pencapaian terbaik mereka,

whether they got the Nobel Prize or they never did,

pernah menang hadiah Nobel atau tidak,

or no one knows what they did, even their personal best.

atau tiada yang tahu usaha mereka, bahkan pencapaian terbaik mereka.

And that's what you see in this slide.

Inilah yang Anda lihat di salindia ini.

Each line is a career,

Tiap garis menunjukkan karier,

and when you have a light blue dot on the top of that career,

dan titik biru muda di atas karier itu,

it says that was their personal best.

menunjukkan pencapaian terbaik mereka.

And the question is,

Pertanyaannya,

when did they actually make their biggest discovery?

kapan mereka membuat penemuan terbesar mereka?

To quantify that,

Untuk kuantifikasinya,

we look at what's the probability that you make your biggest discovery,

kami melihat probabilitas penemuan terbesar Anda,

let's say, one, two, three or 10 years into your career?

satu, dua, tiga atau 10 tahun setelah memulai karier?

We're not looking at real age.

Tidak melihat usia sebenarnya.

We're looking at what we call "academic age."

Kami melihat apa yang disebut "usia akademis"

Your academic age starts when you publish your first papers.

Usia akademis Anda dimulai saat Anda menerbitkan makalah pertama.

I know some of you are still babies.

Sebagian dari Anda masih bayi.

(Laughter)

(Tawa)

So let's look at the probability

Mari lihat probabilitasnya

that you publish your highest-impact paper.

Anda mempublikasikan makalah berdampak besar

And what you see is, indeed, the genius research is right.

Anda akan melihat bahwa penelitian jenius benar.

Most scientists tend to publish their highest-impact paper

Kebanyakan ilmuwan mempublikasikan makalah berdampak besar

in the first 10, 15 years in their career,

dalam 10, 15 tahun pertama karier mereka,

and it tanks after that.

dan kemudian kualitasnya menurun.

It tanks so fast that I'm about -- I'm exactly 30 years into my career,

Menurun amat cepat hingga saya - karier saya sudah 30 tahun,

and the chance that I will publish a paper that would have a higher impact

kemungkinan saya mempublikasikan makalah berdampak lebih besar

than anything that I did before

daripada sebelumnya

is less than one percent.

kurang dari satu persen.

I am in that stage of my career, according to this data.

Menurut data ini, saya ada pada stadium karier tersebut.

But there's a problem with that.

Tapi ada masalah.

We're not doing controls properly.

Kita tidak melakukan kontrol dengan benar.

So the control would be,

Kontrolnya ialah,

what would a scientist look like who makes random contribution to science?

ilmuwan seperti apa yang berkontribusi acak bagi ilmu pengetahuan?

Or what is the productivity of the scientist?

Atau bagaimanakah produktivitas ilmuwan tersebut?

When do they write papers?

Kapan mereka menulis makalah?

So we measured the productivity,

Jadi kami mengukur produktivitas,

and amazingly, the productivity,

yang mengherankan, produktivitas,

your likelihood of writing a paper in year one, 10 or 20 in your career,

probabilitas Anda menulis makalah dalam satu, 10 atau 20 tahun karier Anda,

is indistinguishable from the likelihood of having the impact

tidak dapat dibedakan dari kemungkinan dampak yang terjadi

in that part of your career.

pada karier Anda di stadium itu.

And to make a long story short,

Singkatnya,

after lots of statistical tests, there's only one explanation for that,

setelah banyak tes statistik, hanya ada satu penjelasan,

that really, the way we scientists work

bahwa, cara kerja kita para ilmuwan

is that every single paper we write, every project we do,

setiap makalah yang kita tulis, setiap proyek yang kita kerjakan,

has exactly the same chance of being our personal best.

semua memiliki kemungkinan sama untuk menjadi yang terbaik.

That is, discovery is like a lottery ticket.

Artinya, penemuan adalah tiket undian.

And the more lottery tickets we buy,

Semakin banyak tiket undian yang kita beli,

the higher our chances.

semakin besar kemungkinannya.

And it happens to be so

Dan kebetulan

that most scientists buy most of their lottery tickets

kebanyakan ilmuwan membeli tiket undian mereka

in the first 10, 15 years of their career,

dalam satu, 10, 15 tahun pertama karier mereka,

and after that, their productivity decreases.

dan setelah itu, produktivitas mereka menurun.

They're not buying any more lottery tickets.

Mereka tidak lagi membeli tiket undian.

So it looks as if they would not be creative.

Seolah-olah mereka tidak lagi kreatif.

In reality, they stopped trying.

Realitasnya, mereka berhenti mencoba.

So when we actually put the data together, the conclusion is very simple:

Jadi saat kami merangkum semua data, kesimpulannya sederhana:

success can come at any time.

sukses dapat terjadi kapan saja.

It could be your very first or very last paper of your career.

Bisa jadi makalah pertama atau terakhir Anda.

It's totally random in the space of the projects.

Benar-benar acak dalam cakupan proyek Anda.

It is the productivity that changes.

Yang berubah ialah produktivitas.

Let me illustrate that.

Mari saya ilustrasikan.

Here is Frank Wilczek, who got the Nobel Prize in Physics

Ini ialah Frank Wilczek, pemenang Hadiah Nobel Fisika

for the very first paper he ever wrote in his career as a graduate student.

untuk makalah pertamanya yang ia tulis saat masih mahasiswa pasca sarjana.

(Laughter)

(Tawa)

More interesting is John Fenn,

Yang lebih menarik ialah John Fenn,

who, at age 70, was forcefully retired by Yale University.

yang pada usia 70 dipaksa pensiun oleh Universitas Yale.

They shut his lab down,

Mereka menutup lab-nya,

and at that moment, he moved to Virginia Commonwealth University,

dan pada saat itu, ia pindah ke Universitas Virginia Commonwealth,

opened another lab,

membuka lab lain,

and it is there, at age 72, that he published a paper

dan di sanalah, pada umur 72, ia mempublikasikan makalah

for which, 15 years later, he got the Nobel Prize for Chemistry.

yang membuatnya memenangkan Hadiah Nobel Kimia 15 tahun kemudian.

And you think, OK, well, science is special,

Anda mungkin berpikir, ilmu pengetahuan itu spesial,

but what about other areas where we need to be creative?

bagaimana dengan area lain yang memerlukan kreativitas?

So let me take another typical example: entrepreneurship.

Mari saya ambil contoh khas lain: wirausaha.

Silicon Valley,

Silicon Valley,

the land of the youth, right?

tanah kaum muda, bukan demikian?

And indeed, when you look at it,

Memang, jika Anda mencermatinya,

you realize that the biggest awards, the TechCrunch Awards and other awards,

penghargaan terbesar TechCrunch Awards dan penghargaan lain

are all going to people

semua jatuh ke tangan orang-orang

whose average age is late 20s, very early 30s.

yang rata-rata berusia akhir 20-an, awal 30-an.

You look at who the VCs give the money to, some of the biggest VC firms --

Anda lihat pada siapa VC memberikan uang, beberapa firma VC terbesar -

all people in their early 30s.

semua adalah orang-orang berusia awal 30-an.

Which, of course, we know;

Yang tentu saja, kita tahu;

there is this ethos in Silicon Valley that youth equals success.

ada etos ini di Silicon Valley bahwa usia muda berarti sukses.

Not when you look at the data,

Jika Anda melihat datanya,

because it's not only about forming a company --

karena tidak hanya tentang mendirikan perusahaan-

forming a company is like productivity, trying, trying, trying --

mendirikan perusahaan ibarat produktivitas usaha, usaha, usaha --

when you look at which of these individuals actually put out

jika Anda melihat individu mana yang benar-benar mendirikan

a successful company, a successful exit.

perusahaan yang berhasil, peluncuran yang berhasil.

And recently, some of our colleagues looked at exactly that question.

Baru-baru ini, sejumlah kolega kami meneliti hal ini.

And it turns out that yes, those in the 20s and 30s

Hasilnya, ya, mereka yang berusia 20-an dan 30-an

put out a huge number of companies, form lots of companies,

mendirikan sejumlah besar perusahaan, membentuk banyak perusahaan,

but most of them go bust.

tapi kebanyakan dari mereka gagal

And when you look at the successful exits, what you see in this particular plot,

Jika Anda melihat peluncuran yang sukses, yang dilihat di alur ini,

the older you are, the more likely that you will actually hit the stock market

semakin tua Anda, semakin besar kemungkinan mencapai pasar modal

or the sell the company successfully.

atau sukses menjual perusahaan.

This is so strong, actually, that if you are in the 50s,

Penemuan ini sangat kuat, bahwa jika Anda berusia 50-an

you are twice as likely to actually have a successful exit

Anda 2 kali lebih mungkin sukses melakukan peluncuran

than if you are in your 30s.

daripada jika Anda berusia 30-an.

(Applause)

(Tepuk tangan)

So in the end, what is it that we see, actually?

Pada akhirnya, apa yang sebenarnya kita lihat?

What we see is that creativity has no age.

Kita lihat bahwa kreativitas tidak memiliki usia.

Productivity does, right?

Tetapi produktivitas ya, bukan demikian?

Which is telling me that at the end of the day,

Ini menunjukkan saya bahwa akhirnya,

if you keep trying --

jika Anda terus berusaha -

(Laughter)

(Tawa)

you could still succeed and succeed over and over.

Anda dapat mencapai sukses berulang kali.

So my conclusion is very simple:

Jadi kesimpulan saya sangat sederhana:

I am off the stage, back in my lab.

Saya turun dari podium, kembali ke lab saya.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)