The architectural wonder of impermanent cities | Rahul Mehrotra

Translator: Ayudia Triwardhani Reviewer: Yolanda Raintina

Sekarang di planet ini,

On this planet today,

ada sekitar 50 kota berpenduduk lebih dari 5 juta orang.

there are about 50 cities that are larger than five million people.

I'm going to share with you the story of one such city,

Akan saya ceritakan satu kota yang seperti itu,

a city of seven million people,

suatu kota yang berpenduduk 7 juta orang

but a city that's a temporary megacity, an ephemeral megacity.

kota besar sementara, yang tidak permanen.

This is a city that is built for a Hindu religious festival

Kota ini merupakan kota yang dibangun untuk festival keagamaan Hindu

called Kumbh Mela,

yang disebut Kumbh Mela,

which occurs every 12 years, in smaller editions every four years,

yang diadakan setiap 12 tahun, dan festival kecilnya setiap 4 tahun,

and takes place at the confluence

dan diadakan di pertemuan

of the Ganges and the Yamuna rivers in India.

sungai Gangga dan sungai Yamuna di India.

And for this festival,

Dan untuk festival ini,

about 100 million people congregate.

sekitar 100 juta orang berkumpul.

The reason so many people congregate here,

Alasan ada banyak orang berkumpul di sini,

is the Hindus believe that during the festival,

adalah umat Hindu percaya bahwa selama festival,

the cycle every 12 years,

setiap 12 tahun ini,

if you bathe at the confluence of these two great rivers

jika Anda mandi di pertemuan kedua sungai besar ini

you are freed from rebirth.

Anda akan terbebas dari kelahiran kembali.

It's a really compelling idea,

Ini ide yang sangat menarik,

you are liberated from life as we know it.

Anda terbebaskan dari kehidupan yang kita ketahui.

And this is what attracts these millions.

Dan inilah yang memancing jutaan orang ini.

And an entire megacity is built to house them.

Dan seluruh kota besar dibangun untuk menampung mereka.

Seven million people live there for the 55 days,

Tujuh juta orang tinggal di sana selama 55 hari,

and the other 100 million visit.

dan 100 juta pengunjung lainnya.

These are images from the same spot

Ini adalah foto dari tempat yang sama

that we took over the 10 weeks

yang kami ambil selama 10 minggu

that it takes for the city to emerge.

yang dibutuhkan agar kota itu muncul.

After the monsoon,

Setelah musim hujan,

as the waters of these rivers begin to recede

ketika air sungai-sungai ini mulai surut

and the sand banks expose themselves,

dan tepian pasirnya muncul,

it becomes the terrain for the city.

bagian itu menjadi daerah kota itu.

And by the 15th of January,

Dan pada tanggal 15 Januari,

starting 15th of October to 15th of January,

dari 15 Oktober hingga 15 Januari,

in these weeks an entire city emerges.

dalam minggu-minggu ini seluruh kota muncul.

A city that houses seven million people.

Kota yang menampung 7 juta orang.

What is fascinating is this city

Menariknya adalah kota ini

actually has all the characteristics of a real megacity:

benar-benar memiliki karakteristik kota besar:

a grid is employed to lay the city out.

batas-batas yang digunakan untuk memetakan kota.

The urban system is a grid

Sistem kotanya adalah batasan

and every street on this city

dan setiap jalan di kota ini

goes across the river on a pontoon bridge.

melintasi sungai di atas jembatan ponton.

Incredibly resilient,

Sangat kokoh,

because if there's an unseasonal downpour or if the river changes course,

karena jika ada hujan lebat atau aliran sungai berubah arah,

the urban system stays intact,

sistem perkotaan tetap utuh,

the city adjusts itself to this terrain which can be volatile.

kota menyesuaikan diri dengan daerah yang bisa berubah ini.

It also replicates all forms of physical, as well as social, infrastructure.

Semua bentuk prasarana fisik dan sosial juga ditata ulang.

Water supply, sewage, electricity,

Persediaan air, got, listrik,

there are 1,400 CCTV cameras that are used for security

1,400 kamera CCTV yang digunakan untuk keamanan

by an entire station that is set up.

dipasang di seluruh stasiun.

But also social infrastructure,

Tetapi infrastruktur sosial,

like clinics, hospitals,

seperti klinik, rumah sakit,

all sorts of community services,

semua jenis layanan masyarakat,

that make this function like any real megacity would do.

yang membuat fasilitas ini seperti kota-kota besar.

10,500 sweepers are employed by the city.

10,500 penyapu jalan dipekerjakan oleh kota.

It has a governance system, a Mela Adhikari,

Sistem pemerintahan, Mela Adhikari,

or the commissioner of the festival,

atau komisioner festival itu,

that ensures that land is allocated,

memastikan bahwa lahan dialokasikan,

there are systems for all of this,

ada sistem untuk semuanya,

that the system of the city, the mobility, all works efficiently.

yang membuat sistem kota, pergerakan, semuanya bekerja dengan efisien.

You know, it was the cleanest and the most efficient Indian city

Anda tahu, itu adalah kota di India yang terbersih dan terefisien

I've lived in.

yang pernah saya tinggali.

(Laughter)

(Tertawa)

And that's what it looks like in comparison to Manhattan,

Dan itulah yang terlihat dibandingkan dengan Manhattan,

30 square kilometers,

30 kilometer persegi,

that's the scale of the city.

itu skala kotanya.

And this is not an informal city or a pop-up city.

Dan ini bukanlah kota informal atau kota pop up.

This is a formal city, this is a state enterprise,

Ini kota resmi, milik negara,

the government sets this up.

pemerintah membangunnya.

In today's world of neoliberalism and capitalism,

Di dunia neoliberalisme dan kapitalisme saat ini,

where the state has devolved itself complete responsibility

di mana negara menyerahkan tanggung jawab penuh

from making and designing cities,

untuk membangun dan merancang kota,

this is an incredible case.

kasus ini luar biasa.

It's a deliberate, intentional city, a formal city.

Sebuah kota formal yang sengaja dibangun.

And it's a city that sits on the ground very lightly.

Dan kota yang sangat ringan yang dibangun di atas tanah.

It sits on the banks of these rivers.

Berada di tepi sungai-sungai.

And it leaves very little mark.

Dan meninggalkan sedikit bekas.

There are no foundations;

Tidak ada pondasi;

fabric is used to build this entire city.

menggunakan kain untuk membangun seluruh kota ini.

What's also quite incredible

Yang juga luar biasa adalah

is that there are five materials that are used to build this settlement

ada lima material yang digunakan untuk membangun permukiman

for seven million people:

untuk 7 juta orang:

eight-foot tall bamboo, string or rope,

bambu setinggi 8 kaki, benang atau tali,

nails or screw and a skinning material.

paku atau sekrup dan bahan pengulit.

Could be corrugated metal, a fabric or plastic.

Terbuat dari seng bergelombang, kain atau plastik.

And these materials come together and aggregate.

Dan bahan-bahan ini dikumpulkan dan dirangkai.

It's like a kit of parts.

Seperti seperangkat suku cadang.

And it's used all the way from a small tent,

Yang digunakan mulai dari tenda kecil,

which might house five or six people, or a family,

yang dapat menampung 5 atau 6 orang, atau satu keluarga,

to temples that can house 500, sometimes 1,000 people.

hingga kuil yang dapat menampung 500 sampai 1,000 orang.

And this kit of parts, and this imagination of the city,

Dan alat suku cadang ini, dan imajinasi kota ini,

allows it to be disassembled.

membuat bangunannya dapat dibongkar.

And so at the end of the festival, within a week,

Dan pada akhir festival, dalam seminggu,

the entire city is disassembled.

seluruh kota dibongkar.

These are again images from the same spot.

Dan lagi, ini foto-foto dari tempat yang sama.

And the terrain is offered back to the river,

Dan lahannya dikembalikan lagi ke sungai,

as with the monsoon the water swells again.

bersamaan dengan musim hujan, airnya meluap lagi.

And it's this sort of imagination as a kit of parts

Dan imajinasi alat dari bagian-bagian inilah

that allows this disassembly

yang memungkinkan pembongkaran

and the reabsorption of all this material.

dan penyerapan dari semua materialnya.

So the electricity poles go to little villages in the hinterland,

Jadi tiang listrik dipindahkan ke desa pedalaman,

the pontoon bridges are used in small towns,

jembatan ponton digunakan di kota kecil,

the material is all reabsorbed.

semua bahan terserap kembali.

Fascinating, it's amazing.

Menarik, sangat luar biasa.

Now, you may embrace these Hindu beliefs or not.

Sekarang, Anda boleh memeluk kepercayaan Hindu atau tidak.

But you know, this is a stunning example,

Tahukah Anda, ini adalah contoh menakjubkan,

and it's worthy of reflection.

dan patut direnungkan.

Here, human beings spend an enormous amount of energy and imagination

Di sini, manusia menggunakan energi dan imajinasi yang sangat besar

knowing that the city is going to reverse,

untuk mengetahui bahwa kota akan dirobohkan,

it's going to be disassembled,

akan dibongkar,

it's going to disappear,

akan lenyap,

it's the ephemeral megacity.

bahwa ini adalah kota besar yang tidak permanen.

And it has profound lessons to teach us.

Dan ada pembelajaran yang diajarkan pada kita.

Lessons about how to touch the ground lightly,

Pelajaran tentang menyentuh tahan dengan hati-hati,

about reversibility,

tentang sistem bolak-balik,

about disassembly.

tentang pembongkaran.

Rather amazing.

Luar biasa.

And you know, we are, as humans, obsessed with permanence.

Tahukah Anda, kita sebagai manusia, terobsesi sesuatu yang permanen.

We resist change.

Kita menolak perubahan.

It's an impulse that we all have.

Itu adalah keinginan yang kita semua miliki.

And we resist change in spite of the fact

Dan kita menolak perubahan meskipun faktanya

that change is perhaps the only constant in our lives.

perubahan adalah hal yang selalu ada dalam hidup kita.

Everything has an expiry date,

Semua ada akhirnya,

including Spaceship Earth, our planet.

termasuk Bumi, planet kita.

So what can we learn from these sorts of settlements?

Jadi apa yang dapat kita pelajari dari permukiman ini?

Burning Man, of course much smaller,

Burning Man, tentu jauh lebih kecil,

but reversible.

tapi bisa dikembalikan.

Or the thousands of markets for transaction,

Atau ribuan pasar untuk transaksi,

that appear around the globe

yang muncul di seluruh dunia

in Asia, Latin America, Africa, this one in Mexico,

di Asia, Amerika Latin, Afrika, yang satu ini di Meksiko

where the parking lots are animated on the weekends, about 50,000 vendors,

di mana tempat parkir disediakan akhir pekan, sekitar 50,000 pedagang,

but on a temporal cycle.

tapi dalam siklus sementara.

The farmer's market in the Americas:

Pasar petani di Amerika :

it's an amazing phenomenon, creates new chemistries,

ini adalah fenomena luar biasa, menciptakan hubungan baru,

extends the margin of space

memperluas batas ruang

that is unused or not used optimally, like parking lots, for example.

yang tidak digunakan dengan optimal, contohnya tempat parkir.

In my own city of Mumbai,

Di kota saya sendiri, Mumbai,

where I practice as an architect and a planner,

tempat saya berlatih sebagai arsitek dan perencanaan,

I see this in the everyday landscape.

saya melihat ini sebagai pemandangan sehari-hari.

I call this the Kinetic City.

Saya menyebutnya Kota Kinetik.

It twitches like a live organism; it's not static.

Bergerak seperti organisme hidup, tidak statis.

It changes every day,

Selalu berubah setiap hari,

on sometimes predictable cycles.

kadang-kadang dalam siklus yang dapat diduga.

About six million people

Sekitar enam juta orang

live in these kinds of temporary settlements.

tinggal di permukiman sementara seperti ini.

Like -- unfortunately, like refugee camps,

Seperti -- sayangnya, seperti kemah pengungsi,

the slums of Mumbai, the favelas of Latin America.

permukiman kumuh di Mumbai, di Amerika Latin.

Here, the temporary is becoming the new permanent.

Di sini, kesementaraan menjadi kepermanenan yang baru.

Here, urbanism is not about grand vision,

Di sini, urbanisme bukan tentang visi besar,

it's about grand adjustment.

tapi tentang penyesuaian besar-besaran.

On the street in Mumbai, during the Ganesh festival,

Di jalanan Mumbai, saat festival Ganesh,

a transformation.

terjadi perubahan.

A community hall is created for 10 days.

Balai komunitas dibangun selama 10 hari.

Bollywood films are shown,

Film Bollywood ditayangkan,

thousands congregate for dinners and celebration.

ribuan orang berkumpul untuk makan malam dan perayaan.

It's made out of paper-mache and plaster of Paris.

Semuanya terbuat dari kertas-mache dan plester dari Paris.

Designed to be disassembled,

Dirancang untuk dibongkar,

and in 10 days, overnight, it disappears,

dan dalam 10 hari, dalam semalam, semua menghilang,

and the street goes back to anonymity.

dan jalan kembali menjadi tak bernama.

Or our wonderful open spaces, we call them maidans.

Atau ruang terbuka yang indah, kami menyebutkan maidans.

And it's used for this incredibly nuanced and complicated,

Yang digunakan untuk permainan India bernuansa rumit dan menarik,

fascinating Indian game, called cricket,

yang disebut kriket,

which, I believe, the British invented.

yang saya rasa, diciptakan oleh Inggris.

(Laughter)

(Tertawa)

And in the evenings,

Dan di malam hari,

pernikahan diadakan di sekitar lapangan kriket --

a wedding wraps around the cricket pitch --

Notice, the cricket pitch is not touched, it's sacred ground.

Lihat, lapangannya tidak tersentuh. itu kawasan suci.

(Laughter)

(Tertawa)

But here, the club members and the wedding party

Tapi di sini, anggota klub dan pesta pernikahan

partake in tea through a common kitchen.

menikmati teh dari dapur umum.

And at midnight, it's disassembled,

Dan saat tengah malam, semua dibongkar,

and the space offered back to the city.

dan ruang kembali dibangun menjadi kota.

Here, urbanism is an elastic condition.

Di sini, urbanisme adalah kondisi fleksibel.

And so, if we reflect about these questions,

Jadi, jika kita merenungkan berbagai pertanyaan ini,

I mean, I think many come to mind.

maksud saya, pertanyaan yang muncul di pikiran kita.

But an important one is,

Tapi yang penting adalah,

are we really, in our cities,

apakah kita benar-benar, di kota kita,

in our imagination about urbanism,

dalam imajinasi tentang urbanisme

making permanent solutions for temporary problems?

membuat solusi permanen untuk masalah sementara?

Are we locking resources into paradigms

Apakah kita menyegel sumber daya ke dalam paradigma

that we don't even know will be relevant in a decade?

yang kita bahkan tak tahu apakah akan bermanfaat dalam satu dekade?

This becomes, I think,

Hal ini, menurut saya,

an interesting question that arises from this research.

menjadi pertanyaan menarik yang muncul dari penelitian ini.

I mean, look at the abandoned shopping malls in North America,

Maksud saya, lihat pusat belanja yang terbengkalai di Amerika Utara,

suburban North America.

pinggiran kota Amerika Utara.

Retail experts have predicted that in the next decade,

Ahli perdagangan memprediksi bahwa dalam dekade selanjutnya,

of the 2,000 malls that exist today,

dari 2000 mall yang ada saat ini,

50 percent will be abandoned.

50%-nya akan ditinggalkan.

Massive amount of material, capturing resources,

Bahan dalam jumlah besar, sumber daya yang diambil,

that will not be relevant soon.

segera menjadi tidak bernilai.

Or the Olympic stadiums.

Atau stadion Olimpiade.

Around the globe, cities build these

Di seluruh dunia, banyak kota membangun stadion

under great contestation with massive resources,

dengan kontroversi yang hebat dan sumber daya yang besar

but after the games go,

tapi setelah permainan selesai,

seringkali, bangunan itu terbengkalai dalam kota.

they can't often get absorbed into the city.

Couldn't these be nomadic structures, deflatable,

Tidak bisakah dibangun dengan struktur nomaden, dapat dikempiskan,

we have the technology for that,

kita punya teknologi itu,

that get gifted to smaller towns around the world or in those countries,

yang diberikan ke kota-kota kecil di seluruh dunia atau negara itu,

or are stored and moved for the next Olympics?

atau disimpan dan dipindahkan untuk Olimpiade selanjutnya?

A massive, inefficient use of resources.

Penggunaan sumber daya yang besar dan tidak efisien.

Like the circus.

Seperti sirkus.

I mean, we could imagine it like the circus,

Maksud saya, coba bayangkan sirkus,

this wonderful institution that used to camp in cities,

tradisi luar biasa ini yang dulunya berkemah di kota-kota,

set up this lovely kind of visual dialogue with the static city.

membuat dialog visual yang indah dengan kota statis.

And within it, the amazement.

Dan di dalamnya, mencengangkan.

Children of different ethnic groups become suddenly aware of each other,

Anak dari berbagai kelompok etnis sadar adanya satu sama lain,

people of color become aware of others,

orang kulit berwarna menjadi sadar akan orang lain,

income groups and cultures and ethnicities

berbagai kelompok, budaya, dan etnis

all come together around the amazement of the ring with animals and performers.

semua berkumpul di sekitar panggung dengan binatang dan artis.

New chemistries are created, people become aware of things,

Hubungan baru terbentuk, orang menjadi sadar akan banyak hal,

and this moves on to the next town.

dan berpindah ke kota berikutnya.

Or nature, the fluxes of nature, climate change,

Atau alam, perubahan dalam alam, perubahan iklim,

how do we deal with this, can we be more accommodating?

bagaimana kita menghadapi ini, dapatkah kita memfasilitasinya?

Can we create softer urban systems?

Bisakah kita membuat sistem perkotaan yang lebih mudah?

Or are we going to challenge nature continuously

Atau kita akan terus menerus melawan alam

with heavy infrastructure,

dengan infrastruktur yang berat,

which we are already doing, unsuccessfully?

yang sudah kita lakukan, dan tidak sukses?

Now, I'm not arguing

Saya tidak berpendapat

that we've got to make our cities like a circus,

kita harus menjadikan kota kita seperti sirkus,

I'm not arguing that cities must be completely temporary.

saya tidak berpendapat bahwa kota harus menjadi sepenuhnya sementara.

I'm only making a plea

Saya hanya berpendapat

that we need to make a shift in our imagination about cities,

bahwa kita perlu mengubah imajinasi kita tentang kota,

where we need to reserve more space

di mana kita perlu menyediakan lebih banyak ruang

for uses on a temporal scale.

untuk digunakan dalam skala sementara.

Where we need to use our resources efficiently,

Di mana kita perlu menggunakan sumber daya secara efisien,

to extend the expiry date of our planet.

untuk memperpanjang umur planet kita.

We need to change planning urban design cultures,

Kita butuh mengubah perencanaan budaya rancang kota,

to think of the temporal, the reversible,

untuk memikirkan hal yang sementara, dapat dikembalikan,

the disassembleable.

dan dapat dibongkar.

And that can be tremendous

Dan itu akan menjadi luar biasa

in terms of the effect it might have on our lives.

dalam mempengaruhi kehidupan kita.

I often think back to the Kumbh Mela

Saya sering mengingat kembali Kumbh Mela

that I visited with my students and I studied,

yang saya kunjungi dan pelajari dengan murid saya,

and this was a moment where the city had been disassembled.

dan ada momen di mana kota tersebut sudah dibongkar.

A week after the festival was over.

Seminggu setelah festival selesai.

There was no mark.

Tidak ada bekas.

The terrain was waiting to be covered over by the water,

Lahan menunggu untuk dipenuhi dengan air yang akan dikonsumsi

to be consumed.

And I went to thank a high priestess

Dan saya berterima kasih pada pendeta wanita

who had helped us and my students through our research

yang membantu kami dan murid saya dalam penelitian kami

and facilitated us through this process.

dan memfasilitasi kami selama ini.

And I went to her with great enthusiasm,

Dan saya mengunjunginya dengan sangat semangat,

and I told her about how much we had learned

dan memberitahu hal yang kami pelajari

about infrastructure, the city, the efficiency of the city,

tentang infrastruktur, kota, dan efisiensi kota,

the architecture, the five materials that made the city.

arsitektur, lima material yang membangun kota.

She looked really amused, she was smiling.

Beliau terlihat senang, beliau tersenyum.

In any case, she leaned forward

Bahkan, dia mencondongkan badan

and put her hand on my head to bless me.

menyentuh kepala saya dan memberkati saya.

And she whispered in my ear, she said,

Dan dia berbisik di telinga saya.

"Feel blessed that the Mother Ganges

Beliau bilang, "Bersyukurlah Ibu Gangga

allowed you all to sit in her lap for a few days."

mengizinkan kalian untuk duduk di pangkuannya beberapa hari."

I've often thought about this,

Saya sering memikirkan hal ini,

and of course, I understood what she said.

dan tentu saja, saya paham apa yang dia katakan.

She said, cities, people, architecture will come and go,

Dia berkata, kota, orang, arsitektur, akan datang dan pergi,

but the planet is here to stay.

tapi planet ini akan tetap ada.

Touch it lightly, leave a minimal mark.

Sentuhlah dengan lembut, dan tinggalkan sedikit bekas.

And I think that's an important lesson for us as citizens and architects.

Dan saya pikir, itu pelajaran penting bagi masyarakat dan arsitek.

And I think it was this experience

Dan saya pikir pengalaman inilah

that made me believe that impermanence is bigger than permanence

yang membuat saya percaya

bahwa kesementaraan lebih besar dari kepermanenan

and bigger than us all.

dan lebih besar dari kita.

Thank you for listening.

Terima kasih sudah mendengarkan.

(Applause)

(Tepuk tangan)