Rhythm in a box: The story of the cajon drum - Paul Jennings

Ritme di dalam kotak: Kisah drum cajon - Paul Jennings

Translator: Elizabeth Kwan Reviewer: Lane Graciano

Many modern musical instruments are cumbersome or have a lot of parts.

Banyak alat musik modern yang rumit atau memiliki banyak bagian.

Some need a stand or a stool.

Beberapa membutuhkan penyangga atau bangku.

But the cajon is a drum, a stand and a seat all in one convenient box.

Tapi cajon adalah drum, penyangga dan bangku, tergabung menjadi sebuah kotak.

And this simplicity may be key to its journey across continents and cultures

Dan kesederhanaan ini yang menjadi kunci perjalanan lintas benua dan budaya

to become one of the most popular percussion instruments in the world today.

menjadi salah satu instrumen perkusi paling popular di dunia saat ini.

The cajon's story begins in West Africa,

Asal usul cajon bermula dari Afrika Barat,

whose indigenousness people had rich musical traditions

dimana penduduk aslinya memiliki tradisi musik yang kaya

centered on drumming and dancing.

berpusat pada drum dan tarian.

When many of them were captured and brought to the Americas as slaves,

Ketika banyak dari mereka ditangkap dan dibawa ke Amerika sebagai budak,

they brought this culture with them,

mereka membawa serta budaya ini,

but without their native instruments, they had to improvise.

akan tetapi tanpa instrumen asli mereka, mereka harus berimprovisasi.

African slaves in coastal Peru didn't have the materials

Budak Afrika di pesisir Peru tidak memiliki bahan-bahannya

or the opportunity to craft one of their traditional drums

atau kesempatan untuk membuat salah satu drum tradisional mereka

such as a djembe or a djun djun.

seperti djembe atau djun djun.

But what they did have were plenty of shipping crates.

Tetapi mereka memiliki banyak peti pengiriman.

Not only were these readily accessible,

Tidak hanya karena mudah didapat,

but their inconspicuous appearance

tapi juga bentuknya yang tidak mencolok

may have helped get around laws prohibiting slaves from playing music.

dapat membantu menyiasati hukum yang melarang budak untuk bermain musik.

Early Peruvian cajons consisted of a simple box

Cajon Peru mula-mula terdiri dari sebuah kotak sederhana

with five thick wooden sides.

dengan lima sisi kayu tebal.

The sixth side, made of a thinner sheet of wood,

Sisi ke-enam, terbuat dari kayu yang lebih tipis,

would be used as the striking surface,

akan digunakan sebagai permukaan yang dipukul,

or more commonly known as the tapa.

atau yang lebih dikenal sebagai tapa.

A sound hole was also cut into the back to allow the sound to escape.

Sebuah lubang suara juga dibuat sehingga memungkinkan suara untuk keluar.

As an Afro-Peruvian culture developed,

Seiring dengan perkembangan budaya Afro-Peru,

and new forms of music and dance, such as Zamacueca,

dan kelahiran bentuk-bentuk baru dari musik dan tarian,

Festejo and Landó were born,

seperti Zamacueca, Festejo dan Landó,

the cajon became a dedicated musical instrument in its own right.

maka cajon menjadi alat musik yang tersendiri.

Early modifications involved simply bending the planks of the box

Modifikasi mula-mula hanya dilakukan dengan menekuk papan kotak

to tweak the sound,

untuk merekayasa suara,

and when abolition of slavery introduced the cajon to a broader population,

dan saat penghapusan perbudakan mengenalkan cajon ke populasi lebih luas,

more improvisation and experimentation soon followed.

semakin banyak improvisasi dan eksperimen yang mengikuti.

Perhaps the person most responsible for introducing the cajon

Barangkali orang yang paling berjasa untuk memperkenalkan cajon

to European audiences was Spanish Flamenco guitarist Paco de Lucía.

kepada Eropa adalah gitaris Flamenco asal Spanyol Paco de Lucía.

When touring in Peru in 1977,

Ketika melakukan tur di Peru pada tahun 1977,

he and his percussionist Rubem Dantas

dia dan pemain perkusi Rubem Dantas

discovered the cajon and brought it back to Spain,

menemukan cajon dan membawanya kembali ke Spanyol,

recognizing its potential for use in Flamenco music.

mengenali potensinya untuk digunakan dalam musik Flamenco.

By stretching guitar strings along the inside of the tapa,

Dengan meregangkan senar gitar di sepanjang bagian dalam tapa,

the flamenco musicians were able to create a buzz-like snare sound.

musisi Flamenco mampu menciptakan suara dengung mirip snare.

Combined with the regular base tone,

Dikombinasikan dengan nada dasar reguler,

this gave the cajon a sound close to a basic drum set.

cajon dapat menghasilkan suara mirip dengan drum set dasar.

The cajon quickly caught on,

Cajon dengan cepat menjadi populer,

not only becoming standard in Flamenco,

tidak hanya menjadi standar untuk Flamenco,

but being used in genres like folk, jazz, blues and rock.

tetapi juga digunakan dalam genre seperti folk, jazz, blues, dan rock.

Today, many specialized cajons are manufactured,

Saat ini, banyak cajon-cajon khusus yang diproduksi,

some with adjustable strings,

beberapa dengan senar yang dapat disesuaikan,

some with multiple playing surfaces,

beberapa dengan permukaan bermain majemuk,

and some with a snare mechansim.

dan beberapa dengan mekanisme snare.

But the basic concept remains the same,

Tetapi konsep dasarnya tetap sama,

and the story of the cajon shows

dan kisah cajon menunjukan

that the simplest things can have the most amazing potential

bahwa hal-hal sederhana dapat memiliki potensi paling menakjubkan

when you think outside and inside the box.

ketika Anda berpikir di luar dan di dalam kotak.