Zumbi: The last king of Palmares - Marc Adam Hertzman & Flavio dos Santos Gomes

Translator: Natasha Raharko Reviewer: Reno Kanti Riananda

During the 1600s, an expansive autonomous settlement called Palmares

Pada tahun 1600-an, permukiman otonom yang sangat luas bernama Palmares

reached its height in northeastern Brazil.

mencapai puncak kejayaannya di timur laut Brazil.

Tempat tersebut ditemukan dan dipimpin oleh orang-orang yang melarikan diri

It was founded and led by people escaping from slavery, also called maroons.

dari perbudakan, yang juga disebut sebagai maroon.

In fact, it was one of the world’s largest maroon communities,

Faktanya, tempat tersebut merupakan komunitas maroon terbesar di dunia,

its population reaching beyond 10,000.

dengan populasi lebih dari 10.000 orang.

And its citizens were at constant war with colonial forces.

Penduduknya selalu berperang dengan pasukan kolonial.

The records we have about Palmares mainly come from biased

Catatan yang kita miliki tentang Palmares utamanya berasal dari

Dutch and Portuguese sources,

sumber Belanda dan Portugis,

but historians have managed to piece much of its story together.

tetapi sejarawan pada akhirnya mampu menyusun sebagian besar cerita mereka.

During the Trans-Atlantic slave trade, which began in the 1500s,

Semasa perdagangan budak Trans-Atlantik yang dimulai pada tahun 1500-an,

nearly half of all enslaved African people were sent

hampir setengah dari seluruh budak Afrika dikirim

to Portugal’s American colony: Brazil.

ke koloni Amerika milik Portugis: Brazil.

Some escaped and sought shelter in Brazil’s interior regions,

Beberapa melarikan diri dan berlindung di wilayah pedalaman Brazil,

where they formed settlements called mocambos or quilombos.

tempat mereka membentuk permukiman bernama mocambo atau quilombo.

Fugitives from slavery probably arrived in the northeast in the late 1500s.

Para buron dari perbudakan diperkirakan tiba pada akhir tahun 1500-an.

By the 1660s, their camps had consolidated

Pada tahun 1660-an, permukiman mereka telah berkonsolidasi

into a powerful confederation known today as the Quilombo of Palmares.

menjadi konfederasi kuat yang sekarang dikenal sebagai Quilombo Palmares.

It consisted of a central capital linking dozens of villages,

Tempat tersebut terdiri atas ibu kota yang menghubungkan banyak desa,

which specialized in particular agricultural goods

yang memiliki spesialisasi atas bahan agrikultural tertentu,

or served as military training grounds.

atau digunakan sebagai wilayah pelatihan militer.

Citizens of Palmares, or Palmaristas, were governed by a king

Masyarakat Palmares, atau Palmaristas, dipimpin oleh seorang raja

and defended by an organized military.

dan dilindungi oleh kekuatan militer yang terorganisir.

African people and Brazilian-born Black and Indigenous people

Orang Afrika serta orang kulit hitam dan penduduk asli kelahiran Brazil

all came seeking refuge.

datang ke sini untuk berlindung.

They collectively fished, hunted, raised livestock,

Mereka memancing, berburu, beternak,

planted orchards, and grew crops like cassava, corn, and sugarcane.

berkebun, dan bercocok tanam singkong, jagung, dan tebu.

They also made use of the abundant palm trees for which Palmares was named,

Mereka juga memanfaatkan pohon palem yang melimpah, asal muasal nama Palmares,

turning palm products into butter, wine, and light.

dan mengolahnya menjadi produk seperti mentega, anggur, dan lampu minyak.

Palmaristas crafted palm husks into pipes and leaves into mats and baskets.

Palmaristas mengolah sekam palem menjadi pipa

dan daun menjadi tikar dan keranjang.

They traded some of these goods with Portuguese settlers

Mereka menukar sebagian barang tersebut dengan pendatang Portugis

for products like gunpowder and salt.

untuk produk seperti bubuk mesiu dan garam.

In turn, settlers avoided Palmares’ raids

Sebagai gantinya, pendatang terhindar dari serangan Palmares

during which they’d seize weapons and take captives.

saat mereka merampas senjata dan mengambil tawanan.

The Portuguese were concerned with other invading imperialists,

Bangsa Portugis khawatir dengan penjajah imperialis lainnya,

but regarded Indigenous uprisings and Palmares

tetapi menganggap pergolakan penduduk asli dan Palmares

as their internal threats.

sebagai ancaman internal.

Palmares endangered the very institution of slavery—

Palmares mengancam praktik perbudakan

the foundation of Brazil's economy.

yang menjadi sumber ekonomi utama Brazil.

During the 1670s, the Portuguese escalated their attacks.

Pada tahun 1670-an, bangsa Portugis meningkatkan serangan mereka.

By this time, Ganga-Zumba was Palmares’ leader.

Saat itu, Palmares dipimpin oleh Ganga-Zumba.

He ruled from the Macaco, which functioned as the capital.

Dia memimpin dari Macaco, yang berfungsi sebagai ibu kota.

His allies and family members governed the other villages—

Rekan dan keluarganya memerintah desa-desa lainnya—

with women playing crucial roles in operation and defense.

para wanita berperan penting dalam operasional dan pertahanan.

As they fought the Portuguese, Palmaristas used the landscape to their advantage.

Saat melawan Portugis, Palmaristas memanfaatkan lingkungan mereka.

Camouflaged and built in high places, their mocambos offered superior lookouts.

Terkamuflase dan berada di ketinggian, mocambo menjadi pos jaga yang unggul.

They constructed hidden ditches lined with sharp stakes

Mereka membangun parit tersembunyi yang dilengkapi tonggak tajam

that swallowed unsuspecting soldiers and false roads that led to ambushes.

untuk menjebak tentara yang lengah, serta jalan buntu untuk penyergapan.

They launched counterattacks under the cover of night

Mereka menyerang balik di malam hari

and were constantly abandoning and building settlements

dan selalu meninggalkan dan membangun hunian

to elude the Portuguese.

untuk mengelabui bangsa Portugis.

In 1678, after years of failed attacks,

Pada tahun 1678, setelah bertahun-tahun gagal menyerang,

the Portuguese offered to negotiate a peace treaty with Ganga-Zumba.

bangsa Portugis menegosiasikan perjanjian perdamaian dengan Ganga-Zumba.

The terms they agreed upon recognized Palmares’ independence

Perjanjian yang mereka setujui mengakui kemerdekaan Palmares

and the freedom of anyone born there.

dan kemerdekaan siapa pun yang lahir di sana.

However, the treaty demanded that Palmares pledge loyalty to the crown

Namun, perjanjian tersebut mensyaratkan Palmares tunduk pada kerajaan

and return all past and future fugitives from slavery.

dan mengembalikan seluruh buron perbudakan.

Many Palmaristas dissented,

Banyak Palmaristas tidak setuju,

among them Zumbi— Ganga-Zumba’s nephew— a rising leader himself.

salah satunya adalah Zumbi, keponakan Ganga-Zumba, pemimpin yang lagi naik daun.

Before long, Ganga-Zumba was killed,

Tidak lama, Ganga-Zumba dibunuh,

likely by a group affiliated with his nephew.

kemungkinan besar oleh kelompok yang berafiliasi dengan keponakannya.

As Palmares’ new leader, Zumbi rejected the treaty

Sebagai pemimpin baru Palmares, Zumbi menolak perjanjian

and resumed resistance for another 15 years.

dan melanjutkan pemberontakan selama 15 tahun.

But in February of 1694,

Namun, pada bulan Februari 1694,

the Portuguese captured the capital after a devastating siege.

Portugis menguasai ibu kota Palmares setelah terjadi pengepungan hebat.

Zumbi escaped, but they eventually found and ambushed him.

Zumbi melarikan diri, tetapi pada akhirnya ia ditemukan dan diringkus.

And on November 20th, 1695, Portuguese forces killed Zumbi.

Tanggal 20 November 1695, Zumbi dibunuh oleh pasukan Portugis.

His death was not the end of Palmares, but it was a crushing blow.

Kematiannya tidak mengakhiri Palmares, tetapi berdampak besar di masa depan.

After years of warfare, there were far fewer rebels in the area.

Setelah bertahun-tahun perang, pemberontakan jadi makin sedikit.

Those who remained rallied around new leaders and maintained a presence,

Yang bertahan mengikuti para pemimpin baru dan mempertahankan diri mereka,

however small, through the 1760s.

meskipun sedikit, selama tahun 1760-an.

Though, Palmares is no more thousands of other quilombos persist to this day.

Meskipun Palmares telah runtuh, ribuan quilombo lain masih bertahan hingga kini.

November 20th, the day of Zumbi’s death, is celebrated across Brazil

Tanggal 20 November, hari kematian Zumbi, dirayakan oleh Brazil

as the Day of Black Consciousness.

sebagai Hari Kesadaran Kulit Hitam.

But Zumbi was just one of many Palmaristas.

Namun, Zumbi hanyalah satu dari sekian Palmaristas.

We only know some of their names,

Kita hanya tahu beberapa nama mereka,

but their fight for freedom echoes centuries later.

tetapi perjuangan kemerdekaan mereka menggema ratusan tahun kemudian.