The Beautiful Paradoxes of a Multicultural Identity | Farhad Mohit | TED

Translator: Ananda Daffa Elkaazu Reviewer: Ezy Wiranda

I am so honored to be onstage

Saya merasa terhormat berada di atas panggung

representing TED's growing recognition

mewakili meningkatnya pengakuan TED

of the importance of its immigrant diaspora community.

terhadap pentingnya komunitas diaspora imigran.

I am an Iranian-American,

Saya orang Iran-Amerika,

a kind of free-range Iranian,

semacam orang Iran bebas,

lucky to be here with all of you

beruntung berada di sini bersama Anda semua

and free to embrace all my native culture’s positive elements:

dan bebas merangkul semua elemen positif dari budaya asli saya:

the poetry, the music, philosophy and hospitality,

puisinya, musiknya, filsafat, dan keramahan,

every day, in ways that many Iranians inside Iran cannot.

setiap hari, dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh banyak orang Iran di Iran.

But I also love having the bow of my identity stretched

Namun, saya juga menyukai bagaimana identitas saya terbentang seperti busur

between two seemingly opposed poles of "Iranian" and "American,"

antara dua kutub yang tampaknya bertentangan, yaitu “Iran” dan “Amerika”.

because that gives the arrow of my life a unique perspective on things.

Karena hal itu memberi tujuan hidup saya perspektif unik tentang berbagai hal.

I want to share a couple of American ideals

Saya ingin berbagi beberapa idealisme Amerika

that explicate this multicultural dichotomy in me.

yang menjelaskan dikotomi multikultural dalam diri saya.

The first is independence.

Yang pertama adalah kemandirian.

In America, independence is foundational,

Di Amerika, kemandirian adalah dasar,

the bedrock of our freedom

landasan kebebasan kita

that makes us all, all us Americans, feel exceptional.

yang membuat kita semua, kita semua orang Amerika, merasa luar biasa.

Tidak seperti sisi Iran saya, tempat semua orang ikut campur urusan orang lain,

Unlike my Iranian side, where everyone is in everyone's business,

I'm free, maybe even driven, to pursue my own happiness,

saya bebas, bahkan mungkin terdorong, untuk mengejar kebahagiaan saya sendiri,

and that feels so liberating.

dan itu terasa sangat membebaskan.

Yang lainnya adalah peningkatan berkelanjutan,

The other is continuous improvement,

the idea that you can always do better.

gagasan bahwa Anda selalu bisa melakukan yang lebih baik

America is a do-ocracy that is always inventing, reinventing herself.

Amerika adalah “aksi-okrasi”

yang selalu menciptakan, lalu menciptakan kembali dirinya.

We make mistakes, and keep on growing and growing.

Kita membuat kesalahan, dan terus tumbuh dan berkembang.

That's why it's so exciting to be an entrepreneur in America --

Itulah mengapa sangat asyik untuk menjadi pengusaha di Amerika --

we're free to try to build anything our hearts desire.

kita bebas untuk mencoba membangun apa pun yang diinginkan hati kita.

For me, these days, it's taking on our corrupt political duopoly

Bagi saya, saat ini, itu berarti menghadapi duopoli politik korup

and working to democratize democracy itself.

dan berupaya untuk mendemokratisasikan demokrasi itu sendiri.

Bukankah menakjubkan bahwa sebagai orang Amerika,

Isn't it amazing that as an American,

I just get to do that, without fear or permission?

Saya bisa melakukannya tanpa rasa takut atau izin?

But I'm Iranian too,

Namun, saya juga orang Iran,

and I have the ancient wisdom of Iranian mystics,

dan saya memiliki kebijaksanaan kuno para sufi Iran,

Ferdowsi, Hafez and Rumi,

Ferdowsi, Hafez, dan Rumi,

running through my veins.

mengalir di pembuluh darah saya.

So each of these American traits

Jadi, masing-masing sifat Amerika ini

give my Iranian psyche cause for pause and reflection.

memberi jiwa Iran saya alasan untuk berhenti sejenak dan merenung.

For instance, independence is great,

Misalnya, kemandirian itu hebat,

tetapi jika saya benar-benar mandiri,

but if I'm truly independent,

then I don't need anything or anyone.

maka saya tidak butuh apa pun atau siapa pun.

That's kind of lonely.

Itu agak terasa sepi.

Iranians are congenitally hospitable and tribal.

Orang Iran secara bawaan ramah dan bersuku.

In fact, the word Iran itself is a portmanteau

Faktanya, kata Iran sendiri adalah gabungan

of the word “Ir” and “An,”

dari kata “Ir” dan “An,”

where “Ir” comes from the word “yar,” literally “friendship” or “love,”

kata “Ir” berasal dari kata “yar” yang artinya “persahabatan” atau “cinta,”

and “an” comes from “ostan,” or “land of.”

dan “an” berasal dari kata “ostan” yang artinya “tanah.”

Shout-out to our cultural cousins from Ireland, another land of love.

Salam hangat saudara budaya kita dari Irlandia, tanah penuh cinta lainnya.

Anyway, where does this love and friendship

Lalu, di mana cinta dan persahabatan ini

fit into my Statue-of-Liberty-esque,

cocok dengan jiwa Amerika saya yang mirip Patung Liberty dan mencintai kebebasan?

freedom-loving American psyche?

Love requires connection and interdependence,

Cinta membutuhkan koneksi dan saling ketergantungan,

as we found out earlier.

seperti yang kita ketahui sebelumnya.

And interdependence is, well, kind of un-American.

Dan saling ketergantungan, yah, agak kurang Amerika.

After all, Americans never had a Declaration of Interdependence.

Bagaimanapun, orang Amerika tidak pernah memiliki Deklarasi Saling Ketergantungan.

(Laughter)

(Tawa)

So my Iranian side begs for me to differ here.

Jadi, sisi Iran saya mendorong saya untuk berbeda.

As my beloved Sufi uncle Behzad used to say,

Seperti yang biasa dikatakan paman sufi tercinta saya, Behzad,

"Love is the ether the universe swims in."

“Cinta adalah eter tempat alam semesta berenang.”

So without love, we literally have nothing.

Jadi, tanpa cinta, kita benar-benar tidak memiliki apa-apa.

So to be independent, or to be in love?

Jadi, menjadi mandiri atau jatuh cinta?

Itulah pertanyaan lintas budaya bagi saya.

That is the cross-cultural question for me.

And what about the American ideal of continuous improvement?

Bagaimana dengan idealisme Amerika tentang peningkatan berkelanjutan?

That seems downright productive, if you ask my American side.

Nampak sangat produktif jika anda bertanya kepada sisi Amerika saya.

But again, my Iranian side disagrees.

Namun sekali lagi, sisi Iran saya tidak setuju.

I remember a magnet on my mom's fridge:

Saya ingat sebuah magnet di kulkas ibu saya:

“If you’re ever going to be happy, you must be happy now.”

“Jika Anda akan bahagia, Anda harus bahagia sekarang.”

Hinting at a tiny existential problem:

Mengisyaratkan masalah eksistensial kecil:

it's always "now."

selalu “sekarang.”

Tentu saja, kita memiliki Rumi, seorang penyair sufi Iran

And of course, we have the Iranian mystic poet Rumi imploring us in ode after ode

yang memohon kepada kita dalam ode demi ode

to get drunk and out of our minds

untuk mabuk dan kehilangan akal kita

so we can become blissfully present in the wow of now.

agar kita bisa menikmati keajaiban saat ini dengan bahagia.

So should I work to create a better future,

Jadi, haruskah saya beraksi untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik,

or be drunk and happy now?

atau mabuk dan bahagia sekarang?

Another multicultural paradox.

Paradoks multikultural lainnya.

(Laughter)

(Tawa)

Or is it? Maybe I've been setting up a false dichotomy all along.

Atau mungkin? Mungkin saya telah menciptakan

dikotomi yang salah selama ini.

There’s no real Iranian or American on this stage, here in me.

Tidak ada orang Iran atau Amerika sejati di panggung ini, di dalam diri saya.

After all, I'm not some LLM

Lagi pula, saya bukan Magister hukum

trained in a lab on a discrete set of cultural memes.

yang dilatih di laboratorium dengan serangkaian meme budaya yang terpisah.

I am that still magical, mystical, fractal of universal consciousness

Saya adalah fraktal kesadaran universal yang tetap magis dan mistis

known as human being.

yang dikenal sebagai manusia.

I am a point -- thank you --

Saya adalah sebuah titik, --terima kasih--

a point at the center and circumference of the infinite sphere,

sebuah titik di pusat dan sebuah keliling bola tak terhingga,

as my favorite author, the Argentinian Jorge Luis Borges once wrote.

seperti yang ditulis penulis favorit saya, Jorge Luis Borges dari Argentina.

And as a magical, mystical life -- an MML --

Sebagai sosok Kehidupan yang Ajaib dan Mistis -- sesosok KAM --

we humans are uniquely free to embody whatever useful paradoxes we find,

Kita manusia bebas untuk mewujudkan paradoks yang berguna.

whenever it suits us.

Kapan saja sesuai keinginan kita.

We can choose to be culturally American or Iranian or both,

Secara budaya, kita dapat memilih menjadi orang Amerika atau Iran, atau keduanya,

tidak peduli dari mana kita berasal,

no matter where we are from,

and can even have a favorite author who is neither.

dan bahkan bisa memiliki penulis favorit yang bukan keduanya.

And as an MML, we can simultaneously be both independent and free,

Sebagai KAM, kita dapat secara bersamaan mandiri dan bebas,

while deeply connected by love to everyone and everything,

sementara sangat terhubung oleh cinta kepada semua orang dan segalanya,

always striving for a better future, while also happy together,

selalu berjuang untuk masa depan yang lebih baik, sembari bahagia bersama,

here, now, wow.

di sini, sekarang, wow.

(Cheers and applause)

(Sorak-sorai dan tepuk tangan)