The shadow pandemic of domestic violence during COVID-19 | Kemi DaSilvaIbru

Translator: Rizki Febriani Reviewer: Hafizh Alfarisi

Kita semua tahu soal pandemi Covid-19 yang lekat dengan tahun 2020.

Sudah jelas bila Covid-19 mendominasi perhatian dunia

We all know about the pandemic that has come to define 2020.

dan karantina wilayah diberlakukan di banyak negara

untuk membantu mengontrol penyebaran virus ini.

Understandably, COVID-19 has dominated the world's agenda,

Bagi kebanyakan dari kita, karantina itu tidak mengenakkan.

and mandatory lockdowns were introduced in many countries

Kita tidak bisa pergi ke tempat kita biasa berbisnis,

to help control the spread of the virus.

kita tidak bisa mengunjungi keluarga atau teman,

For many of us, the lockdown was inconvenient.

dan kita tidak bisa bersosialisasi secara langsung.

Namun, untuk sebagian orang,

We couldn't go to our normal places of business,

kebebasan keluar rumah bukan hanya demi kenyamanan,

we couldn't visit family or friends,

and we couldn't socialize publicly.

tapi keselamatan fisik bahkan urusan hidup atau mati.

But for some people, though,

the freedom to get out of the house

Berdasarkan pekerjaanku, kulihat mayoritas dari kelompok rentan itu adalah perempuan,

was not just a matter of convenience

but of physical safety and even life or death.

Hal ini mengena untukku,

terutama saat ini, ketika aku bicara dari rumahku yang aman.

Based on my work, I see the great majority of those vulnerable people are women,

Sebagai praktisi obstetri dan ginekologi,

and this resonates with me,

aku tahu benar lazimnya kekerasan berbasis gender

especially today as I give my talk from the safety of my home.

di komunitas sepanjang Nigeria.

As a practicing obstetrician and gynecologist,

Karena itu, aku mendirikan

I'm all too aware of the prevalence of gender-based violence

Women at Risk International Foundation, WARIF, pada 2016

in communities across Nigeria.

untuk menanggapi kasus ini.

Perkiraan global oleh WHO menunjukkan

And this is why I founded

the Women at Risk International Foundation, WARIF,

satu dari tiga perempuan di dunia pernah mengalami tindak kekerasan.

in 2016

in response to this.

Global estimates published by the WHO indicate

Angka ini muncul sebelum karantina wilayah.

Pada Maret, peningkatan jumlah kekerasan terhadap perempuan

that one in three women worldwide have experienced an act of violence.

terlihat jelas di seluruh dunia

And this was before the lockdown.

hingga menjadi pandemi bayangan yang kita hadapi secara global.

In March, an increase in the number of cases of violence against women

was becoming apparent across the world,

Di Prancis misalnya, terjadi kenaikan 30 persen pada kasus KDRT.

amounting to a shadow pandemic that we are now faced with globally.

Di Argentina, panggilan darurat dari kasus KDRT meningkat hingga 25 persen.

In France for example, there was a 30 percent increase

in the number of cases of domestic violence.

Dua minggu pertama karantina wilayah di Negara Bagian Lagos,

And in Argentina,

nomor darurat kami berbunyi tanpa henti.

emergency calls from domestic violence cases

Kami pun mencatat peningkatan panggilan sebesar 64 persen

increased by 25 percent.

In the first two weeks of the lockdown in Lagos State,

dari perempuan yang terjebak di rumah dengan penganiaya mereka

our emergency phone lines rang nonstop,

selagi takut nyawanya terancam.

and we recorded a 64 percent increase in calls

Sampai Juni, pihak berwenang mulai menyadari pandemi bayangan ini.

from women trapped at home with their abusers,

kondisi darurat akibat pemerkosaan diumumkan oleh pemerintah federal Nigeria.

in fear for their lives.

By June, the authorities became aware of the shadow pandemic,

Saat kami menerima telepon darurat dari perempuan, muda dan tua,

and a state of emergency on rape

was declared by the federal government of Nigeria.

kami dapat membantu.

Untungnya, kami tetap membuka pusat penanganan krisis pemerkosaan WARIF

As we fielded the distressing calls from girls and women, young and old,

sebagai jalan terakhir berupa pengungsian.

Di daerah-daerah lebih terpencil,

we were able to help,

as thankfully, we kept the WARIF rape crisis center open

perempuan harus berjalan bermil-mil untuk memperoleh bantuan medis dan perhatian

as a refuge of last resort.

karena tidak ada transportasi akibat karantina wilayah.

In the more remote areas,

many women had to walk miles to receive any medical care and attention

Mereka tidak punya akses internet untuk menggunakan media sosial

dan akses telepon mereka terbatas

as there was no transportation because of the lockdown.

untuk menghubungi pusat bantuan 24 jam atau bahkan tetangga.

They had no internet access to reach social media platforms,

Jadi, situasinya untuk para perempuan ini lebih buruk.

and they had limited phone services

to call a 24-hour confidential helpline or even a neighbor.

Solusi kami untuk mengatasinya ialah ini.

So the situation for these women was much worse.

Ada lebih dari 3.000 bidan tradisional

yang bekerja di daerah pedalaman di seluruh Lagos saat ini.

Our solution in addressing this was this:

Inilah komunitas yang diisi laki-laki dan perempuan

There are over 3,000 traditional birth attendants

yang sudah dilatih secara informal.

working in rural areas across Lagos State today.

Mereka menyediakan akses kesehatan dasar bagi perempuan dan ibu hamil.

These are community-based men and women

Namun, tidak satu pun dari mereka yang menerima pelatihan

who have been informally trained

and provide basic health care to both women and expectant mothers.

untuk membantu perempuan yang menjadi korban KDRT.

Kami berhasil melatih 1.300 pengawal komunitas ini

But none of them had received any form of training

on how to help women suffering from domestic violence.

sebagai responden pertama dalam menangani

kasus kekerasan terhadap perempuan di komunitas mereka.

We successfully trained 1,300 of these community gatekeepers

Artinya, selama karantina wilayah,

mereka bersemangat mengunjungi rumah-rumah di wilayah mereka.

as first responders

in addressing the cases of violence against women

in their communities.

Dengan bekal pelatihan,

mereka mampu menawarkan bantuan yang diperlukan

This meant that during the lockdown,

they were galvanized to go house to house in their communities

pada perempuan yang terjebak di rumah, yang sulit mendapat bantuan.

Ada beragam laporan, mulai dari kekerasan verbal dan emosional

and with their training,

were able to offer the necessary assistance

to women trapped at home, unable to receive care.

sampai pemukulan dan kekerasan seksual.

Reports varied from verbal and emotional abuse

Kunjungan ke rumah-rumah ini

adalah kesempatan bagi para perempuan ini untuk membagikan cerita mereka

to far worse beatings and sexual violence.

serta menerima bantuan dan dukungan yang ditawarkan bidan tradisional.

But those home visits

served as an opportunity for these women to share their stories

Program ini telah diperkenalkan di tujuh komunitas lokal tambahan

and to receive the much needed care and support

that the traditional birth attendants offered.

dan sudah membantu hampir 35.000 orang

This program had been rolled out

dengan meningkatkan kesadaran mengenai pandemi bayangan di semua komunitas ini.

across an additional seven local communities

Beberapa bulan kemudian,

and has reached nearly 35,000 people,

kami berencana melibatkan pengawal lainnya,

penegak hukum dan pemimpin agama.

raising awareness of the shadow pandemic in these communities.

Merekalah orang-orang yang berdampak bagi komunitas

In the months to come,

we plan on including our other gatekeepers,

dan bagi keselamatan serta hidup para perempuan ini.

the law enforcement officials and the religious leaders,

Ketika kita memasuki kenormalan baru

dengan bekerja dari rumah dan bersekolah secara daring,

truly impacting on communities

and on the safety and the lives of these women.

besar kemungkinan lebih banyak perempuan lagi

yang terjebak di rumah bersama dengan penganiaya mereka

As we embrace the new normal of working remotely from home

Pandemi bayangan pun malah akan bertahan.

and with online schooling,

Namun, aku terus berharap dan mencontoh keberanian serta ketetapan hati

it is more than likely

that more women will be trapped at home with their abusers

dari mereka yang bekerja melindungi dan mendukung para perempuan ini.

and this shadow pandemic will persist.

But I take hope and inspiration

Aku terkesima dengan kekuatan tak terbayangkan dan kegigihan

from the courage and determination

of the many who work to protect and support these women.

yang ditunjukkan oleh para perempuan ini selama masa genting ini

I have been awed by the unbelievable strength and the tenacity

hingga kemampuan mereka untuk menemukan kekuatan dalam situasi sulit.

that these women have shown during these precarious times

Dengan ada atau tidaknya pandemi,

and their ability to find their power in spite of all of this adversity.

tugas melindungi gadis dan wanita terus berlanjut.

Sebab, masing-masing dari mereka di belahan dunia mana pun,

So, with or without the pandemic,

the work to protect girls and women continues,

berhak untuk hidup dalam masyarakat yang bebas dari segala bentuk kekerasan.

because every girl and woman,

no matter what part of the world she lives,

Terima kasih.

has the right to live in a society free of any form of violence against her.

Thank you.