The true story behind the legend of the 47 Rōnin - Adam Clulow

Translator: Indah Setiawan Reviewer: Rizka Anjani

“Do you remember my grudge from these past days?”

“Apakah kau ingat dendamku beberapa hari terakhir ini?”

cried Asano Naganori, lord of Akō domain,

teriak Asano Naganori, penguasa wilayah Akō,

his gaze fixed on Kira Yoshinaka, a senior master of ceremony.

tatapannya tertuju pada Kira Yoshinaka, seorang pemandu upacara senior.

Asano extended his short sword, charged through the castle corridor,

Asano menghunus pedang pendeknya, menerobos koridor kastil,

and struck Kira.

dan menyerang Kira.

While the wound wasn’t fatal, its consequences would be.

Meskipun lukanya tidak fatal, konsekuensinya parah.

The incident took place in April 1701 in Edo, Japan— modern-day Tokyo.

Insiden itu terjadi pada April tahun 1701 di Edo, Jepang—Tokyo saat ini.

The Tokugawa military government had gained power about a century before.

Pemerintahan militer Tokugawa memperoleh kekuasaan sekitar satu abad sebelumnya.

This ushered in a period of peace and stability

Mereka mengantarkan periode perdamaian dan stabilitas

following the Warring States or Sengoku era,

setelah era Negara-Negara Berperang atau era Sengoku,

which was marked by constant bloodshed and conflict

yang ditandai dengan pertumpahan darah dan konflik terus-menerus

wrought by warlords and their samurai.

yang dilakukan oleh panglima perang dan samurai mereka.

To secure their rule,

Untuk mengamankan kekuasaan mereka,

the Tokugawa government aimed to tame the samurai class.

pemerintahan Tokugawa berniat untuk menjinakkan kelompok samurai.

Individual samurai carried two swords and served a single lord till death,

Seorang samurai membawa dua pedang dan melayani satu tuan sampai mati,

but their duties became primarily bureaucratic and administrative.

tetapi tugas mereka berubah menjadi sangat birokratis dan administratif.

Meanwhile, Tokugawa legal practice stipulated that both sides

Sementara itu, aturan hukum Tokugawa menetapkan bahwa kedua pihak akan dihukum

would be disciplined in the event of a violent quarrel.

jika terjadi pertengkaran yang melibatkan kekerasan.

However, when officials convened following Asano's attack on Kira,

Namun ketika para pejabat berkumpul setelah serangan Asano terhadap Kira,

they decided to punish only Asano, the incident’s perpetrator.

mereka memutuskan hanya menghukum Asano, pelaku insiden itu.

They ordered Asano to commit seppuku, or ritual suicide.

Mereka memerintahkan Asano untuk melakukan seppuku atau ritual bunuh diri.

But they didn’t stop there.

Namun, mereka tidak berhenti di situ.

They also commanded the seizure of Asano’s castle,

Mereka juga memerintahkan penyitaan kastil Asano,

the disbandment of his house, and the arrest of his younger brother.

pembubaran klannya, dan penangkapan adik laki-lakinya.

The news traveled quickly back to Asano’s domain.

Berita itu menyebar cepat hingga wilayah Asano.

Overnight, the roughly 300 samurai in Asano’s retainer band

Dalam semalam, sekitar 300 samurai di kelompok Asano

found themselves dispossessed of their homes and stipends

mendapati diri mereka dirampas dari rumah dan tunjangan mereka

and turned into rōnin, or masterless samurai.

dan berubah menjadi rōnin, atau samurai tanpa tuan.

They didn’t know why Asano attacked Kira— no one did.

Mereka tidak tahu mengapa Asano menyerang Kira—tidak ada yang tahu.

Some have speculated that Asano refused to pay a bribe to Kira,

Beberapa berspekulasi bahwa Asano menolak untuk membayar suap kepada Kira,

who was supposed to be guiding him in proper etiquette,

yang seharusnya membimbing etiket yang tepat kepadanya,

so Kira humiliated him;

jadi Kira mempermalukannya;

others, that Asano had simply “gone mad.”

yang lain berpendapat bahwa Asano hanya “menjadi gila.”

This left the samurai of Akō domain in crisis,

Hal ini membuat samurai dari wilayah Akō mengalami krisis,

facing a tension that lay at the very heart of the Tokugawa period.

menghadapi ketegangan yang terjadi persis di tengah periode Tokugawa.

They were a privileged class of warriors

Mereka adalah kelompok prajurit istimewa

inundated with epic legends of samurai loyalty, heroism, and martial glory.

yang dibanjiri dengan legenda epik tentang kesetiaan,

kepahlawanan, dan kemuliaan seni bela diri seorang samurai.

But they were forbidden from using violence—

Namun, mereka dilarang menggunakan kekerasan—

their traditional role at once celebrated and restricted.

peran tradisional mereka dirayakan sekaligus dibatasi.

Some of Asano’s samurai said they should peacefully comply with government orders;

Beberapa samurai Asano mengatakan mereka mematuhi aturan pemerintah dengan damai;

others, that they should immediately follow their lord into death.

yang lain mengatakan mereka harus segera mengikuti tuan mereka ke kematian.

One faction, led by Horibe Yasubei,

Satu kelompok, yang dipimpin oleh Horibe Yasubei,

argued that they must see their lord’s apparent wishes through by killing Kira,

berpendapat mereka harus melihat keinginan tuan mereka dengan membunuh Kira,

claiming that so long as Asano’s enemy was alive,

mengklaim bahwa selama musuh Asano masih hidup,

they were dishonored.

mereka tidak terhormat.

However, the effective leader of Akō domain’s samurai, Ōishi Yoshio,

Namun, pemimpin resmi samurai wilayah Akō, Ōishi Yoshio,

believed that if they complied with official orders,

percaya bahwa jika mereka mematuhi aturan resmi,

Tokugawa authorities might show mercy and permit Asano’s brother to succeed him.

otoritas Tokugawa mungkin akan berbelas kasih

dan mengizinkan saudara laki-laki Asano untuk menggantikannya.

So, the samurai peacefully surrendered the castle.

Jadi, samurai menyerahkan kastil dengan damai.

But their hopes were dashed when Tokugawa officials placed Asano’s brother

Namun, harapan mereka hancur ketika pejabat Tokugawa menempatkan saudara Asano

in another family’s custody,

dalam tahanan keluarga lain,

leaving them without a path to restore their status.

meninggalkan mereka tanpa jalan untuk memulihkan status mereka.

Most accepted the government’s terms.

Sebagian besar menerima persyaratan pemerintah.

But in the end, 47 of Asano’s samurai, including Horibe and Ōishi, didn’t.

Tetapi pada akhirnya, 47 samurai Asano, termasuk Horibe dan Ōishi, tidak.

And instead of formally asking permission to take revenge

Dan alih-alih secara resmi meminta izin untuk membalas dendam

via the government’s vendetta system,

melalui sistem balas dendam pemerintah,

they began plotting to kill Kira covertly.

mereka mulai merencanakan pembunuhan Kira secara diam-diam.

Almost two years after Asano’s death,

Hampir dua tahun setelah kematian Asano,

the rōnin, led by Ōishi, broke into Kira’s residence

rōnin, yang dipimpin oleh Ōishi, mendobrak masuk ke kediaman Kira

and killed 16 of his samurai and wounded 23 others

dan membunuh 16 samurainya dan melukai 23 lainnya

before beheading Kira himself.

sebelum memenggal kepala Kira.

They presented Kira's head at Asano's grave,

Mereka mempersembahkan kepala Kira di kuburan Asano,

then surrendered to the Tokugawa officials,

lalu menyerahkan diri kepada pejabat Tokugawa,

justifying their violence by saying they couldn't live under the same heaven

membenarkan kekerasan mereka dengan alasan tidak bisa hidup di bawah surga

as their lord’s enemy.

yang sama dengan musuh tuan mereka.

The rōnin’s actions created considerable problems for the Tokugawa government.

Tindakan rōnin menciptakan masalah besar bagi pemerintah Tokugawa.

The rōnin had broken the peace and a range of laws.

Rōnin telah melanggar perdamaian dan banyak aturan hukum.

But authorities also knew the importance of honor and loyalty among samurai.

Namun, pihak otoritas juga tahu pentingnya kehormatan dan kesetiaan bagi samurai.

After weeks of deliberations, officials decided the rōnin could be praised—

Setelah berminggu-minggu bermusyawarah, para pejabat memutuskan rōnin bisa dipuji—

but must be punished.

tetapi harus dihukum.

They were permitted to commit seppuku,

Mereka diizinkan untuk melakukan seppuku,

which offered them honorable deaths, and they were laid to rest next to Asano.

menawarkan kematian terhormat bagi mereka, dan mereka dikubur di sebelah Asano.

But their story soon morphed into legend.

Namun, cerita mereka segera berubah menjadi legenda.

Within weeks, it was dramatized for the stage.

Dalam beberapa minggu, kisah itu didramatisasi untuk pertunjukan.

And soon after, scholars began debating the rōnin’s actions,

Dan segera setelah itu, para ilmuwan mulai memperdebatkan tindakan rōnin,

some praising them as perfectly loyal and dutiful samurai;

beberapa memuji mereka sebagai samurai yang sangat setia dan patuh;

others condemning them as delusional criminals.

yang lain mengutuk mereka sebagai penjahat delusional.

Over the next three centuries,

Selama tiga abad berikutnya,

Japan continued examining and adapting the story—

Jepang terus menelaah dan mengadaptasi cerita—

in theater, film, propaganda, and beyond—

di teater, film, propaganda, dan lainnya—

grappling with the tensions between law and culture, past and present,

bergulat dengan ketegangan antara hukum dan budaya,

masa lalu dan sekarang,

and repeatedly relitigating the incident

dan berulang kali menghidupkan kembali insiden itu

long after an official verdict was rendered.

lama setelah putusan resmi diberikan.