The last chief of the Comanches and the fall of an empire - Dustin Tahmahkera

Translator: Reviewer: Reno Kanti Riananda

Late one night in 1871, a group of riders descended on a sleeping army camp.

Suatu malam pada tahun 1871, sekelompok penunggang kuda

mendatangi perkemahan tentara yang tengah terlelap.

In minutes they stirred the camp into a panic,

Dalam hitungan menit, mereka menimbulkan kepanikan,

stole about 70 horses, and disappeared.

mencuri sekitar 70 ekor kuda, lantas menghilang.

Led by a young chief named Quanah Parker,

Dipimpin oleh kepala suku yang masih belia bernama Quanah Parker,

the raid was the latest in a long series of altercations

ini adalah serangan terbaru dalam serangkaian pertengkaran panjang

along the Texas frontier between the indigenous people

di sepanjang perbatasan Texas,

antara penduduk asli yang dikenal dengan nama Numunu, atau Comanche,

known as the Numunu, or Comanches,

and the United States forces sent to steal Comanche lands

dengan pasukan Amerika Serikat yang ditugaskan untuk merampas

tanah milik suku Comanche bagi pendatang kulit putih.

for white settlers.

Though the conflict was decades old,

Meski konflik ini telah berlangsung puluhan tahun lamanya,

U.S. Colonel Ranald MacKenzie led the latest iteration.

Kolonel AS Ranald MacKenzie memimpin versi yang terbaru.

From summer to winter, he tracked Quanah.

Dari musim panas hingga musim dingin, ia menelusuri jejak Quanah.

But Quanah was also tracking him,

Namun, Quanah juga mengikutinya,

and each time the colonel drew near his targets,

dan tiap kali Kolonel mendekati targetnya,

they disappeared without a trace into the vast plains.

Quanah menghilang tanpa jejak ke dataran luas.

The Comanches had controlled this territory for nearly 200 years,

Suku Comanche telah menguasai wilayah ini hampir 200 tahun lamanya,

hunting buffalo and moving whole villages around the plains.

berburu kerbau dan hidup nomaden di sekitar dataran.

They suppressed Spanish and Mexican attacks from the south,

Mereka didesak oleh serangan Spanyol dan Meksiko dari arah selatan,

attempts to settle the land by the United States from the east,

upaya penguasaan lahan oleh Amerika Serikat dari arah timur,

and numerous other indigenous peoples’ bids for power.

dan perebutan kekuasaan oleh penduduk asli lainnya.

The Comanche Empire was not one unified group under central control,

Kerajaan Comanche bukanlah suatu kesatuan di bawah kendali terpusat,

but rather a number of bands, each with its own leaders.

melainkan beberapa kelompok ang memiliki pemimpin masing-masing.

What all of these bands had in common was their prowess as riders—

Kesamaan masing-masing kelompok ini adalah keahlian menunggang kuda—

every man, woman, and child was adept on horseback.

setiap pria, wanita, dan anak-anak mahir dalam berkuda.

Their combat skills on horseback

Keahlian bertempur mereka di atas kuda

far surpassed those of both other indigenous peoples and colonists,

jauh melebihi para penjajah dan penduduk asli lainnya,

allowing them to control an enormous area with relatively few people—

sehingga mereka dapat menguasai wilayah yang luas dengan sedikit orang—

probably about 40,000 at their peak

paling banyak 40.000 orang,

and only about 4-5,000 by the time

dan hanya sekitar 4.000 - 5.000 orang

Quanah Parker and Ranald Mackenzie faced off.

saat Quanah Parker dan Ranald MacKenzie saling berhadapan.

Born around 1848, Quanah was the eldest child of Peta Nocona,

Dilahirkan pada tahun 1848, Quanah adalah anak tertua Peta Nocona,

a leader of the Nokoni band, and Cynthia Ann Parker,

pemimpin kelompok Nokoni, dengan Cynthia Ann Parker,

a kidnapped white settler who assimilated with the Comanches

pendatang kulit putih yang diculik dan berasimilasi dengan suku Comanche,

and took the name Naduah.

dan berganti nama menjadi Naduah.

When Quanah was a preteen,

Saat Quanah remaja,

U.S. forces ambushed his village, capturing his mother and sister.

pasukan AS menyergap desanya dan menangkap ibu dan saudarinya.

Quanah and his younger brother sought refuge with a different Comanche band,

Quanah dan adik laki-lakinya berlindung di kelompok suku Comanche yang lain,

the Quahada.

yaitu Quahada.

In the years that followed, Quanah proved himself as a warrior and leader.

Pada tahun-tahun berikutnya, Quanah membuktikan dirinya

sebagai seorang pejuang dan pemimpin.

In his early twenties, he and a young woman named Weakeah eloped,

Di awal usia 20-an, ia dan seorang gadis bernama Weakeah kawin lari,

enraging her powerful father and several other leaders.

yang membuat murka ayah sang gadis serta sejumlah pemimpin lainnya.

They stayed on the run for a year,

Mereka bertahan dalam pelarian selama setahun,

attracting followers and establishing Quanah as a paraibo, or chief,

menarik pengikut, dan menjadikan Quanah sebagai paraibo, atau kepala suku,

at an exceptionally young age.

di usia yang sangat muda.

Under his leadership the Quahada band was able to elude the U.S. military

Di bawah kendalinya, kelompok Quahada mampu menghindari militer AS

and continue their way of life.

dan melanjutkan gaya hidup mereka.

But in the early 1870s, the East Coast market for buffalo hides became lucrative,

Pada awal tahun 1870-an, pasar kulit kerbau di Pesisir Timur

sangat menguntungkan,

and hunters slaughtered millions of buffalo in just a few years.

dan para pemburu membantai jutaan kerbau dalam waktu singkat.

Sementara itu, pasukan AS melakukan serangan mendadak,

Meanwhile, U.S. forces led a surprise attack,

killing nearly all the Quahada band’s 1,400 horses and stealing the rest.

membunuh sekitar 1.400 kuda kelompok Quahada dan mencuri sisanya.

Though he had vowed to never surrender, Quanah knew that without bison or horses,

Meski telah bersumpah tidak akan menyerah, Quanah tahu bahwa tanpa kuda atau bison,

the Comanches faced certain starvation in winter.

suku Comanche berhadapan dengan kelaparan saat musim dingin tiba.

So in 1875 Quanah and the Quahada band

Akibatnya, pada tahun 1875, Quanah dan kelompok Quahada

moved to the Fort Sill reservation in Oklahoma.

bergabung dengan cagar budaya suku Indian di Fort Sill, Oklahoma.

As hunter-gatherers, they could not transition easily

Terbiasa hidup berburu, mereka mengalami kesulitan bertransisi

to an agricultural way of life on the reservation.

ke cara hidup bertani yang ada di cagar budaya.

The U.S. government had promised rations and supplies,

Pemerintah AS menjanjikan ransum dan persediaan,

but what they provided was wildly insufficient.

tetapi yang mereka berikan sangat tak mencukupi.

Quanah, meanwhile, was suddenly in a weak political position:

Sementara itu, kedudukan Quanah mendadak lemah secara politis:

ia tidak memiliki kekayaan maupun kekuasaan

he had no wealth or power compared to others

dibandingkan mereka yang sudah lama tinggal di cagar budaya.

who had been on the reservation longer.

Still, he saw an opportunity.

Meski begitu, ia melihat sebuah peluang.

The reservation included ample grasslands—

Daerah cagar budaya meliputi padang rumput yang luas—

useless to the Comanches but perfect for cattle ranchers to graze their herds.

tak berguna bagi suku Comanche, tetapi sempurna untuk menggembala ternak.

Ia mulai mencari keuntungan dengan cara menyewakan lahan ke para peternak

He began a profitable arrangement leasing the land to cattle ranchers,

secara diam-diam.

quietly at first.

Eventually, he negotiated leasing rights with the U.S. government,

Pada akhirnya, ia menegosiasikan hak sewa-menyewa dengan pemerintah AS,

which ensured a steady source of income for the Comanches on the reservation.

yang menjadi sumber penghasilan tetap bagi suku Comanche di cagar budaya.

As Quanah’s status on the reservation

Seiring dengan meningkatnya status Quanah di reservasi,

and recognition from government officials grew,

serta pengakuan dari pejabat pemerintah,

he secured better rations,

ia mengamankan jatah yang lebih baik,

advocated for the construction of schools and houses,

menganjurkan pembangunan rumah dan sekolah,

and became one of three tribal judges on the reservation court.

dan menjadi salah satu dari tiga hakim suku di pengadilan cagar budaya.

Tired of speaking with multiple leaders,

Lelah harus berbicara dengan banyak pemimpin kelompok,

the U.S. government wanted to appoint one chief of all Comanches—

pemerintah AS ingin menunjuk satu pemimpin yang membawahi seluruh suku Comanche—

a role that hadn’t existed outside the reservation.

posisi yang tak pernah ada di luar cagar budaya.

Meski begitu, sebagian besar anggota suku Comanche mendukung Quanah,

Still, many Comanches supported Quanah for this role,

just as several older leaders had supported him

seperti saat sebagian besar pemimpin senior mendukungnya

to lead them against the U.S. armed forces.

untuk memimpin perlawanan terhadap pasukan AS.

Even Quanah’s former adversary, Ranald MacKenzie,

Bahkan musuh terdahulunya, Ranald MacKenzie

advocated for his appointment.

ikut menyokong penunjukannya.

Quanah acted in Hollywood movies and befriended American politicians,

Quanah berakting di Hollywood dan berteman dengan politisi Amerika,

riding in Theodore Roosevelt’s inauguration parade.

serta ikut berkuda dalam parade pelantikan Theodore Roosevelt.

Still, he never cut his long braids

Meski begitu, ia tak pernah memotong kepangan panjangnya,

and advocated for the Native American Church and the use of peyote.

serta menyokong Gereja Orang Asli Amerika dan penggunaan peyote.

He began to go by Quanah Parker, adopting his mother’s surname,

Ia mulai dikenal sebagai Quanah Parker, diambil dari nama keluarga ibunya,

and tried to track down his mother and sister,

dan mencoba melacak keberadaan ibu dan saudarinya,

eventually learning they had both died shortly after their capture.

untuk kemudian mengetahui bahwa mereka meninggal tak lama setelah ditangkap.

Quanah adapted again and again— to different worlds, different roles,

Quanah tak pernah berhenti beradaptasi— dunia yang berbeda, peran yang berbeda,

and circumstances that would seem insurmountable to most.

dan situasi yang tampak tak dapat diatasi oleh sebagian besar orang.

Though he wasn’t without critics, after Quanah’s passing,

Meski tak lepas dari kritik, sepeninggalan Quanah,

Comanches began using the term “chairman”

suku Comanche mulai menggunakan istilah “ketua”

to designate the top elected official in the tribe,

untuk menunjuk pejabat tertinggi terpilih di dalam suku ,

recognizing him as the last chief of the Comanches

mengakui Quanah sebagai kepala suku Comanches yang terakhir

and a model of cultural survival and adaptation.

dan teladan bagi ketahanan budaya dan adaptasi.

In that spirit, today’s Comanche Nation looks towards the future,

Dengan semangat tersebut, bangsa Comanche kini menyongsong masa depan

with over 16,000 enrolled citizens and countless descendants.

bersama lebih dari 16.000 warga terdaftar berikut keturunannya.