How do oysters make pearls? - Rob Ulrich

Translator: Nabila Adiandini Reviewer: Syifa Sabrina

While most people wouldn’t consider the crusty exterior of an oyster

Ketika kebanyakan orang tidak akan beranggapan

permukaan kering dari tiram terlihat cantik,

to be particularly beautiful,

opening up this craggy case might reveal an exquisite jewel nestled within.

tapi membuka cangkang kasar ini kita mungkin akan menemukan

perhiasan cantik di dalamnya.

Yet, despite their iridescent colors and smooth shapes,

Namun, walaupun ia memiliki warna yang indah dan bentuk yang halus,

pearls are actually made of the exact same material

mutiara sebenarnya terbuat dari bahan yang sama

as the shell that surrounds them.

dengan cangkang yang melingkupinya.

Pearls, urchin spines, the shells of mussels, snails and clams, even coral—

Mutiara, duri bulu babi, cangkang remis, siput, dan kerang, bahkan batu karang—

all these structures are made out of the same chemical compound:

semua ini terbuat dari senyawa kimia yang sama,

calcium carbonate.

yaitu kalsium karbonat.

So, how does this single ingredient form such a vast array of materials?

Jadi, bagaimana satu senyawa ini dapat membentuk beragam jenis bahan?

Calcium carbonate, or CaCO3, is common on land,

Kalsium karbonat, atau CaCO3, biasa ditemukan di darat

and even more bountiful in the sea.

dan lebih banyak lagi di laut.

The Earth’s crust is rich in calcium,

Lempengan bumi kaya akan kalsium

and over millennia these deposits have seeped into rivers and oceans.

dan selama bermiliar-miliar tahun endapan ini meresap ke sungai dan samudra.

This is especially true near hydrothermal vents,

Hal ini khususnya banyak terjadi di saluran-saluran hidrotermal,

where hot seawater mingles with calcium rich basalts.

di mana air laut panas bertemu dengan batuan basal kaya kalsium.

Meanwhile, when carbon dioxide in the air interacts with seawater

Sementara itu, ketika karbon dioksida di udara berinteraksi dengan air laut,

it eventually produces dissolved carbonate.

reaksi tersebut kemudian menghasilkan karbonat yang terlarutkan.

Every year, the ocean absorbs roughly one third of our carbon dioxide emissions,

Setiap tahunnya, laut menyerap sekitar sepertiga emisi gas karbon dioksida kita,

adding huge quantities of carbonate into the water.

menambahkan banyak sekali karbonat ke dalamnya.

It’s no surprise that sea creatures have made use of these abundant compounds,

Hingga tidak aneh jika makhluk laut memanfaatkan berlebihnya bahan ini.

but the way calcium and carbonate are woven together into various shapes

Namun, proses kalsium dan karbonat yang bercampur menjadi berbagai bentuk ini,

is surprisingly artful.

anehnya, sangatlah indah.

Let’s return to the humble oyster.

Mari kembali membahas tiram yang bersahaja.

Like many aquatic mollusks, oysters start life as exposed larvae,

Seperti banyak moluska air lainya,

tiram memulai kehidupannya sebagai larva tidak bercangkang,

and quickly get to work building a protective shell.

dan kemudian cepat-cepat membentuk cangkang pelindung.

First, an organ called the mantle secretes an organic matrix

Pertama, sebuah organ yang disebut ‘mantel’ mengeluarkan kandungan organik

of proteins and other molecules to construct a scaffold.

yang berupa protein dan molekul lain untuk membentuk sebuah rangka.

Then, the oyster filters the seawater,

Kemudian, sang tiram menyaring air laut,

drawing out calcium and carbonate to combine them into its building material.

menangkap kalsium dan karbonat dan mencampurkannya ke bahan pembangunnya.

It lays this material over the scaffold,

Tiram meletakkan bahan ini di atas rangkanya,

which is covered in charged proteins that attract and guide

yang diliputi dengan protein yang menarik dan membimbing

the calcium carbonate molecules into layers.

molekul-molekul kalsium karbonat menjadi lapisan-lapisan.

The specific arrangement of these protein scaffolds depends on the mollusk species

Pengaturan khusus dari rangka protein ini tergantung pada spesies moluska

and their environment,

dan lingkungannya,

accounting for their vast diversity of shell shapes, sizes, and colors.

terlihat dari keberagaman bentuk cangkang, ukuran, dan warnanya.

Mollusks carefully control all components of their calcium carbonate creations—

Moluska-moluska ini dengan hati-hati mengatur seluruh komponen

dari pembuatan kalsium karbonat mereka,

even manipulating CaCO3 at the molecular level.

bahkan memanipulasi CaCO3 di tingkat molekul.

Using special proteins,

Dengan menggunakan protein khusus,

mollusks can produce two crystal structures out of CaCO3:

moluska dapat memproduksi dua struktur kristal dari CaCO3,

calcite and aragonite.

yaitu kalsit dan aragonit.

Both of these compounds have the same chemical composition,

Dua campuran ini memiliki komposisi kimia yang sama,

but different qualities due to the way their crystal lattices are arranged.

tapi kualitas yang berbeda yang disebabkan oleh cara kisi-kisi kristalnya terbentuk.

Kalsit lebih stabil dari pada aragonit

Calcite is the more stable of the two and less prone to dissolving over time,

dan lebih tidak mudah larut seiring waktu.

so most mollusk shells have a sturdy outer layer of calcite.

Jadi, kebanyakan cangkang moluska memiliki lapisan luar kokoh

yang terbentuk dari kalsit.

As the slightly more soluble molecule,

Sebagai molekul yang sedikit lebih mudah larut,

aragonite can better adapt to more or less acidic environments.

aragonit dapat lebih mudah beradaptasi di lingkungan yang lebih atau kurang asam.

So most mollusk shells have an interior layer of aragonite

Jadi, kebanyakan cangkang moluska memiliki lapisan interior dari aragonit

to maintain their internal pH level.

untuk mempertahankan level pH di bagian dalamnya.

But one form of aragonite is stronger and more versatile than the rest:

Tapi, ada satu bentuk aragonit yang lebih kuat dan serbaguna dari yang lainnya,

nacre.

yaitu nacre.

Mollusks make this special material by placing successive layers of aragonite

Moluska membuat bahan spesial ini dengan berturut-turut menyusun lapisan aragonit

interspersed with proteins.

yang diselingi dengan protein.

These layers are stacked like hexagonal bricks,

Lapisan-lapisan ini ditumpuk seperti batu bata heksagonal,

each surrounded by other organic material that directs their orientation.

masing-masing dikelilingi oleh bahan organik lainnya yang mengatur arahnya.

The uniform layering and brick-like structure of nacre

Struktur nacre yang berbentuk lapisan seragam dan seperti bata ini

is key to its signature iridescence.

adalah kunci dari kilau pelangi khasnya.

The layers are similar in thickness to the wavelength of visible light,

Lapisan-lapisan ini memiliki ketebalan yang serupa dengan gelombang cahaya,

so the light reflecting from its interior surface

sehingga cahaya yang terpantul dari permukaan interiornya

interferes with the light reflecting from the outer surface.

bertubrukan dengan cahaya yang terpantul dari permukaan luarnya.

When particles of light strike the nacre,

Ketika partikel cahaya terpantul pada nacre,

they bounce around its multilayered crystalline structure

mereka terpantul pada strukturnya yang berlapis-lapis seperti kristal

in a cascade of shifting rainbows.

menjadi aliran riak warna pelangi.

But nacre isn’t just pretty—

Tapi nacre tidak hanya cantik,

it’s one of the strongest and lightest biomaterials we know of.

ia juga salah satu biomaterial terkuat dan teringan yang kita ketahui.

And it's not just oysters that produce it.

Dan bukan hanya tiram yang memproduksi zat ini.

In fact, numerous mollusk species deploy nacre

Bahkan, banyak spesies moluska mengeluarkan nacre

as one of their primary defense mechanisms.

sebagai salah satu mekanisme pertahanan diri utamanya.

If an intruding parasite or even a stray particle of sand irritates the mantle,

Apabila parasit penyusup atau bahkan partikel pasir yang tersesat

melukai bagian mantel,

the mollusk will coat the offender in nacre-producing cells

sang moluska akan melapisinya dengan sel pemroduksi nacre

to form what’s known as a pearl sac.

untuk membentuk zat yang dikenal sebagai kantung mutiara.

These cells wrap the threat in layers of proteins and aragonite

Sel ini meliputi ancaman tersebut dalam lapisan protein dan aragonit

until eventually the cocoon completely absorbs the invader—

hingga akhirnya kepompong ini sepenuhnya menyerap sang penyusup—

dissolving the threat into an opalescent sphere of nacre.

melarutkan ancaman tersebut menjadi bola nacre yang bagaikan opal.

This defense mechanism is our leading theory for mollusks making pearls;

Mekanisme pertahanan ini adalah teori kami untuk moluska pembuat mutiara,

transforming everyday intruders into timeless treasures.

yang mengubah penyusup harian

menjadi harta yang tak lekang oleh waktu.