Why did hospitals have these frogs in their supply rooms? - Carly Anne York

Translator: Vanessa Lee Reviewer: annisa putri

From the 1930s well into the 1960s,

Sejak tahun 1930-an hingga tahun 1960-an,

pregnancy testing required a slippery piece of equipment:

pemeriksaan kehamilan membutuhkan sebuah alat yang licin:

a female African clawed frog.

seekor katak cakar Afrika betina.

For decades, hospitals and research labs around the world

Selama beberapa dekade, rumah sakit dan laboratorium penelitian di seluruh dunia

had a trusted supply of these handy amphibians,

memiliki persediaan amfibi yang berguna dan terpercaya ini,

employing their help in testing for pregnancy

menggunakan bantuan mereka dalam memeriksa kehamilan

and in numerous other scientific endeavors.

dan dalam banyak pekerjaan ilmiah lainnya.

So, what makes these phenomenal frogs so special?

Jadi, apa yang membuat katak luar biasa ini sangat istimewa?

The remarkable features of the African clawed frog

Keistimewaan dari katak cakar Afrika ini

have fascinated researchers since the 19th century.

membuat para peneliti terpukau sejak abad ke-19.

We often think of frogs as hopping around to snatch up bugs

Kita sering membayangkan katak melompat-lompat menangkap serangga

with their lengthy tongues.

dengan lidah panjang mereka.

But this water-dwelling species is almost exclusively aquatic,

Tapi, spesies yang hidup di air ini lebih memiliki sifat akuatik,

having adapted primarily for swimming rather than crawling or jumping.

lebih terbiasa untuk berenang daripada merangkak atau melompat.

Weirder still, African clawed frogs have no tongues at all.

Lebih anehnya lagi, katak bercakar Afrika tidak memiliki lidah sama sekali.

Instead, they suck food directly into their mouths

Mereka justru menyedot makanan langsung ke dalam mulut mereka

or use their hands to catch larger animals

atau menangkap hewan yang lebih besar dengan tangan mereka

which they tear apart with powerful hind claws.

yang dicabik dengan cakar belakang mereka yang kuat.

To help get close to their prey,

Untuk membantu mereka mendekati mangsanya,

their smooth skin can quickly change color to blend into their surroundings.

kulit licin mereka dapat berubah warna dengan cepat

agar terlihat menyatu dengan lingkungannya.

This camouflage ability was particularly interesting to a trio of biologists

Kemampuan berkamuflase ini sangat menarik bagi trio ahli biologi

in South Africa during the 1920s.

di Afrika Selatan pada tahun 1920-an.

Hillel Shapiro, Harry Zwarenstein, and their teacher, Lancelot Hogben,

Hillel Shapiro, Harry Zwarenstein, dan guru mereka, Lancelot Hogben,

were researching what role the pituitary gland,

melakukan penelitian tentang apa peran kelenjar pituitari,

a small region of the frog’s brain,

bagian kecil dalam otak katak,

might play in the color changing mechanism.

yang mungkin dimainkannya dalam mekanisme perubahan warna.

Removing the gland altogether impaired the frogs’ ability to camouflage.

Menyingkirkan semua kelenjar mengganggu kemampuan berkamuflase para katak.

But when Hogben injected them with a pituitary extract derived from an ox,

Tapi saat Hogben memasukkan ekstrak pituitari sapi jantan ke dalam para katak,

he found an even more surprising result—

dia menemukan hasil yang lebih mengejutkan lagi—

the frogs began laying eggs.

katak-katak tersebut mulai bertelur.

Normally, African clawed frogs only release eggs

Normalnya, katak bercakar Afrika hanya bertelur

when a male frog is nearby to fertilize them.

saat si jantan dekat dengan si betina untuk membuahinya.

But this ox hormone triggered their ovulation without the presence of a male.

Tapi, hormon sapi ini memicu terjadinya ovulasi tanpa katak jantan.

And this process gave the researchers an idea.

Dan proses ini memberikan para peniliti ini sebuah ide.

They knew there was a chemical similarity between the ox hormone

Mereka tahu ada kesamaan zat penyusun antara hormon sapi

and a hormone found in the urine of pregnant people—

dan hormon yang ditemukan dalam air seni orang hamil—

a compound we know today as the chorionic gonadotropin hormone, or hCG.

komponen yang saat ini dikenal dengan hormon chorionic gonadotropin, atau hCG.

In pregnancy tests of the day,

Dalam pemeriksaan kehamilan,

animals like mice and rabbits were injected with human urine

hewan seperti tikus dan kelinci diberi air seni manusia

as a way of testing for the presence of hCG.

seperti dalam memeriksa adanya hormon hCG.

However, this required multiple days of injections,

Namun, hal ini butuh injeksi yang dilakukan berhari-hari

as well as killing and dissecting the animals

serta pembunuhan dan pembedahan hewan berkali-kali

to see whether the hormone was present.

untuk melihat ada atau tidaknya hormon itu.

Because of these hurdles, the test was reserved for specific use cases,

Karena rintangan ini, pemeriksaan dilakukan untuk kasus khusus,

leaving most people waiting for visible signs to determine if they were pregnant.

yang membuat kebanyakan orang menunggu tanda yang bisa dilihat

untuk menentukan apakah mereka hamil.

But these frogs changed everything.

Tapi, katak ini mengubah segalanya.

They responded to hCG in roughly 9 hours with no need for dissection.

Katak-katak ini merespon hCG dalam 9 jam tanpa harus dibedah.

And since their large ovaries constantly generate eggs,

Dan karena ovarium besar mereka terus menerus menghasilkan telur,

they could participate in numerous tests over their 15 to 30 year lifespan.

mereka dapat ikut serta dalam beberapa tes

selama 15 hingga 30 tahun dari masa hidup mereka.

Better still, these frogs were abundant in their native habitat,

Terlebih lagi, jumlah katak yang hidup di habitat asli mereka sangat banyak

making them easy to find, catch, and export.

membuat mereka mudah ditemukan, ditangkap, dan diekspor.

Before long, tens of thousands of African clawed frogs

Tak lama kemudian, puluhan ribu katak bercakar Afrika

were being shipped to hospitals all over the world,

didistribusikan ke rumah sakit di seluruh dunia,

making reliable pregnancy tests widely available for the first time.

membuat tersedianya tes kehamilan

yang pertama kali dapat diandalkan secara luas.

In the 1970s, the frogs would be superseded by chemical tests

Pada tahun 1970-an, katak-katak ini digantikan dengan alat uji kimia

that detected hCG directly.

yang dapat mendeteksi hCG secara langsung.

But by then their widespread presence in laboratories

Tapi dulu, tersebarnya para katak ini di berbagai laboratorium

had made African clawed frogs the star of numerous studies.

membuat katak bercakar Afrika menjadi bintang dalam banyak penelitian.

Their rapid development and ability to produce eggs in any season

Perkembangan cepat dan kemampuan mereka memproduksi telur pada musim apa pun

made them invaluable models for developmental biology.

menjadikan mereka model berharga untuk perkembangan biologi.

African clawed frogs have even been part of biological studies

Katak bercakar Afrika bahkan telah menjadi bagian dari penelitian biologi

aboard the Space Shuttle Endeavour.

di Space Shuttle Endeavour.

However, frogs can be slippery subjects.

Namun, katak dapat menjadi subjek penelitian yang tak selalu ada.

More than a few of these amphibians have escaped their laboratory enclosures,

Banyak dari mereka yang melarikan diri dari kandangnya di laboratorium,

and in many places,

dan di banyak tempat,

their ferocious appetite allowed them to outcompete native amphibians.

nafsu makan yang besar membuat mereka kalah saing dengan amfibi lokal.

To make matters worse,

Lebih parahnya lagi,

they often carry a deadly fungus called chytrid,

mereka sering membawa jamur chytrid yang mematikan,

which can cause an infection that lethally disrupts

yang dapat menyebabkan infeksi berbahaya yang merusak

the delicate functioning of amphibian skin.

kulit halus amfibi yang berfungsi dengan baik.

In the 20th century, this fungal infection has devastated amphibian populations

Pada abad ke-20, infeksi jamur ini membinasakan populasi amfibi

around the globe,

di seluruh dunia,

causing the extinction of multiple frog species.

menyebabkan punahnya banyak spesies katak.

Because of all these concerns,

Karena semua persoalan ini,

the African clawed frog is now classified as an invasive species,

katak bercakar Afrika saat ini diklasifikasikan sebagai spesies invasif,

and illegal in many regions.

dan ilegal di berbagai daerah.

So in the end, like other pregnancy tests,

Pada akhirmya, seperti tes kehamilan lainnya,

the use of these frogs in scientific research

penggunaan katak ini dalam penelitian ilmiah

has had both positive and negative results.

mempunyai akibat baik positif maupun negatif.