Embrace your raw, strange magic | Casey Gerald

Translator: Sabrina Go Reviewer: Abe Felisa

[This talk contains mature content]

[Ceramah ini mengandung konten dewasa]

My mother called this summer to stage an intervention.

Ibu saya menelepon musim panas ini untuk melakukan intervensi.

She'd come across a few snippets of my memoir,

Beliau muncul beberapa kali dalam memoar saya,

which wasn't even out yet,

yang bahkan belum terbit,

and she was concerned.

dan beliau prihatin.

It wasn't the sex.

Bukan soal seksnya.

(Laughter)

(Tertawa)

It was the language that disturbed her.

Bahasanya yang mengganggu beliau.

For example:

Sebagai contoh:

"I have been so many things

"Aku sudah menjadi banyak hal

along my curious journey:

sepanjang perjalanan hidupku:

a poor boy, a nigger,

bocah miskin, orang negro,

a Yale man, a Harvard man,

orang Yale, orang Harvard,

a faggot, a Christian,

orang banci, orang Kristen,

a crack baby, alleged,

bayi pemadat, diduga,

the spawn of Satan, the Second Coming,

anak setan, Kedatangan Kedua,

Casey."

Casey."

That's just page six.

Itu baru halaman enam.

(Laughter)

(Tertawa)

So you may understand my mother's worry.

Jadi Anda bisa paham kekhawatiran ibu saya.

But she wanted only to make one small change.

Tapi beliau hanya ingin mengubah satu hal kecil.

So she called, and she began,

Jadi beliau menelepon, dan bicara,

"Hey, you are a man.

"Hei, kau adalah seorang laki-laki.

You're not a faggot, you're not a punk,

Kau bukan banci, kau bukan berandalan,

and let me tell you the difference.

dan biar kuberi tahu perbedaannya.

You are prominent. You are intelligent.

Kau menonjol. Kau cerdas.

You dress well. You know how to speak.

Kau berpakaian bagus. Kau pandai bicara.

People like you.

Orang-orang menyukaimu.

You don't walk around doing your hand like a punk.

Kau tak berkeliaran dengan tangan seperti berandalan.

You're not a vagabond on the street.

Kau bukan gelandangan di jalanan.

You are an upstanding person

Kau adalah orang yang terhormat

who just happens to be gay.

yang kebetulan saja homo.

Don't put yourself over there

Jangan tempatkan dirimu di sana

when you are over here."

sementara kau ada di sini."

She thought she'd done me a favor,

Ia mengira sudah membantu saya,

and in a way, she had.

dan sedikit banyak, memang.

Her call clarified what I am trying to do with my life

Teleponnya menjernihkan apa yang ingin saya lakukan dalam hidup saya

and in my work as a writer,

dan dalam pekerjaan saya sebagai penulis,

which is to send one simple message:

yaitu untuk mengirim satu pesan sederhana:

the way we're taught to live has got to change.

cara hidup yang diajarkan pada kita harus berubah.

I learned this the hard way.

Saya mempelajarinya susah payah.

I was born not on the wrong side of the tracks,

Saya lahir bukan di sisi jalan yang salah,

but on the wrong side of a whole river,

tapi di sisi yang salah dari seluruh sungai,

the Trinity, down in Oak Cliff, Texas.

di Trinity, sepanjang Oak Cliff, Texas.

I was raised there in part by my grandmother

Saya dibesarkan di sana sebagian oleh nenek saya

who worked as a domestic,

yang bekerja sebagai PRT,

and by my sister,

dan oleh kakak perempuan saya,

who adopted me a few years after our mother,

yang mengadopsi saya beberapa tahun setelah ibu kami,

who struggled with mental illness,

yang mengalami gangguan kesehatan mental,

disappeared.

menghilang.

And it was that disappearance,

Dan kehilangan itulah,

berawal saat saya 13 tahun dan berlangsung selama lima tahun,

that began when I was 13 and lasted for five years,

that shaped the person I became,

yang membentuk saya sekarang,

the person I later had to unbecome.

seseorang yang nantinya tidak menjadi saya.

Before she left, my mother had been my human hiding place.

Sebelum beliau pergi, ibu saya adalah tempat saya bersembunyi.

She was the only other person who seemed as strange as me,

Ia satu-satunya yang kelihatannya seaneh saya,

beautifully strange,

keanehan yang cantik,

some mix of Blanche DuBois from "A Streetcar Named Desire"

campuran dari Blanche DuBois dari "A Streetcar Named Desire"

dan Whitney Houston 1980-an.

and a 1980s Whitney Houston.

(Laughter)

(Tertawa)

I'm not saying she was perfect,

Saya tidak bilang beliau sempurna,

just that I sure benefited from her imperfections.

hanya saja saya diuntungkan oleh ketidaksempurnaannya.

And maybe that's what magic is, after all:

Mungkin bagaimanapun juga, itulah keajaiban:

a useful mistake.

kesalahan yang bermanfaat.

So when she began to disappear for days at a time,

Jadi saat beliau mulai menghilang selama beberapa hari

I turned to some magic of my own.

Saya beralih pada keajaiban saya sendiri.

It struck me, as from above,

Hal itu menyambar saya, seolah dari atas,

that I could conjure up my mother just by walking perfectly

hingga saya bisa memunculkan ibu saya hanya dengan berjalan dengan sempurna

from my elementary school at the top of a steep hill

dari sekolah ke puncak bukit yang curam

all the way down to my grandmother's house,

turun sampai ke rumah nenek saya,

placing one foot, and one foot only, in each sidewalk square.

meletakkan satu kaki, dan satu kaki saja, di setiap kotak trotoar.

I couldn't let any part of any foot touch the line between the square,

Saya tidak bisa membiarkan kaki saya menyentuh garis antara kotak,

I couldn't skip a square,

saya tidak bisa melewatinya,

all the way to the last square at the last blade of grass

terus sampai kotak terakhir di rumput terakhir

that separated our lawn from our driveway.

yang memisahkan halaman kami dari jalanan masuk.

And I bullshit you not, it worked --

Dan saya tidak bohong pada Anda, hal itu berhasil --

just once though.

tapi hanya sekali.

But if my perfect walk could not bring my mother back,

Tapi jika jalan sempurna tak bisa mengembalikan ibu saya,

I found that this approach had other uses.

saya mendapati pendekatan ini ada kegunaan lainnya.

I found that everyone else in charge around me

Saya mendapati orang berkuasa di sekitar saya

loved nothing more than perfection,

lebih menyukai kesempurnaan,

obedience, submission.

kepatuhan, kepasrahan.

Atau setidaknya jika saya pasrah, mereka tak terlalu mengusik saya.

Or at least if I submitted, they wouldn't bother me too much.

So I took a bargain

Jadi saya megambil tawaran

that I'd later see in a prison, a Stasi prison in Berlin,

yang kemudian saya lihat di penjara, penjara Stasi di Berlin,

on a sign that read,

pada sebuah tanda yang isinya,

"He who adapts can live tolerably."

"Ia yang beradaptasi dapat hidup dengan cukup."

It was a bargain that helped ensure

Tawaran yang membantu menjamin

I had a place to stay and food to eat;

saya punya tempat tinggal dan makanan:

a bargain that won me praise of teachers and kin, strangers;

tawaran yang memenangkan pujian dari para guru dan kerabat bagi saya;

a bargain that paid off big time, it seemed,

tawaran yang kelihatannya sangat sesuai,

when one day at 17, a man from Yale showed up at my high school to recruit me

saat suatu hari di umur 17, seorang dari Yale datang ke sekolah merekrut saya

for Yale's football team.

untuk tim sepak bola Yale.

It felt as out of the blue to me then as it may to you now.

Waktu itu terasa tiba-tiba bagi saya seperti Anda tahu.

The Yale man said -- everybody said --

Orang Yale itu berkata -- semua orang berkata --

that this was the best thing that could ever happen to me,

bahwa ini adalah yang terbaik yang bisa terjadi pada saya,

the best thing that could happen to the whole community.

yang terbaik yang bisa terjadi bagi seluruh masyarakat.

"Ambil kesempatan ini, Nak," kata mereka.

"Take this ticket, boy," they told me.

I was not so sure.

Saya tidak terlalu yakin.

Yale seemed another world entire:

Yale terlihat seperti dunia lain:

a cold, foreign, hostile place.

tempat yang dingin, asing, tidak ramah.

On the first day of my recruiting visit,

Hari pertama kunjungan perekrutan,

saya mengirim pesan pada kakak saya alasan untuk tidak pergi

I texted my sister an excuse for not going.

"These people are so weird."

"Orang-orang ini sangat aneh."

She replied, "You'll fit right in."

Balasnya, "Kau bakal cocok."

(Laughter)

(Tertawa)

I took the ticket

Saya mengambil kesempatan itu

and worked damn hard to fit right in.

dan berusaha keras untuk bisa cocok.

When my freshman advisor warned me not to wear my fitted hats on campus ...

Saat penasihat mahasiswa baru mengingatkan agar tak bertopi di kampus...

"You're at Yale now. You don't have to do that anymore," she said.

"Kau sekarang di Yale. Kau tak perlu melakukan itu lagi sekarang," katanya.

I figured, this was just one of the small prices

Saya pikir, ini cuma satu dari sedikit harga

that must be paid to make it.

yang harus dibayarkan untuk berhasil.

I paid them all, or tried,

Saya membayar semuanya, atau mencoba,

and sure enough they seemed to pay me back:

dan tentunya seperti saya dibayar kembali:

made me a leader on the varsity football team;

saya menjadi pemimpin tim sepak bola universitas;

got me into a not-so-secret society

saya masuk dalam perkumpulan yang tidak rahasia

and a job on Wall Street, and later in Washington.

dan pekerjaan di Wall Street, dan kemudian Washington.

Things were going so well that I figured naturally

Semuanya berjalan dengan sangat baik hingga secara alami saya berpikir

saya harus jadi Presiden Amerika Serikat.

I should be President of the United States.

(Laughter)

(Tertawa)

But since I was only 24

Tapi karena saya masih 24 tahun

dan karena presiden pun harus mulai di suatu tempat,

and since even presidents have to start somewhere,

I settled instead on a run for Congress.

alih-alih saya memutuskan untuk maju ke Kongres.

Now, this was in the afterglow of that great 2008 election:

Nah, ini adalah keceriaan dari pemilu 2008:

the election during which a serious, moderate senator stressed,

dalam pemilu tersebut seorang senator yang serius dan moderat menekankan,

"The message you've got to send more than any other message

"Pesan yang harus Anda kirimkan lebih dari pesan yang lain

is that Barack Obama is just like us."

adalah Barack Obama sama seperti kita."

They sent that message so well

Mereka mengirimkan pesan itu dengan baik

that their campaign became the gold standard of modern politics,

dan kampanye mereka menjadi standar top dalam politik modern,

if not modern life, which also seems to demand

kalau bukan kehidupan modern, yang sepertinya juga meminta

that we each do whatever it takes to be able to say at the end of our days

agar kita melakukan apapun supaya dapat mengatakan saat ajal

with peace and satisfaction, "I was just like everybody else."

dengan kedamaian dan kepuasan, "Saya juga seperti orang lainnya."

And this would be my message, too.

Dan ini juga menjadi pesan saya.

So one night, I made one final call to my prospective campaign manager.

Suatu malam, saya melakukan panggilan terakhir pada manajer prospektif kampanye.

We'd do the things it'd take to win, but first he had one question:

Kami melakukan semua hal untuk menang, tapi pertama beliau punya satu pertanyaan:

"Is there anything I need to know?"

"Adakah hal yang perlu kuketahui?"

I held the phone and finally said,

Saya menggenggam telepon dan akhirnya berkata,

"Well, you should probably know I'm gay."

"Yah, kau mungkin harus tahu aku homo."

Silence.

Hening.

"Hmm. I see," he nearly whispered,

"Hmm. Begitu," dia hampir berbisik,

as if he'd found a shiny penny or a dead baby bird.

seolah menemukan koin berkilau atau bangkai anak burung.

(Laughter)

(tertawa)

"I'm glad you told me," he continued.

"Aku senang kau memberitahuku," dia melanjutkan.

"You definitely didn't make my job any easier.

"Kau tak membuat pekerjaanku lebih mudah.

I mean, you are in Texas.

Maksudku, kau ada di Texas.

But it's not impossible, not impossible.

Tapi itu bukannya tak mungkin, tidak mustahil.

But Casey, let me ask you something:

Tapi Casey, biar aku tanya sesuatu:

How are you going to feel when somebody, say, at a rally, calls you a faggot?

Bagaimana perasaanmu ketika seseorang, misal, saat kampanye, memanggilmu banci?

And let's be real, OK?

Dan realistis, oke?

You do understand that somebody might want to physically harm you.

Kau tentu mengerti seseorang mungkin berniat menyakitimu secara fisik.

I just want to know:

Aku hanya mau tahu,

Are you really ready for this?"

apa kau siap untuk ini?"

I wasn't.

Saya tidak siap.

And I could not understand --

Dan saya tidak bisa mengerti --

could hardly breathe

sulit bernapas,

or think, or say a word.

berpikir, atau berbicara sepatah kata.

But to be clear: the boy that I was at that time

Tapi supaya jelas, saya yang bocah saat itu

akan lompat jika ada peluang untuk disakiti,

would have leapt at the chance to be harmed,

to sacrifice everything, even life, for a cause.

untuk mengorbankan semuanya, bahkan nyawa, untuk suatu alasan.

There was something shocking, though --

Tapi ada sesuatu yang mengejutkan --

not that there should have been, but there was --

bukannya harusnya ada, tapi ada --

in the notion that he might be harmed for nothing more than being himself,

dalam gagasan bahwa ia mungkin tersakiti hanya karena menjadi dirinya sendiri,

which he had not even tried to do in the first place.

yang bahkan ia belum pernah mencobanya sama sekali.

All that he -- all that I --

Sebagaimana ia -- sebagaimana aku --

had tried to do and be was what I thought was asked of me.

sudah mencoba dan menjadi apa yang saya pikir diminta dari saya.

I was prominent for a 24-year-old:

Saya menonjol untuk seorang 24 tahun:

intelligent, I spoke well, dressed decent; I was an upstanding citizen.

cerdas, pandai bicara, berpakaian pantas; saya adalah warga yang baik.

But the bargain I had accepted could not save me after all,

Tapi penawaran yang saya terima tak dapat menolong saya biar bagaimanapun,

nor can it save you.

dan tak juga menolong Anda.

You may have already learned this lesson,

Anda mungkin pernah mempelajari ini,

or you will, regardless of your sexuality.

atau Anda akan, terlepas dari seksualitas Anda.

The queer receives a concentrated dose, no doubt,

Orang aneh menerima dosis terkonsentrasi, sudah pasti,

but repression is a bitter pill that's offered to us all.

tapi represi adalah pil pahit yang ditawarkan pada kita semua.

We're taught to hide so many parts of who we are and what we've been through:

Kita diajari menyembunyikan bagian dari diri kita dan yang sudah kita alami:

our love, our pain, for some, our faith.

cinta, rasa sakit, bagi sebagian orang, keyakinan.

So while coming out to the world can be hard,

Walaupun terjun ke dunia itu sulit,

coming in to all the raw, strange magic of ourselves can be much harder.

terjun ke dalam keajaiban kita yang mentah dan unik bisa lebih sulit.

As Miles Davis said, "It takes a long time to sound like yourself."

Seperti kata Miles Davis, "Butuh waktu agar terdengar seperti dirimu sendiri."

That surely was the case for me.

Itu pasti masalahnya bagi saya.

I had my private revelation that night at 24,

Saya melakukan pengungkapan pribadi malam itu di 24 tahun,

but mostly went on with my life.

tapi sebagian besar berlanjut dalam hidup saya.

I went on to Harvard Business School, started a successful nonprofit,

Saya belajar di Harvard Business School, membangun yayasan yang sukses,

wound up on the cover of a magazine, on the stage at TED.

muncul di sampul majalah, berdiri di atas panggung di TED.

(Laughter)

(tertawa)

I had achieved, by my late 20s,

Saya sudah meraih, di akhir 20-an,

about everything a kid is supposed to achieve.

hampir semua yang diharapkan dari seorang anak untuk meraihnya.

But I was real cracked up:

Tapi saya benar-benar jadi gila.

not exactly having a nervous breakdown, but not too far off,

Bukan mengalami gangguan saraf, tapi tidak jauh,

and awful sad either way.

dan sangat sedih bagaimanapun juga.

I had never thought of being a writer,

Tak pernah terpikirkan bagi saya menjadi penulis,

didn't even read, in earnest, until I was nearly 23.

saya bahkan tak membaca, dengan serius, sampai mendekati umur 23.

But the book business is about the only industry

Tapi bisnis buku adalah satu-satunya industri

that will pay you to investigate your own problems, so --

yang membayarmu untuk menyelidiki masalahmu sendiri, jadi...

(Laughter)

(tertawa)

So I decided to give it a try,

Jadi saya putuskan untuk mencobanya,

to trace those cracks with words.

menelusuri kegilaan itu dengan kata-kata.

Now, what came out on the page was about as strange as I felt at that time,

Nah, yang muncul di halaman adalah tentang keanehan diri yang saya rasakan waktu itu,

which alarmed some people at first.

yang awalnya mencemaskan beberapa orang.

A respected writer called to stage his own intervention

Penulis yang disegani dipanggil untuk menampilkan intervensinya sendiri

after reading a few early chapters,

setelah membaca beberapa bab awal,

and he began, much like my mother,

dan dia mulai, persis ibu saya,

"Hey, listen.

"Hei, dengarkan.

You've been hired to write an autobiography.

Kau sudah dipekerjakan untuk menulis autobiografi.

It's a straightforward exercise.

Ini pekerjaan yang mudah.

It's got a beginning, middle and end,

Ada awal, pertengahan, dan akhir,

and is grounded in the facts of your life.

dan berdasarkan fakta-fakta dalam hidupmu.

And by the way, there's a great tradition of autobiography in this country,

Omong-omong, ada tradisi besar tentang autobiografi di negara ini,

led by people on the margins of society who write to assert their existence.

dipimpin orang-orang tersisih yang menulis untuk menegaskan keberadaan mereka.

Go buy some of those books and learn from them.

Belilah beberapa buku itu dan belajar dari sana.

You're going in the wrong direction."

Kau berada di jalur yang salah."

But I no longer believed what we are taught --

Tapi saya sudah tak percaya lagi yang sudah diajarkan --

that the right direction is the safe direction.

bahwa jalur yang benar adalah jalur yang aman.

I no longer believed what we are taught --

Saya tak percaya lagi yang sudah diajarkan --

that queer lives or black lives or poor lives are marginal lives.

bahwa hidup orang aneh, kulit hitam, atau miskin adalah hidup yang marginal.

I believed what Kendrick Lamar says on "Section.80.":

Saya percaya yang dikatakan Kendrick Lamar dalam "Section.80.":

"I'm not on the outside looking in.

"Aku bukan berada di luar melihat ke dalam.

I'm not on the inside looking out.

Aku bukan berada di dalam melihat keluar.

I'm in the dead fucking center looking around."

Aku di tengah melihat sekeliling."

(Laughter)

(Tertawa)

That was the place

Itulah tempat

from which I hoped to work,

di mana saya berharap bisa bekerja,

menuju ke satu-satunya arah yang layak ditempuh, arah saya sendiri,

headed in the only direction worth going, the direction of myself,

trying to help us all refuse the awful bargains

mencoba menolong kita semua untuk menolak tawaran buruk

we've been taught to take.

yang kita diajarkan untuk menerimanya.

We're taught to turn ourselves

Kita diajari untuk memalingkan diri

and our work into little nuggets that are easily digestible;

dan pekerjaan kita menjadi bongkahan kecil yang mudah dicerna;

taught to mutilate ourselves so that we make sense to others,

diajari untuk memutilasi diri sendiri supaya kita dimengerti orang lain

to be a stranger to ourselves so the right people might befriend us

menjadi asing bagi diri sendiri agar berteman dengan orang yang tepat

and the right schools might accept us, and the right jobs might hire us,

dan diterima di sekolah yang tepat, dan bekerja di pekerjaan yang tepat,

and the right parties might invite us,

dan pesta yang tepat mengundang kita,

and, someday, the right God might invite us to the right heaven

dan suatu hari, Tuhan yang tepat akan mengundang kita masuk surga

and close his pearly gates behind us,

dan menutup gerbangnya di belakang kita,

so we can bow down to Him forever and ever.

supaya kita bisa berlutut di hadapan-Nya selamanya.

These are the rewards, they say,

Ini adalah hadiah, katanya,

for our obedience:

untuk kepatuhan kita:

to be a well-liked holy nugget,

menjadi bongkahan suci yang disukai,

to be dead.

untuk mati.

And I say in return, "No, thank you."

Dan saya balas, "Tidak, terima kasih."

To the world and to my mother.

Kepada dunia dan kepada ibu saya.

Well, to tell you the truth,

Sejujurnya, yang saya katakan adalah,

all I said was, "OK, Mom, I'll talk to you later."

"Oke, Bu, kita bicara lagi nanti."

(Laughter)

(tertawa)

But in my mind, I said, "No, thank you."

Tapi dalam pikiran saya, saya bilang, "Tidak, terima kasih."

Saya juga tidak bisa menerima tawarannya.

I cannot accept her bargain either.

Nor should you.

Anda pun tidak.

It would be easy for many of us in rooms like this

Mudah bagi kita di dalam ruangan seperti ini

to see ourselves as safe,

melihat diri kita aman,

to keep ourselves over here.

menjaga diri kita di sini.

We speak well, we dress decent,

Kita bicara dengan baik, berpakaian pantas,

we're intelligent, people like us, or act like they do.

kita cerdas, orang-orang menyukai kita, atau bersikap seolah begitu.

But instead, I say that we should remember Lot's wife.

Tapi sebaliknya, kita harus ingat apa yang terjadi pada istri Lot.

Jesus of Nazareth said it first to his disciples:

Yesus dari Nazaret pertama mengatakan kepada muridNya,

"Remember Lot's wife."

"Ingatlah istri Lot"

Lot, in case you haven't read the Bible recently,

Lot, kalau-kalau Anda belum membaca Alkitab belakangan ini,

was a man who set his family down in Sodom,

adalah orang yang menurunkan keluarganya di Sodom,

in the midst of a wicked society that God decided he had to destroy.

di tengah masyarakat bobrok hingga Tuhan memutuskan untuk menghancurkannya.

But God, being cruel, yet still a sap in part,

Tapi Tuhan, meski kejam namun masih memiliki kasih,

rushed two angels out to Sodom to warn Lot to gather up his folks

segera mengirim dua malaikat ke Sodom memperingatkan Lot dan keluarganya

and get out of Dodge.

dan keluar dari sana.

Lot heard the angel's warning, but delayed.

Lot mendengar peringatan malaikat, tapi menundanya.

They didn't have all day to wait, so they grabbed Lot's hands

Mereka tidak sempat menunda, jadi mereka menarik tangan Lot

and his two daughters' hands, and his wife's hands,

dan kedua putrinya, dan istrinya,

and hurried them out of Sodom.

dan bergegas mengeluarkan mereka dari Sodom.

And the angels shout,

Dan para malaikat itu berteriak,

"Escape to the mountain. Whatever you do, don't look back,"

"Larilah ke pegunungan. Apapun yang terjadi, jangan menoleh ke belakang,"

just as God starts raining down fire on Sodom and Gomorrah.

tepat saat Tuhan menurunkan api ke atas Sodom dan Gomora.

I can't figure out how Gomorrah got dragged into this.

Saya tidak tahu kenapa Gomora bisa ikut terseret.

But Lot and his folks are running,

Tapi Lot dan keluarganya berlari,

fleeing all that destruction,

melarikan diri dari kehancuran,

kicking up dust while the Lord rains down death,

menendang debu sementara Tuhan menghujankan kematian,

and then, for some reason, Lot's wife looks back.

dan kemudian, untuk suatu sebab, istri Lot menoleh ke belakang.

God turns her into a pillar of salt.

Tuhan mengubahnya menjadi tiang garam.

"Remember Lot's wife," Jesus says.

"Ingatlah istri Lot," kata Yesus.

But I've got a question:

Tapi ada pertanyaan,

Why does she look back?

mengapa ia menoleh?

Does she look back because she didn't want to miss the mayhem,

Apa ia menoleh karena tak ingin melewatkan bencana tersebut,

wanted one last glimpse of a city on fire?

ingin melihat sekilas kota yang terbakar itu?

Does she look back because she wanted to be sure that her people

Apa ia menoleh karena ingin yakin bahwa orang-orangnya

were far enough from danger to breathe a little easy?

cukup jauh dari bahaya untuk bernapas lebih lega?

I'm so nosy and selfish sometimes, those likely would have been my reasons

Kadang saya amat ingin tahu dan egois, agaknya itulah alasan saya

if I'd been in her shoes.

jika saya ada di posisinya.

But what if something else was going on with this woman, Lot's wife?

Tapi bagaimana jika ada yang lain dengan wanita ini, istri Lot?

What if she could not bear the thought of leaving those people

Bagaimana jika dia tidak tahan memikirkan meninggalkan orang-orang itu

all alone to burn alive,

sendirian terbakar hidup-hidup,

even for righteousness's sake?

bahkan demi kebaikan?

Isn't that possible?

Mungkin saja, kan?

If it is, then this backward glance of a disobedient woman

Jika ya, tolehan ke belakang dari wanita bandel ini

may not be a cautionary tale after all.

mungkin bukanlah kisah peringatan.

It may be the bravest act in all the Bible,

Itu mungkin aksi paling berani dalam Alkitab,

even braver than the act that holds the whole Book together,

lebih berani dari aksi yang menyatukan seluruh Alkitab,

the crucifixion.

yaitu penyaliban.

We are told that up on Calvary, on an old rugged cross,

Kita diberitahu, di atas bukit Kalvari di atas salib yang tua dan kasar,

Jesus gave his life to save everybody:

Yesus wafat untuk menolong semua orang:

billions and billions of strangers for all time to come.

miliaran dan miliaran orang asing dari masa ke masa.

It's a nice thing to do.

Itu adalah hal yang baik.

It made him famous, that's for sure.

Hal itu membuat-Nya terkenal, jelas.

(Laughter)

(Tertawa)

But Lot's wife was killed,

Tapi istri Lot terbunuh,

berubah menjadi tiang garam,

turned into a pillar of salt,

all because she could not turn her back on her friends,

semua karena ia tak bisa berpaling dari teman-temannya,

the wicked men of Sodom,

orang-orang jahat dari Sodom,

and nobody even wrote the woman's name down.

dan bahkan tak ada yang menuliskan nama perempuan itu.

Oh, to have the courage of Lot's wife.

Untuk memiliki keberanian istri Lot.

That's the kind of courage we need today.

Itulah keberanian yang kita butuhkan saat ini.

The courage to put ourselves over there.

Keberanian untuk menempatkan diri kita di sana.

The courage that says that either all of us have to be faggots,

Keberanian yang mengatakan bahwa kita semua harus jadi banci,

or none of us can be faggots, for any of us to be free.

atau tidak seorangpun boleh jadi banci, agar kita semua bebas.

The courage to stand with other vagabonds in the street,

Keberanian untuk berdiri bersama dengan gelandangan lainnya di jalanan,

with all the wretched of the earth,

dengan segala kemalangan di bumi,

to form an army of the least of these,

membentuk pasukan dari sebagian kecilnya,

with the faith that from the naked crust of all we are,

dengan keyakinan yang berasal dari kerak telanjang diri kita semua,

we can build a better world.

kita bisa membangun dunia yang lebih baik.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)