Karen Lellouche Tordjman: Siri, Alexa, Google ... what comes next? | TED

Translator: 120_Gitasari Prakarsa Putri Reviewer: Nauka Nayana

It's Monday morning.

Sekarang Senin pagi.

You've just received a voice notification from your voice assistant.

Anda baru saja menerima notifikasi suara dari asisten suara Anda.

Asisten suara (AS): Selamat pagi.

Voice assistant: Good morning.

There's a new pair of pants on sale at your favorite store.

Ada celana dengan harga diskon di toko favorit Anda.

Last week, while wearing your smart glasses,

Minggu lalu, saat memakai kacamata pintar,

you were drawn to a similar pair on a colleague.

Anda tertarik dengan celana serupa milik kolega Anda.

Would you like to wear them to the party on Thursday?

Maukah Anda mengenakannya ke pesta di hari Kamis?

I suggest you skip the movies tomorrow night to afford them.

Saya sarankan Anda tidak ke bioskop besok malam agar bisa membelinya.

Say "yes" to validate the purchase.

Katakan “ya” untuk membeli.

Let me know if I should also find a gift for your host.

Beri tahu jika saya juga harus mencari kado untuk tuan rumah.

I can make suggestions based on your budget

Saya bisa menyarankan sesuai anggaran Anda

and her public Instagram profile.

dan profil Instagram miliknya.

Say "yes" to proceed.

Katakan “ya” untuk memproses.

Karen Lellouche Tordjman: Yes.

Karen Lellouche Tordjman: Ya.

So, thrilling or scary?

Jadi, mendebarkan atau menyeramkan?

Because this is how our future could look very soon.

Karena beginilah masa depan kita akan segera terlihat.

As a working mom, I find it exciting.

Sebagai ibu yang bekerja, saya merasa antusias.

I would love to stop doing Google searches,

Saya akan senang jika bisa berhenti melakukan pencarian Google,

wasting time doing Amazon scrolling, budget calculation

membuang waktu di Amazon, mengalkulasi anggaran,

or optimizing my calendar.

atau mengoptimalkan kalender saya.

What is thrilling is the prospect of having a companion

Yang menyenangkan adalah prospek dari memiliki rekan

that would cater specifically to my needs and requests.

yang secara spesifik memenuhi kebutuhan dan permintaan saya.

Just imagine, it could do things, like using my heart rate

Bayangkan, ia bisa melakukan banyak hal seperti memakai detak jantung saya

to tweak my Starbucks order to reduce caffeine.

untuk mengubah pesanan Starbucks saya untuk mengurangi kafein.

It could take into account my lunch and the number of steps I've walked

Ia bisa memperhitungkan makan siang dan jumlah langkah kaki saya

to tailor a workout for me.

untuk menyesuaikan olahraga untuk saya.

It could even align with my friend's smart assistant

Ia bahkan bisa bekerja sama dengan asisten pintar milik teman saya

to craft evening plans

untuk membuat rencana sore

that would fit everyone's budget, calendars and locations.

yang cocok dengan anggaran, kalender, dan lokasi semua orang.

Obviously, this scenario could easily lean towards the scary.

Tentu saja, hal ini bisa dengan mudah mengarah pada hal yang menyeramkan.

This is why there needs to be regulation in place.

Inilah mengapa perlu ada regulasi.

All users, all consumers, should always remain in full control of data they share

Semua pengguna harus selalu punya kontrol penuh terhadap data yang dibagikan

and on which type of recommendations they agree to get or not to get.

dan tipe rekomendasi yang mereka setujui atau tidak setujui untuk didapatkan.

Now, recommendation engines powered by artificial intelligence are not new.

Mesin rekomendasi yang ditenagai oleh kecerdasan buatan tidaklah baru.

Far from it.

Jauh dari itu.

We actually use them multiple times a day already.

Kita sebenarnya menggunakannya beberapa kali dalam sehari.

On average, 70 percent of the time spent on YouTube

Rata-rata, 70 persen waktu yang dihabiskan di YouTube

is on videos recommended by their algorithm.

terpakai pada video-video yang direkomendasikan oleh algoritma mereka.

And you may also own a wristband that you use to track your sleep

Dan mungkin Anda juga punya gelang yang mencatat waktu tidur Anda

or monitor your workout.

atau memonitor latihan Anda.

And there's the first generation of voice-enabled virtual assistants.

Dan ada generasi pertama dari asisten virtual berbasis suara.

You know, like Google Home or Amazon Alexa

Anda tahu, seperti Google Home atau Amazon Alexa

that you can use to change the temperature of your room.

yang bisa Anda gunakan untuk mengubah temperatur ruangan.

Your car as well is probably equipped with the same things

Mobil Anda mungkin juga dilengkapi benda yang sama

that can help you manage your music

yang dapat membantu Anda menyetel musik

or give you directions, hands-free.

atau memberi petunjuk arah, bebas genggam.

But there is one thing that all these tools have in common.

Tapi semua perangkat itu punya satu hal yang sama.

They leverage AI to help you in one specific area of your life.

Mereka menggunakan kecerdasan buatan untuk membantu pada satu bidang spesifik.

Your home, your car, your health.

Rumah, mobil, dan kesehatan Anda.

They stay in the lane.

Mereka tetap pada jalurnya.

Now imagine a new generation of voice assistants

Sekarang bayangkan generasi baru dari asisten suara

that crosses all lanes,

yang melewati semua jalur,

that synchronizes everything.

yang menyinkronkan semuanya.

So you may ask, why hasn't this happened already?

Anda mungkin bertanya, “Kenapa belum terjadi sekarang?”

Because there are two technological bricks that are critical to make this happen

Karena ada dua batu bata teknologi yang penting untuk mewujudkannya

that are still missing.

dan masih belum ditemukan.

One is voice.

Satu adalah suara.

These tools must be able to understand everything we say.

Perangkat ini harus mampu mengerti semua yang kita katakan.

And clearly, this is not the case today.

Dan jelas, ini bukan masalahnya saat ini.

For my kids, maybe yours as well,

Bagi anak-anak saya, mungkin anak-anak Anda juga,

Siri is still an endless source of fun.

Siri masih menjadi sumber keseruan tak berujung.

They like asking very simple questions

Mereka suka menanyakan pertanyaan sederhana

and still get very confused answers.

dan masih mendapatkan jawaban yang membingungkan.

Two, breadth.

Dua, jangkauan luas.

They must be able to provide a large range of recommendations

Mereka harus mampu menyediakan rekomendasi yang luas

to cover whatever we may need.

untuk mencakup apa pun kebutuhan kita.

So tech players are still working on cracking those two elements,

Jadi, ahli teknologi masih berusaha memecahkan dua elemen itu,

voice and breadth.

suara dan jangkauan.

On voice, as I said, Alexa, Google Home, Siri and the likes,

Untuk suara, seperti yang saya katakan, Alexa, Google Home, Siri, dan lainnya,

they don't understand us entirely and systematically for now.

mereka tidak mengerti kita secara keseluruhan dan sistematis untuk saat ini.

Actually, understanding human language is difficult.

Sebenarnya, memahami bahasa manusia itu sulit.

It's as much about the context

Itu menyangkut konteks

as it is about the words themselves.

dan kata-kata itu sendiri.

And think about the accents or background noise.

Dan pikirkan juga aksen atau kebisingan latar belakang suara.

It's already very difficult for Americans

Bagi orang Amerika, untuk mengerti

to understand French people speaking English,

orang Prancis berbicara bahasa Inggris saja sudah sulit,

(Laughter)

(Tawa)

so can you imagine how difficult it can be for a robot?

jadi bisakah Anda bayangkan betapa sulitnya hal itu bagi sebuah robot?

So tech players are working hard on this.

Para ahli teknologi berupaya untuk hal ini.

In 2018, Google launched an investment program

Pada 2018, Google meluncurkan sebuah program investasi

for start-ups that would work with their Google Home suites.

bagi bisnis rintisan yang akan bekerja dengan Google Home suites.

And since then, they have invested in over 15 companies.

Dan sejak saat itu, mereka telah berinvestasi di lebih dari 15 perusahaan.

Amazon has 10,000 employees

Amazon punya 10.000 karyawan

working on Alexa voice technologies.

yang mengembangkan teknologi suara Alexa.

So they will eventually crack the voice issues.

Jadi, mereka akan memecahkan masalah suara tadi.

The smart assistants will be able to understand what we say,

Asisten pintar akan mampu memahami apa yang kita katakan,

the meaning of the words in their context.

arti dari kata-kata sesuai konteksnya.

For example, if I’m using my smart assistant, and I’m listening to music,

Contoh, jika saya memakai asisten pintar, dans saya mendengarkan musik,

and then I say, "Change."

lalu saya berkata, “Ganti.”

VA: Hi, Karen.

AS: Halo, Karen.

Do you want to change the temperature of the room?

Anda mau mengganti temperatur ruangan?

KLT: Well, clearly this is not working yet,

KLT: Jelas, ini belum bekerja sekarang,

but in the future,

tapi di masa depan,

it will understand that I'm talking about changing the track,

ia akan mengerti kalau maksud saya adalah mengganti lagunya,

not changing the temperature of the room.

bukan mengganti temperatur ruangan.

It will also understand our long and complex requests.

Ia juga akan memahami permintaan kita yang panjang dan kompleks.

You know, when we start saying something

Anda tahu, saat kita mulai berbicara

and then we change our mind mid-sentence.

dan kita berubah pikiran di tengah kalimat.

But that doesn't stop here.

Tapi tidak sampai di sini saja.

With far-field speech recognition,

Dengan pengenalan wicara jarak jauh,

you will be able to use it from a distance,

Anda bisa menggunakannya dari jauh,

from a room to another.

dari satu ruangan ke ruangan lainnya.

Even with background noise like kids screaming or traffic.

Bahkan dengan latar belakang suara bising, seperti teriakan anak atau lalu lintas.

(Kids shout, whistle blows)

(Suara teriakan anak-anak dan tiupan peluit)

Tremendous progress has been made on this recently,

Kemajuan luar biasa telah dicapai akhir-akhir ini,

largely due to Amazon's efforts on their Echo speaker technology.

mayoritas karena usaha Amazon dalam teknologi speaker Echo mereka.

Not only that.

Bukan hanya itu.

It will be able to understand in which mood you’re in --

Ia juga bisa mengerti suasana hati Anda --

joy, sadness, annoyance --

bahagia, sedih, jengkel --

and will be able to mimic these feelings too.

dan mampu menirukan perasaan-perasaan ini.

And as natural language processing advances further --

Dan seiring dengan kemajuan pemrosesan bahasa alami --

so natural language processing is the technology behind this --

proses pemahaman bahasa natural adalah teknologi di balik ini --

so as it advances further,

dengan berkembangnya hal ini,

the voice-enabled interactions will increasingly be refined.

interaksi berbasis suara akan sangat natural.

Now, the second challenge and the biggest, in my opinion,

Lalu, tantangan kedua dan terbesar, menurut saya,

revolves around the breadth of recommendations provided.

berkutat pada jangkauan rekomendasi yang tersedia.

Will they be able to --

Akankan mereka mampu --

What will be their range of actions?

Sebesar apa jangkuan mereka?

Will they remain limited to very specific tasks,

Akankah mereka terbatas pada tugas spesifik,

or will they be able to become a true companion across your day

atau akankah mereka menjadi pendamping sejati Anda sepanjang hari

to which you can ask whatever you want,

yang dapat Anda minta apa pun yang diinginkan,

whatever you need?

apa pun yang dibutuhkan?

For example, taking notes in a meeting

Contohnya, mencatat saat rapat

or reordering milk

atau memesan ulang susu

or even mental health coaching.

atau bahkan melatih kesehatan mental.

Will they be able to provide you recommendations

Akankah mereka mampu menyediakan rekomendasi

across product categories?

dari segala kategori produk?

Today,

Saat ini,

companies provide us recommendations within one specific category,

para perusahaan menyediakan rekomendasi dalam satu kategori spesifik,

for example, that can help us choose between two dresses,

contohnya, membantu memilih antara dua buah gaun,

between two books.

antara dua buah buku.

In the future, the smart assistants will actually be able to help us choose

Di masa depan, asisten pintar akan mampu membantu kita memilih

between buying a book or buying a dress.

antara membeli buku atau membeli gaun.

So to be able to deliver this integrated and large range of recommendations,

Jadi untuk bisa menyampaikan rekomendasi yang luas dan terintegrasi ini,

tech teams behind smart assistants will need to design the right algorithms.

tim teknologi di balik asisten pintar perlu mendesain algoritma yang tepat.

And these algorithms will need to be powerful enough

Dan algoritma ini harus cukup kuat

to process a myriad of data points.

untuk memproses titik data yang tak terhitung.

To identify patterns,

Untuk mengidentifikasi pola,

to model courses of actions,

untuk membentuk rangkaian tindakan,

and also to learn from end users' feedback.

dan juga untuk mempelajari masukan dari pengguna akhir.

But, a world where smart assistants become unavoidable

Tapi, dunia di mana asisten pintar tidak bisa dihindari

means new priorities for all companies,

berarti prioritas baru untuk semua perusahaan

not only the smart assistant players.

bukan hanya untuk pengguna asisten pintar.

Every business in the future will need to accelerate drastically

Semua bisnis di masa depan akan harus berkembang secara drastis

on data and algorithm,

berdasarkan data dan algoritma,

on voice-enabled interactions.

dan interaksi berbasis suara.

And also, they will need to be entrusted by consumers

Mereka juga perlu dipercaya oleh konsumen

to provide recommendations.

untuk menyediakan rekomendasi.

This is what I like to summarize in three words,

Saya suka merangkum hal ini dalam tiga kata,

in the three imperatives that are data, tech and trust.

tiga kata penting, yaitu data, teknologi, dan kepercayaan.

So the moment the breadth challenge

Jadi momen ketika tantangan jangkauan

and the voice challenge get solved

dan tantangan suara terselesaikan

will be a tipping point

akan menjadi titik kritis

in smart assistant usage and adoption by consumers.

dalam penggunaan dan pengadopsian asisten pintar oleh konsumen.

Today, can you live without your smartphone?

Saat ini, bisakah Anda hidup tanpa ponsel pintar?

I assume not, right?

Tidak, bukan?

In a few years from now,

Beberapa tahun dari sekarang,

your smart assistant will be a convenient,

asisten pintar Anda akan menjadi penolong yang praktis,

powerful, reliable helper

bertenaga, tepercaya,

essential in your day-to-day life.

dan penting dalam kehidupan sehari-hari Anda.

So you won't be able to live without it.

Jadi Anda tidak akan bisa hidup tanpa itu.

And unlike your smartphones,

Dan tidak seperti ponsel pintar Anda,

it will be embedded in every device around you.

ini akan melekat pada setiap perangkat di sekitar Anda.

Your smartphone itself, of course,

Pada ponsel pintar Anda sendiri, tentu,

but also your car, the mirrors,

tapi juga pada mobil, cermin,

your fridge, your glasses

kulkas, kacamata Anda,

and who knows what other device in the future.

dan entah perangkat lainnya di masa depan.

So are you ready for a smarter life?

Jadi, apa Anda siap akan kehidupan yang lebih pintar?

VA: Yes, Karen, I am.

AS: Ya, Karen, saya siap.

(Laughter)

(Tawa)

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)