What is a fecal microbial transplant? - Kathryn M. Stephenson and David L. Suskind

Translator: Meta Amelia Reviewer: Reno Kanti Riananda

1,700 years ago, a Chinese alchemist named Ge Hong

1.700 tahun yang lalu, seorang ahli alkimia Tiongkok yang bernama Ge Hong

was renowned for his special soup that could cure diarrhea-stricken patients.

dikenal karena sup spesialnya yang mampu menyembuhkan pasien yang terserang diare.

The stew was deep yellow, and had an intense aroma.

Rebusan sup itu berwarna kuning gelap, dan memiliki aroma yang intens.

And, like many family recipes, it had a secret ingredient.

Dan, seperti kebanyakan resep keluarga, sup ini memiliki bahan rahasia.

But in this case, that ingredient didn’t come from the kitchen—

Namun, dalam kasus ini, bahan itu tidak didapatkan dari dapur—

it came from the bathroom.

bahan itu didapat dari kamar mandi.

It might seem unwise to consume feces,

Mengonsumsi tinja sepertinya terdengar tak wajar,

and today, there aren’t many doctors who would prescribe Ge Hong’s recipe.

dan sampai hari ini, tidak banyak dokter yang akan meresepkan resep milik Ge Hong.

However, exciting new research suggests that taking poop into the body

Namun, riset terbaru menariknya menyatakan bahwa memasukkan tinja ke dalam tubuh

in other ways might benefit our health.

mungkin bisa bermanfaat untuk kesehatan kita.

One such treatment is fecal microbial transplantation,

Salah satu terapi itu adalah transplantasi mikrobial tinja,

and the secret to how it works lives in your gut.

dan rahasia bagaimana terapi ini bisa berhasil ada di dalam usus Anda.

Trillions and trillions of bacteria, viruses, fungi, and archaea

Triliunan lebih bakteri, virus, jamur, dan archaea

consider your bowels their home.

menganggap usus Anda sebagai rumah mereka.

Collectively, these microbes make up what’s known as your gut microbiome,

Bersama-sama, mikroba ini menjadi apa yang dikenal dengan mikrobioma usus,

and each of these organisms possesses dynamic, specialized abilities

dan setiap organisme kecil ini memiliki kemampuan dinamis khusus

that seem to be essential for human life.

yang sepertinya sangat penting untuk kehidupan manusia.

They break down our food, make vitamins,

Mereka memecah makanan kita, membuat vitamin,

train our immune system and circadian rhythm,

melatih sistem imunitas dan ritme sirkadian kita,

and even protect us from infections.

bahkan melindungi dari infeksi.

In return, they receive a nice warm place to live,

Sebagai gantinya, mereka mendapat tempat yang hangat dan nyaman untuk hidup,

complete with an all-you-can-eat buffet.

lengkap dengan prasmanan makan sepuasnya.

Some research suggests our microbiomes might start forming in the womb,

Beberapa riset mengatakan bahwa mikrobioma mungkin terbentuk sejak kita dalam rahim,

but if not, they certainly get started when we're born.

tapi jika tidak, mereka pastinya mulai ada ketika kita lahir.

During a vaginal birth, infants take in some of their mother’s fecal matter

Selama persalinan normal, bayi mengambil beberapa material tinja

and microbe-filled fluids.

dan cairan penuh mikroba dari ibu mereka.

From then on, our microbiomes are constantly diversifying

Dari saat itulah, mikrobioma kita terus bervariasi

with exposure to various foods and environments.

dengan paparan terhadap berbagai makanan dan lingkungan.

This is essential for maintaining gut health.

Hal ini penting untuk mempertahankan kesehatan usus kita.

If poor nutrition, chronic disease or antibiotics disturb this delicate balance,

Jika gizi buruk, sakit kronis, atau antibiotik mengacaukan keselarasan ini,

the body can become vulnerable to problems

tubuh bisa menjadi rentan terhadap masalah-masalah

like bacteria and fungal overgrowth or infectious diarrhea.

seperti pertumbuhan berlebih bakteri dan jamur atau diare infeksius.

But infusing a new batch of microorganisms into the intestine

Namun, menggabungkan kelompok mikroorganisme baru ke dalam usus

seems to help reset the gut microbiome—

disinyalir dapat membantu mengatur ulang mikrobioma usus—

this is where fecal microbial transplants come into play.

di tahap inilah transplantasi mikroba tinja memainkan perannya.

This line of treatment is still very new,

Pilihan terapi ini masih sangat baru,

and there are tons of unanswered questions about how it works.

dan sangat banyak pertanyaan yang tidak terjawab tentang cara kerjanya.

So currently, the US Food and Drug Administration only allows doctors

Jadi saat ini, lembaga pengawas makanan dan obat Amerika hanya mengizinkan dokter

to use fecal transplants experimentally

untuk menggunakan transplantasi tinja secara eksperimental

for battling one of the toughest gut infections—

untuk berperang melawan satu infeksi usus yang paling kuat—

antibiotic-resistant Clostridiodes difficile.

Clostridiodes difficile yang resisten terhadap antibiotik.

This infectious bacterium forms spores in the colon that are immune to antibiotics

Bakteri infeksius ini membentuk spora di usus besar yang kebal antibiotik

and very difficult to destroy.

dan sangat sulit untuk dihancurkan.

Patients dealing with this infection can experience months of intermittent fevers

Pasien yang menderita infeksi ini dapat mengalami demam intermiten berbulan-bulan

alongside bouts of abdominal cramping and extreme diarrhea

bersamaan dengan kram perut berulang dan diare ekstrim

despite antibiotic treatment.

walaupun telah diberikan terapi antibiotik.

So when symptoms get this bad, it’s time for a fecal microbial transplant.

Jadi saat gejala memburuk, inilah waktu untuk transplantasi mikroba tinja.

To start the process,

Untuk memulai prosesnya,

a gastroenterologist first retrieves some feces,

seorang dokter gastroenterologi pertama mengambil beberapa tinja,

typically from a stool bank.

biasanya dari sebuah bank tinja.

These frozen samples are particularly impressive number twos—

Sampel beku ini berasal dari defekasi yang sangat baik—

the selected donors go through a strict process

donor yang terpilih melewati proses yang sangat ketat

to ensure their samples are infection-free.

untuk memastikan sampel mereka bebas dari infeksi.

In fact, these protective protocols are so stringent,

Bahkan, protokol protektif ini sangat ketat.

one prominent stool bank’s acceptance rate is less than 3%.

Rerata penerimaan dari salah satu bank tinja terkenal adalah di bawah 3%.

Next, the gastroenterologist gets that sample inside the patient via a pill,

Berikutnya, dokter gastroenterologi memasukkan sampel itu ke pasien via pil,

or, more commonly, a tube into the stomach or colon.

atau, yang lebih umum, dengan sebuah pipa ke dalam lambung atau usus besar.

Finally, the transplanted microbes migrate through the tract

Akhirnya, mikroba yang ditransplantasi berpindah sepanjang saluran pencernaan

until they find the colon,

sampai mereka mencapai usus besar,

where they quickly multiply and displace the infectious invader.

di mana mereka berkembang biak dengan cepat dan menggantikan penyusup infeksius.

This process is so effective that it cures over 80% of patients

Proses ini sangat efektif hingga dapat menyembuhkan lebih dari 80% pasien

in just one treatment.

hanya dengan satu jenis terapi.

Because each stool sample is unique,

Karena setiap sampel tinja sifatnya unik,

the FDA still classifies fecal transplants as an experimental treatment

BPOM Amerika masih menggolongkan transplantasi tinja sebagai terapi uji

rather than a formal medication.

daripada sebagai pengobatan formal.

But promising research in rodents suggests new ways

Namun, penelitian yang menjanjikan pada hewan pengerat membuka jalan

we might use fecal bacteriotherapy in the future.

bagi cara kita menggunakan terapi bakteri tinja di masa depan.

For example, fecal transplants from non-diabetic mice

Sebagai contoh, transplantasi tinja dari tikus non-diabetes

improved insulin resistance in mice with type 2 diabetes.

memperbaiki resistansi insulin pada tikus dengan diabetes tipe 2.

Similarly, some studies have shown mice exhibiting anxiety and depression

Dengan kesamaan hasil itu, beberapa studi menunjukkan tikus yang panik dan depresi

become calmer after transplants from their less anxious peers.

menjadi lebih tenang setelah transplantasi dari teman-teman mereka yang kurang cemas.

Scientists studying humans have even started finding

Para peneliti yang mempelajari manusia bahkan mulai menemukan

different microbial patterns

pola mikroba yang berbeda

associated with various intestinal, autoimmune, oncologic,

berhubungan dengan beragam penyakit usus, autoimun, onkologi

and even psychiatric disorders.

dan bahkan psikiatri.

So, it seems entirely possible that altering a patient’s microbiome

Jadi, sepertinya itu adalah hal yang mungkin bahwa mengubah mikrobioma pasien

could allow for multiple new modes of treatment.

memungkinkan berbagai modalitas terapi yang baru.

We still have a lot to learn about what makes the “best” gut microbiome,

Kita masih harus banyak belajar apa yang membuat mikroba usus “terbaik”,

or the most beneficial fecal transplants.

atau transplantasi tinja yang paling menguntungkan.

But for now, at least we can say that our feces have a bright future.

Namun, untuk sekarang, setidaknya kita bisa bilang,

“tinja kita punya masa depan yang cerah.”