Jim Chuchu: Why are stolen African artifacts still in Western museums? | TED

Translator: naifa narabita Reviewer: Nauka N. Prasadini

If you live in New York or London or some other so-called cultural capital,

Jika kamu tinggal di New York atau London

atau tempat yang disebut pusat kebudayaan lainnya,

it’s likely that you visited an art museum

kemungkinan kamu sudah mengunjungi museum seni

that features a collection of African art.

yang menampilkan koleksi kesenian Afrika.

These collections usually consist of masks and sculptures,

Koleksi-koleksi ini biasanya terdiri

dari topeng dan pahatan,

but also include weapons and ceremonial dress,

dan juga meliputi senjata dan

pakaian upacara adat,

cutlery, jewelry, and even toys.

peralatan makan, perhiasan, dan bahkan mainan.

These objects are markers of traditions and cultural beliefs,

Objek-objek ini bukan hanya penanda dari tradisi dan kepercayaan budaya,

but also of adaptation and ingenuity, science and spirituality.

tapi juga adaptasi dan kecerdikan, sains dan spiritualitas.

Cultural objects are the way that human beings say, “We were here.”

Objek kebudayaan adalah cara manusia berkata,

“Kami pernah di sini.”

Have you ever wondered how these African objects ended up in museums?

Pernahkah kamu membayangkan bagaimana objek-objek Afrika ini berakhir di museum?

Some were bought by traders and tourists,

Beberapa dibeli oleh pedagang dan turis,

some gifts exchanged in acts of friendship

beberapa adalah hadiah pertukaran sebagai bentuk pertemanan,

and some were excavated in archaeological digs.

dan beberapa ditemukan dari penggalian arkeologis.

But then there are many others that were looted during raids,

Tapi masih ada banyak lainnya yang dijarah saat penyerbuan,

confiscated by colonial forces and stolen at gunpoint.

disita oleh pasukan kolonial, dan dicuri dengan todongan senjata.

I’m an artist and I tell stories for a living.

Aku adalah seorang seniman dan aku bercerita untuk hidup.

To tell stories you need imagination and memory.

Untuk bercerita, kamu butuh imajinasi dan ingatan.

And in Kenya, we have a gap in our memory.

Dan di Kenya, kami punya sebuah celah di memori kami.

So much of what happened in between the late 1800s

Begitu banyak hal yang terjadi di antara akhir tahun 1800-an

until our independence in 1963 is missing

sampai kemerdekaan kami pada 1963 yang tak diketahui

because too many of the objects that tell the stories from that period are gone.

karena begitu banyak objek yang bercerita

tentang kisah dari masa itu telah hilang.

According to a 2018 report on African cultural heritage,

Menurut laporan tahun 2018 tentang warisan kebudayaan Afrika,

90 percent of sub-Saharan Africa’s material cultural legacy

90 persen dari warisan budaya material Afrika sub-Sahara

is housed outside the African continent.

berada di luar benua Afrika.

What does it mean for a society to lose so many objects?

Apa artinya bagi masyarakat untuk kehilangan begitu banyak objek?

It means that we forget our religions and our spiritual practices.

Itu berarti kami melupakan agama kami dan praktik spiritual kami.

It means that we forget the names of our kingdoms and heroes.

Artinya kami telah melupakan nama dari kerajaan dan pahlawan kami.

It means that we forget our music, our crafts and our languages.

Artinya kami telah melupakan lagu kami, kerajinan kami, dan bahasa kami.

We forget our stories.

Kami melupakan kisah kami.

And as a result, we adopt other people’s religions

Dan sebagai hasilnya, kami mengadopsi agama orang lain

dan mengatakan agama kami

ilmu sihir.

We start to eat burgers and pasta and look down on our indigenous foods

Kami mulai memakan burger dan pasta dan memandang rendah makanan asli kami

and our children begin to believe in their hearts

dan anak-anak kami mulai percaya dalam hati mereka

that other societies have richer cultures.

bahwa masyarakat lain punya budaya yang lebih kaya.

Where do you begin to fix something like this?

Dari mana kamu mulai memperbaiki hal seperti ini?

One place to start is to find out exactly

Pertama adalah mulai mencari tahu

which objects are missing and where they are.

objek mana yang hilang dan dimana mereka berada.

In 2018, as a member of The Nest Collective

Pada 2018, sebagai anggota dari The Nest Collective

and together the coalition of Kenyan and European museums,

dan bersama koalisi museum Kenya dan Eropa,

artists and researchers,

seniman dan peneliti,

we co-founded the International Inventories Programme,

kami turut mendirikan Program Inventarisasi Internasional,

which began creating a database of Kenyan cultural objects

yang mulai menghasilkan sebuah

basis data objek kebudayaan Kenya

that are held outside our country.

yang ditahan di luar negara kami.

We called and e-mailed museums across North America and Europe,

Kami menelepon dan mengirim surel ke museum di Amerika Utara dan Eropa,

asking them if they had any Kenyan cultural objects in their collections.

menanyakan jika mereka mempunyai objek kebudayaan Kenya di koleksi mereka.

We hosted public debates about object restitution

Kami mengadakan debat publik tentang pemulihan objek

and created exhibitions to bring the debate into the public sphere.

dan membuat pameran untuk membawa debat itu ke ruang publik.

And that was the easy part.

Dan itu adalah bagian mudahnya.

The more difficult part for us Kenyans

Hal yang lebih sulit untuk kami orang Kenya

was having to read through the most troubling historical texts and records

adalah untuk mencermati teks dan catatan

sejarah yang paling meresahkan

from a time in history

dari sebuah masa di sejarah

when Africans were on the receiving end of colonial force,

ketika orang Afrika ada di pihak yang menerima kekuatan kolonial,

kekerasan, dan diskriminasi.

Those texts are still difficult to read even today.

Teks tersebut masih sulit untuk dibaca bahkan hingga hari ini.

In two years, we collected data

Dalam dua tahun, kami mengumpulkan data

on more than 32,000 objects held by these institutions,

lebih dari 32,000 objek yang ditahan oleh institusi-institusi ini

and that might seem like a huge number,

dan itu mungkin terlihat seperti angka besar,

but there are many other institutions that haven’t yet replied to our requests.

tapi ada banyak institusi lainnya yang masih belum membalas permintaan kami.

And that’s just Kenya.

Dan itu hanya Kenya.

They are 46 other countries in sub-Saharan Africa

Ada 46 negara lainnya di Afrika sub-Sahara

that have experienced a similar extraction of objects.

yang mengalami ekstraksi objek yang serupa.

Our next step is to publish this database online,

Langkah kami selanjutnya adalah menerbitkan data ini online,

so the data is accessible to community leaders

jadi data ini bisa diakses tokoh masyarakat

who have been campaigning for the return of sacred objects,

yang telah mengkampanyekan pengembalian benda sakral,

but also for every teacher, researcher and citizen

dan juga bagi semua guru, peneliti, dan masyarakat

who wants to find out what we are missing

yang ingin mencari tahu apa yang hilang

and where it can be found.

dan dimana itu bisa ditemukan.

We are not the only initiative of our kind.

Kami bukan satu-satunya inisiatif dari sini.

Across Africa and Asia, there are other projects

Di Afrika dan Asia, ada berbagai proyek lain

asking similar questions about their cultural heritage.

yang punya pertanyaan serupa

mengenai warisan budaya mereka.

Our hope is that we can provoke institutions in North America and Europe

Harapan kami adalah kami bisa memancing institusi di Amerika Utara dan Eropa

to rethink the morality of their collections.

untuk memikirkan kembali moralitas dari koleksi mereka.

We are asking them to account for the violent histories

Kami meminta mereka bertanggung jawab atas sejarah kekerasan

of some of the objects in their collections

dari beberapa objek dalam koleksi mereka

by labeling their collections more truthfully.

dengan melabeli koleksi mereka secara lebih jujur.

Kami meminta mereka mengembalikan objek

We are asking them to return objects that were improperly acquired

yang diperoleh secara tidak benar

back to the communities that need them.

ke komunitas yang membutuhkan mereka.

We are asking them to trust African museums

Kami meminta mereka untuk mempercayakan museum Afrika

to store objects on behalf of the people of Africa.

untuk menyimpan objek atas nama rakyat Afrika.

There can be no collective identity without collective memory.

Tidak akan ada identitas bersama tanpa ingatan bersama.

So we are asking for our objects to help us remember who we are.

Jadi kami meminta objek kami untuk membantu kami mengingat siapa kami.

Thank you.

Terima kasih.