How to reduce bias in your workplace | The Way We Work, a TED series

- We all have our biases,

Translator: Milka Vincentiya Reviewer: Reno Kanti Riananda

Kim Scott: Kita semua memiliki bias,

the set of assumptions that we make,

asumsi yang kita buat dan hal yang tidak kita sadari

and the things we don't notice

about people's race, gender, religion, sexual orientation,

tentang ras seseorang, gender, agama,

orientasi seksual, penampilan, dan sifat lainnya.

appearance, and other traits.

They come from the part of our mind

Mereka datang dari pikiran kita yang langsung membuat kesimpulan

that jumps to conclusions

that we might not even be aware that we have.

yang mungkin tidak kita sadari.

- I really can't tell you the number of times people assumed

Trier Bryant: Saya tidak tahu

sudah berapa banyak orang yang mengira saya resepsionis

I was the receptionist

when I was an executive at the company.

sementara saya adalah direktur perusahaan.

- That kind of bias gets in the way of good collaboration,

KS: Bias seperti itu menghalangi kerja sama yang baik,

performance, and decision-making.

kinerja, dan pengambilan keputusan.

- It creates an invisible tax of resentment and frustration.

TB: Ini menciptakan kebencian dan frustrasi yang tak terlihat.

The more frustrated we are,

Semakin kita frustrasi, kita cenderung akan diam.

the more silent we are likely to be.

And the more silent we are,

Dan semakin kita diam,

the less we may be able to do our best work.

semakin sulit kita melakukan yang terbaik.

Kabar baiknya, bias dapat dihindari.

The good news though is,

bias is not inevitable.

[Cara Kita Bekerja]

So here's how to disrupt bias in three steps.

TB: Inilah tiga cara menghilangkan bias.

Pertama, menciptakan kosakata bersama.

The first step is to create a shared vocabulary.

Sometimes bias shows up in big embarrassing gaffes,

Terkadang bias muncul dalam kesalahan besar yang memalukan,

but more often it comes out

tetapi lebih sering muncul dalam kata yang kita pilih,

in the little words and phrases we choose,

which are packed with assumptions.

yang dikemas dengan asumsi.

Khususnya dalam rapat, hal ini luput dari perhatian, dan parahnya

In meetings especially, these often go unnoticed

or even worse, people notice, but don't know what to say.

orang-orang menyadarinya tetapi tidak tahu harus berkata apa.

That's why we recommend coming up with a shared word

Ini sebabnya kami menyarankan untuk membuat kata bersama

or phrase that everyone agrees to use

yang disetujui semua orang untuk menghilangkan sikap bias.

to disrupt bias, attitudes or behaviors.

Examples teams are using our bias alert, stoplight,

Contoh yang digunakan adalah “peringatan bias,” “lampu merah”

or even throwing up a peace sign.

atau bahkan memberi tanda damai.

- Leaders often ask us to give them the right words,

KS: Pemimpin sering meminta kami untuk memberi mereka “kata yang tepat”

tetapi kata yang tepat adalah kata yang disampaikan timmu,

but the best words are the ones your team will actually say,

not the ones that leaders impose.

bukan apa yang dipaksakan pemimpin.

So talk to your team.

Jadi bicaralah dengan timmu.

My very favorite is the one that you recommended Trier,

Favoritku adalah yang kamu rekomendasikan:

purple flag.

“bendera ungu.”

When someone says or does something biased,

Ketika seseorang mengucapkan atau melakukan bias,

we'll say purple flag,

kita bilang “bendera ungu.”

and maybe we'll even waive a purple flag.

Mungkin kita bahkan melambaikan bendera ungu.

It's not a red flag, it's a friendly purple flag.

Ini bukan tanda bahaya.

Ini hanya bendera ungu biasa.

- It helps us become more aware of our blind spots.

TB: Ini membantu kita lebih sadar akan kelemahan kita.

- Purple flag. - Purple flag.

KS: Bendera Ungu.

TB: Bendera Ungu.

Thanks for pointing that out.

Terima kasih.

I've been noticing lately I use a lot of sight metaphors

Saya baru sadar sering memakai metafora yang menunjukkan gangguan penglihatan,

that often portray disabilities like being visually impaired

in negative ways,

dengan cara yang negatif.

but I'm committed to doing better and working on it.

Namun, saya berkomitmen untuk menjadi lebih baik.

- I am too.

KS: Saya juga.

Another great shared vocabulary trick

Trik kosakata lainnya adalah dengan bertanya ke anggota tim

is to ask members of your team to respond to bias

untuk menjawab bias dengan “Menurut Saya”.

with an I statement.

An I statement invites the other person in

Pernyataan itu mengajak orang lain untuk berdiskusi,

to understand things from your perspective

untuk membuat orang lain mengerti dibanding menuduh mereka.

rather than calling them out.

Like, I don't think you're going to take me seriously

Misal, “Menurut saya, Anda tak menganggap serius saya

when you're calling me honey.

saat memanggil sayang.”

Or I don't think you meant that the way that it sounded.

Atau “Saya rasa maksudmu bukan seperti itu.”

Usually when people's biases are pointed out to them

Biasanya, ketika bias seseorang dijelaskan kepadanya

clearly and compassionately,

secara jelas dan tenang,

they apologize and correct things going forward,

mereka akan minta maaf dan tak mengulanginya lagi.

usually, but not always.

Biasanya, tetapi tidak selalu.

- That brings us to the second step,

TB: Maka kita masuk ke langkah kedua:

create a shared norm for how to respond

bentuk budaya bagaimana cara merespon

when your bias is pointed out.

ketika biasmu diberi tahu.

- When my bias is flagged,

KB: ketika biasku ditandai,

I can only be glad that I'm learning something new

saya akan senang karena saya belajar hal baru

if I can move past the shame,

jika saya bisa mengatasi rasa malu.

I hate the idea that I've harmed someone.

Saya tidak suka menyakiti orang lain.

And when I feel ashamed, I rarely respond well.

Dan saat saya merasa malu, saya tidak merespon dengan baik.

So it's really helpful to have that shared norms

Jadi, sangat membantu jika ada budaya tadi

so that I know what to say in those moments.

sehingga saya tahu harus bilang apa saat malu.

- We recommend you start with,

TB: Kami menyarankan dengan mulai: “Terima kasih atas poinnya.”

thank you for pointing that out.

It took courage for that person to disrupt the bias.

Butuh keberanian bagi orang untuk memutus biasnya,

So it's important to acknowledge that.

jadi penting untuk menyadarinya.

Then there are two choices on what to say next.

Lalu ada dua opsi untuk perkataan selanjutnya.

One, I get it.

Satu, “Saya paham,”

Or two, I don't get it.

atau dua, “Saya tidak paham.

Could you explain more after the meeting.

Boleh jelaskan kembali setelah rapat?”

- The other day, you and I were recording a podcast

KS: Tempo hari,

kita sedang rekaman dan saya berkata,

and I said, HR serves three masters

“HR melayani tiga tuan,”

dan Anda mengibarkan bendera ungu.

and you waved the purple flag.

I knew what I had done wrong.

Saya tahu apa yang salah.

Why was I using a slavery metaphor?

Kenapa saya menggunakan metafora perbudakan?

We hit pause, I thanked you and we rerecorded.

Kita berhenti sejenak,

saya berterimakasih, dan kita kembali rekaman.

It was no big deal.

Itu bukan masalah besar.

The thing I love about the purple flag

Yang saya suka dari bendera ungu adalah efisiensinya.

is how efficient it is.

- Flagging the bias didn't prevent us

TB: Menandai bias tidak menghambat pekerjaan.

from getting the work done.

In fact, it helps us work together more honestly,

Bahkan, hal itu membantu kita bekerja lebih jujur.

it's even harder, when I don't know what I did wrong.

KS: Justru lebih susah saat tak tahu salah apa.

Once I asked someone out to lunch,

Saya pernah mengajak seseorang makan siang.

out came the purple flag.

Keluarlah bendera ungu.

I had no idea why.

Saya tidak tahu kenapa,

So I was relieved to know what to say next.

jadi saya lega saat mengatakan hal selanjutnya,

Thank you for pointing it out, but I don't get it.

“Terima kasih, tetapi saya tidak paham.

Could we talk after the meeting?

Apakah boleh bicara setelah ini?”

Afterwards, the person reminded me

Setelah itu, orang itu mengingatkanku kalau mereka sedang puasa Ramadhan.

that they were fasting for Ramadan.

Saya langsung tersadar,

It instantly made sense to me,

dan saya menemukan sesuatu yang harusnya lebih saya sadari.

and I discovered something that I could be more aware of.

But to get to awareness,

Namun untuk tahu itu, saya harus mengatasi rasa malu.

I had to move through shame.

It was hard to say I don't get it.

Susah untuk berkata, “Saya tidak paham.”

The shared norm helped me listen and learn

Budaya itu membantuku untuk mendengar dan belajar

rather than getting defensive.

alih-alih defensif.

The fact that there was a norm at all,

Fakta keberadaan budaya ini

reassured me that other people

meyakinkan saya kalau orang lain juga melakukan kesalahan yang sama

are making similar kinds of mistakes

and that we're all learning together.

dan kita belajar bersama.

- Disrupting bias may start off feeling uncomfortable,

TB: Awal memutuskan bias mungkin terasa aneh,

but with time and consistency,

tetapi dengan waktu dan konsistensi,

we can build the stamina we need to push through it.

kita bisa membangun stamina untuk mengatasi semua.

When it becomes routine for us to notice our biases,

Ketika menyadari bias menjadi rutinitas kita,

all of a sudden they feel less threatening.

tiba-tiba, mereka tidak terasa mengancam.

It's hard to break bias habits,

Susah untuk memutus kebiasaan ini,

yet we can change the pattern with consistent effort.

tetapi kita bisa memutus pola ini dengan usaha yang konsisten.

- We've got to be patient with ourselves and with others.

KS: Kita harus lebih sabar terhadap diri sendiri dan orang lain.

- Patient and also persistent.

TB: Sabar dan gigih.

- Yeah.

- Which brings us to our last step.

Yang membawa pada langkah akhir.

Once the team has come up with a shared vocabulary

Ketika tim telah memiliki kosa kata bersama

and agrees on the shared norm for how to respond,

dan setuju budaya merespon,

the team should commit to disrupting bias

tim harus setuju untuk memutus bias pada tiap rapat.

at least once in every meeting.

- If bias isn't flagged in a meeting,

KS: Jika bias tidak ditandai saat rapat, bukan berarti tidak ada bias.

it doesn't mean there wasn't any bias.

It just means either nobody noticed,

Itu berarti tidak ada yang sadar

or nobody knew what to say.

atau tidak tahu harus bicara apa.

When we are silent about bias, we reinforce it.

Ketika kita diam tentang bias, kita membuatnya kuat.

Dan tidak hanya target bias yang menyadarinya.

And it can't be just the targets of bias who point it out.

Observers and leaders have got to speak up.

Pengamat dan pemimpin harus berbicara.

We all have a responsibility.

Kita semua punya tanggung jawab.

- By making a practice

TB: Dengan membuat ini menjadi kebiasaan dengan cepat,

of disrupting bias quickly and kindly,

we prevent it from metastasizing into something worse,

kita mencegahnya bermutasi menjadi sesuatu yang lebih buruk,

like prejudice, bullying, discrimination, or harassment.

misal prasangka, rundungan,

diskriminasi, atau kekerasan.

- Bias disruptors,

KB: Pemutus bias: kosa kata bersama,

a shared vocabulary,

a shared norm, and a shared commitment.

budaya bersama, dan komitmen bersama

Ensure that we notice and learn from the mistakes

memastikan kita sadar dan belajar dari kesalahan kita,

that we are all making so that we can work better together.

sehingga kita dapat bekerja lebih baik.

- When we collaborate,

TB: Ketika kita kerjasama,

we use our full capacity as humans

kita menggunakan kapasitas kita untuk menyelesaikannya bersama

to get more done collectively

than we could ever dream of accomplishing as individuals.

daripada ketika mencapainya sendiri.

So let's stop letting bias, get in the way.

Jadi, jangan biarkan bias menghalangi.

(gentle piano music)