What does appendix pain feel like? - David R. Flum

Translator: husna nafiah Reviewer: Regina Gunadi

In April 1961, the Sixth Soviet Antarctic Expedition took a harrowing turn.

Pada April 1961, Ekspedisi Antartika Soviet VI mengalami kejadian nahas.

Doctor Leonid Rogozov, the team’s only physician,

Dokter Leonid Rogozov, satu-satunya dokter dalam tim,

began feeling weak and feverish,

mulai merasa lemah dan demam,

with an excruciating pain in his right side.

dengan rasa sakit yang menyiksa di bagian kanan tubuhnya.

After a few days, it became clear that he had appendicitis,

Setelah beberapa hari, terungkap bahwa ia menderita radang usus buntu,

an infection that can cause the appendix to burst.

suatu infeksi yang dapat menyebabkan usus buntu pecah.

And Rogozov knew that if his appendix did rupture,

Dan Rogozov tahu bahwa jika usus buntunya pecah,

it would likely kill him.

kemungkinan ia akan mati.

Outside a blizzard raged,

Sementara itu, badai salju begitu ganas,

making it dangerous for him to leave the station,

sehingga berbahaya baginya untuk pergi berobat,

or to have anyone else travel in.

atau meminta orang lain datang.

So Rogozov faced a gut-wrenching choice: wait for help that may never come,

Rogozov dihadapkan pada 2 pilihan sulit: menunggu bantuan yang tak akan datang,

or cut open his own abdomen and remove the appendix himself.

atau membedah perutnya dan mengambil usus buntunya sendiri.

While Rogozov’s predicament may have been extreme,

Meskipun kisah Rogozov terkesan sangat ekstrem,

appendicitis is not uncommon.

usus buntu bukanlah hal yang jarang terjadi.

1 dari 12 orang mengalaminya.

It affects roughly 1 in 12 people.

So, what causes appendicitis?

Jadi, apa penyebab radang usus buntu?

And why is this organ so prone to bursting?

Dan mengapa organ ini sangat rentan pecah?

The appendix is a small, worm-shaped pouch attached to the large intestine

Usus buntu adalah kantong kecil seperti cacing yang melekat di usus besar

that houses a diversity of gut microbes.

yang menampung beragam mikroba usus.

Scientists long speculated that it was a useless artifact of evolution.

Para ilmuwan berspekulasi bahwa itu adalah artefak evolusi yang tidak berguna.

Recent evidence shows that this organ independently evolved

Bukti terbaru menunjukkan bahwa organ ini berevolusi secara independen

in many different mammals.

pada banyak mamalia yang berbeda.

This suggests that it probably has some function,

Ini menunjukkan bahwa usus buntu mungkin memiliki beberapa fungsi,

though it's likely subtle.

meskipun mungkin tidak signifikan.

One possibility is that the appendix serves as a reservoir

Salah satu kemungkinan adalah bahwa usus buntu berfungsi sebagai penampung

for healthy gut bacteria,

untuk bakteri usus yang sehat,

or it may play a role in mounting immune responses.

atau mungkin berperan dalam meningkatkan respons imun.

What we do know is this puzzling organ can cause serious complications.

Apa yang kita ketahui adalah organ yang membingungkan ini

dapat menyebabkan komplikasi serius.

Most cases of appendicitis start with some sort of obstruction.

Sebagian besar kasus radang usus buntu dimulai dengan adanya obstruksi.

For example, a small, dried piece of stool,

Misalnya, secuil tinja kering,

called an appendicolith,

yang disebut apendikolit,

can lodge itself in the organ’s entrance.

dapat menempel di pintu masuk organ.

Other times, pathogens like viruses or parasites activate the immune system,

Di lain waktu, patogen seperti virus atau parasit

mengaktifkan sistem kekebalan tubuh,

causing inflammation.

dan menyebabkan peradangan.

This immune response may even be triggered

Respon imun ini bahkan dapat dipicu

by one of hundreds of species of bacteria

oleh salah satu dari ratusan spesies bakteri

that normally reside in your gut.

yang biasanya berada di usus Anda.

As a result, nearby lymph nodes swell,

Akibatnya, kelenjar getah bening di dekatnya membengkak,

effectively closing off the appendix’s opening.

sehingga menutup lubang usus buntu.

Because the appendix is a closed loop, when it's sealed, pressure builds quickly.

Karena usus buntu adalah ruang tertutup,

ketika tersegel, terjadi peningkatan tekanan dengan cepat

This creates the perfect environment for bacteria to colonize and overgrow.

Tercipta lingkungan yang cocok

bagi bakteri untuk berkoloni dan berkembang biak.

As the inflamed appendix bloats, discomfort sets in.

Saat usus buntu yang meradang membesar, muncul rasa tidak nyaman.

And this pain is different from your everyday stomach ache.

Dan rasa sakit ini berbeda dengan rasa sakit perut biasa.

It typically starts near the belly button

Biasanya mulai dirasakan di dekat pusar

and then migrates to the lower right abdomen and intensifies.

dan kemudian berpindah ke bagian kanan bawah perut

dan bertambah intens rasa nyerinya.

If left untreated, the appendix can continue to stretch,

Jika tidak diobati, usus buntu dapat terus meregang,

hindering blood flow and weakening the organ walls.

sehingga menghambat aliran darah dan melemahkan dinding organ.

Eventually, this can cause the appendix to rupture,

Akhirnya, ini dapat menyebabkan usus buntu pecah,

allowing the infection to spread within the abdomen,

menyebabkan tersebarnya infeksi di dalam perut,

where it can pose fatal consequences.

yang dapat berkonsekuensi fatal.

Thankfully, not all cases of appendicitis will lead to a rupture,

Untungnya, tidak semua kasus radang usus buntu akan pecah,

but it's impossible to know exactly when or if

tetapi sulit untuk mengetahui dengan tepat kapan,

atau apakah usus buntu akan pecah dilihat dari gejala yang dialami.

the appendix will burst from symptoms alone.

So, it’s recommended that all people with severe abdominal pain

Jadi, disarankan agar semua orang dengan sakit perut parah

seek immediate medical attention.

untuk segera mencari pertolongan medis.

Since doctors first identified appendicitis in the late 1800s,

Sejak dokter pertama kali mengidentifikasi radang usus buntu pada akhir tahun 1800,

an appendectomy, or the surgical removal of the appendix,

apendiktomi atau operasi pengangkatan usus buntu,

has been the standard treatment.

telah menjadi pengobatan standar.

It’s normally performed quickly, within 24 hours of diagnosis.

Biasanya dilakukan dengan cepat, dalam waktu 24 jam setelah diagnosis.

Doctors remove the inflamed organ, which can double in size,

Dokter mengangkat organ yang meradang, yang ukurannya bisa membesar 2 kali lipat,

either through one large incision,

dengan melalui satu sayatan besar,

or through several smaller incisions using a camera and small instruments.

atau melalui beberapa sayatan kecil menggunakan kamera dan instrumen kecil.

Recovery is typically quick,

Pemulihan pasien terhitung cepat,

and most patients are discharged within a day or two.

dan sebagian besar dipulangkan setelah 1 atau 2 hari.

Though, if the appendix has burst, surgery can be more extensive

Akan tetapi, jika usus buntu telah pecah, dapat dilakukan pembedahan yang lebih luas

as any bacteria and pus need to be thoroughly cleaned

untuk memastikan bakteri dan nanah harus dibersihkan secara tuntas

from the abdominal cavity.

dari rongga perut.

In the long term, living without an appendix

Dalam jangka panjang, hidup tanpa usus buntu

is unlikely to lead to any health issues.

tidak menyebabkan masalah kesehatan.

Today, thanks to medical advances, many patients avoid surgery altogether.

Saat ini, berkat kemajuan medis, banyak pasien yang tidak harus dioperasi.

Doctors have learned that appendicitis can often be treated

Dokter telah belajar bahwa radang usus buntu kerap dapat diobati

with a simple course of antibiotics,

dengan antibiotik sederhana,

started in the emergency room and continued at home.

dimulai di IGD dan dapat dilanjutkan di rumah.

No matter the chosen course of treatment,

Terlepas dari pengobatan yang dipilih,

it’s likely to be less distressing than Rogozov’s,

tentunya akan tidak semenyedihkan kasus Rogozov,

who, after giving himself local anesthesia,

yang secara mandiri membius lokal,

removed his own appendix, stitched himself up,

mengangkat usus buntunya, dan menjahit lukanya sendiri,

and resumed his regular duties just two weeks later.

dan 2 minggu kemudian kembali melaksanakan tugasnya.

Nevertheless, thanks to his story,

Namun demikian, berkat ceritanya,

doctors on remote stations in Antarctica now know to bring plenty of antibiotics

dokter di lokasi terpencil di Antartika kini membawa banyak antibiotik,

to treat appendicitis,

untuk berjaga-jaga sekiranya terkena usus buntu.

just in case.