Can We Recreate the Voice of a 3,000-Year-Old Mummy? | David M. Howard | TED

Translator: Nathanael Dean Janvierino Reviewer: Nauka N. Prasadini

I want to talk to you today about how it is I talk to you.

Saya ingin berbicara pada Anda tentang bagaimana saya berbicara pada Anda.

Critical to human existence

Penting bagi keberadaan manusia

is that our voices define who we are.

adalah bagaimana suara kita mendefinisikan kita.

My voice is me.

Suara saya adalah saya.

Your voice is you.

Suara Anda adalah Anda.

Voice is our main means of communication, evolved over millennia.

Suara adalah cara komunikasi utama kita, yang berevolusi ribuan tahun.

And I want to argue today

Dan saya ingin berpendapat hari ini bahwa ada tiga kekuatan suara manusia.

that there are three vocal resiliences for humans.

We need our voices for all kinds of things.

Kita perlu suara kita untuk berbagai hal,

We transmit verbal information, ideas, feelings, emotions.

untuk menyampaikan informasi verbal, gagasan, perasaan, dan emosi.

But more to the point, our identity.

Tapi lebih penting lagi, identitas kita.

You answer the phone,

Jika Anda mengangkat telepon,

and very often you recognize somebody

seringkali Anda mengenali seseorang

before they've even said what their name is.

sebelum dia memperkenalkan diri.

It's also the way we call for attention if we're in trouble.

Ini juga menjadi cara mencari perhatian jika kita dalam masalah.

And of course,

Dan tentu saja,

it also provides the lyrics in singing.

suara menghadirkan lirik yang kita nyanyikan.

So voice is fundamental to human living.

Jadi, suara sangat mendasar bagi kehidupan manusia.

In speech,

Dalam tuturan,

in different acoustic situations,

dalam berbagai situasi akustik,

in the presence of competing sounds

dalam kebisingan lain, dan dalam lagu,

and in song,

over millennia.

selama ribuan tahun.

And part of what I want to say today reflects on the millennial part of this.

Dan yang saya ingin sampaikan hari ini mencerminkan bagian ribuan tahun ini.

But first, let's look at the three resiliencies.

Pertama, mari kita telusuri tiga kekuatan tadi.

And before we do,

Dan sebelumnya,

I want just briefly to think about the role of hearing,

saya mau berpikir sejenak tentang peran pendengaran,

particularly the role of mankind's creation of devices

terutama peran perangkat buatan manusia

that can play very loud sounds.

yang bisa bersuara dengan amat kencang.

Sounds that are louder than any human voice can produce

Suara yang lebih kencang dari suara manusia mana pun

through the application of electronics.

melalui penggunaan alat elektronik.

So over roughly the last 130 years,

Jadi, selama kira-kira 130 tahun terakhir,

we have the potential

kita punya potensi

to break the human communication voice-to-ear train

untuk menghancurkan komunikasi suara-ke-telinga manusia

because we are damaging hearing over just a century and a bit,

sebab kita merusak pendengaran kita selama seabad lebih sedikit,

having evolved over millennia, our communication system.

padahal sistem komunikasi kita sudah berevolusi selama ribuan tahun.

So these are my three resiliences.

Jadi, inilah tiga kekuatan suara manusia.

The first is resilience to other sounds in the environment.

Pertama, kekuatan terhadap suara lain dalam lingkungan.

The second is allowing us one-to-many communication.

Kedua, membuat kita mampu berkomunikasi dari individu ke kelompok

And the third is to preserve the voice over millennia.

Dan ketiga, melestarikan suara kita selama beribu tahun.

But I want us to remember,

Tapi, saya ingatkan,

there is little resistance to loud human-made sounds.

ada sedikit perlawanan terhadap suara keras buatan manusia.

And that, I would argue, is an issue that's getting worse.

Menurut saya, itu adalah sebuah isu yang kian memburuk.

We need to act to both understand the problem

Kita perlu bertindak untuk memahami masalahnya

and to protect our hearing.

dan menjaga pendengaran kita.

Many of us carry devices around which can cause hearing difficulty

Banyak dari kita membawa perangkat yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran

if you play them too loud.

jika digunakan terlalu kencang.

And hearing issues, of course,

Dan masalah pendengaran, tentu saja,

these are not on an evolutionary time scale.

tidak terjadi dalam jangka waktu evolusi.

These are on a very short time scale.

Masalah ini terjadi dalam jangka waktu sangat singkat.

So here's the first one,

Jadi, ini yang pertama,

other sounds in the environment,

suara lain dalam lingkungan,

sounds of nature.

suara alam.

We have evolved a redundancy in our speech specifically

Kita telah mengembangkan redundansi dalam percakapan kita, khususnya

that allows us to hear speech in the presence of natural sound.

yang memungkinkan kita mendengar tuturan meskipun ada suara alam.

So if, for example, there's a thunderstorm

Contohnya, jika ada badai

or there's heavy rain,

atau ada hujan deras,

then there is what we call masking in the sound.

maka ada yang kita sebut sebagai pengaburan suara.

And I'm going to do a little experiment.

Dan saya akan melakukan suatu percobaan.

I want to demonstrate that you can understand my voice

Saya ingin mendemonstrasikan bahwa Anda bisa memahami suara saya

even if we cut the high end off or cut the low end off.

bahkan jika kita menghilangkan suara tinggi dan rendah.

So the way we're going to do this

Jadi, cara kita melakukannya adalah kita akan mendengar suara rendah dahulu.

is we're going to listen to the low end first.

And I'm hoping that my microphone is connected now to a filter

Dan saya berharap mikrofon saya tersambung ke sebuah filter

as I give you a demonstration of just the low end.

selama saya mendemonstrasikan suara rendah saja.

And I hope you can still understand me.

Dan saya harap Anda masih memahami saya.

And now would you switch it so we only hear the high end,

Kini, bisakah Anda menggantinya supaya kita hanya mendengar suara tinggi,

a so-called high-pass filter?

dengan tapis lolos atas?

And now, I hope you can still understand me,

Dan saya harap Anda masih memahami saya

even though I sound a bit sibilant.

meskipun suara saya seperti desis.

I hope you all understood what I was saying.

Saya harap Anda mengerti apa yang saya katakan.

Now, that means

Itu artinya, jika Anda hanya bisa mendengar suara rendah

that if you're only able to hear the low end

because of some high frequency noise that's in the environment,

karena ada kebisingan berfrekuensi tinggi di suatu lingkungan,

we can still communicate as human beings.

kita tetap bisa berkomunikasi layaknya manusia.

And vice versa.

Dan sebaliknya.

If you can only hear the high end because there's rumbles of thunder

Jika Anda hanya mendengar suara tinggi karena ada gelegar guntur

and other things going on,

dan berbagai hal lainnya,

we can still communicate.

kita tetap bisa berkomunikasi.

It's a wonder of vocal evolution.

Inilah keajaiban evolusi vokal.

Resilience two.

Kekuatan kedua.

Now, I have to admit, I'm cheating.

Sekarang, harus saya akui, saya sedikit curang.

I am talking one-to-many,

Saya berbicara sebagai individu ke kelompok,

and I'm wearing this thing

dan saya memakai benda ini

and you can hear me because of the loudspeakers.

dan Anda bisa mendengar saya karena adanya pengeras suara.

But if I was an opera singer on this stage,

Jika saya seorang penyanyi opera di atas panggung,

I wouldn't have a microphone,

saya tak akan punya pengeras suara, hanya ada orkestra di antara kita

I'd have an orchestra between me and you

and loads of people in the auditorium.

dan banyak orang di auditorium.

And yet, you can hear the words of the opera singer without a microphone,

Tetapi, Anda bisa mendengar suara penyanyi opera tanpa mikrofon,

without loudspeakers.

tanpa pengeras suara.

And the way they do it

Dan cara mereka melakukannya adalah menggunakan aspek ini dalam suara manusia,

is they engage that aspect of the human voice,

which I won't use over a microphone.

yang tak akan saya gunakan dengan mikrofon.

And the way that works is this.

Dan begini cara kerjanya.

The voice box or the larynx, the picture in the middle,

Kotak suara atau laring, gambar yang di tengah,

is here in the neck, it's where the Adam's apple is.

terletak di sini dalam leher. Inilah letaknya jakun.

And of course, we have two ears.

Dan tentu saja, kita punya dua telinga.

When I do that kind of sound,

Ketika saya membuat suara semacam itu, saya membuat tabung sempit,

I create a narrow tube,

as shown by the light blue arrow in the larynx area.

seperti yang ditunjukkan panah biru muda di area laring.

And that tube matches in dimensions

Dan tabung itu berukuran sama

the tube here and the tube here.

dengan tabung di kiri dan tabung di kanan.

So in engineering terms,

Jadi, dalam istilah teknik mesin, kita punya pemancar dan penerima

we set up a transmitter and a receiver

that are tuned to work together.

yang disetel untuk bekerja sama.

And again, that is an evolved way

Dan lagi-lagi, ini cara yang sudah berevolusi

in which the larynx has developed to allow us to do it.

di mana laring berkembang sehingga kita bisa melakukannya.

And you don't have to be a trained opera singer.

Dan Anda tidak perlu menjadi penyanyi opera yang terlatih.

If you're in danger,

Jika Anda dalam bahaya,

you know how to do this

Anda tahu cara melakukan ini

because it's a natural,

karena ini alamiah,

something that's stored in the brain from evolution,

sesuatu yang telah disimpan dalam otak sejak evolusi,

which you can switch in in time of real need.

yang bisa Anda aktifkan jika benar-benar dibutuhkan.

Let me go to the third one.

Saya akan beralih ke poin ketiga.

Now, this is the one that's been alluded to,

Inilah poin yang telah disinggung, yang merupakan pertanyaan tim saya:

was the question that our group asked:

Can we recreate the sound of a 3,000-year-old mummy?

Bisakah kita merekonstruksi suara mumi berusia 3.000 tahun?

It's an interesting question,

Ini adalah pertanyaan menarik, dan jawabannya adalah kita bisa,

and the answer is that we can

if we can recreate the tube between the larynx and the lips,

jika kita bisa merekonstruksi tabung antara laring dan bibir,

because that's the tube, the so-called vocal tract,

karena itulah tabungnya, atau saluran vokal,

the mouth and throat,

mulut dan tenggorokan,

that I'm using now as I speak to you.

yang saya gunakan sekarang untuk berbicara pada Anda.

And here is the very image.

Dan inilah gambar aslinya.

This is a 3D plastic vocal tract.

Ini adalah saluran vokal plastik tiga dimensi.

And if I put it next to mine, you can see it’s about the right shape.

Jika saya jajarkan ini ke punya saya, Anda bisa lihat bentuknya hampir sama.

And we then put this on an artificial larynx,

Lalu, kita meletakkan ini ke sebuah laring buatan,

which is the loudspeaker in the picture, that's two in from the top.

yaitu pengeras suara yang ada di gambar, nomor dua dari atas.

We can then play a sound through the loudspeaker.

Lalu, kita bisa memainkan suatu suara melalui pengeras suara itu.

And we get the sound of this vowel.

Dan kita mendapatkan suara vokal ini.

(Sound)

(Suara)

Of course, it's not speech

Tentu saja, ini bukan tuturan.

because to speak, I have to move my vocal tract,

sebab untuk berbicara, saya perlu menggerakkan saluran suara,

I have to move the articulators.

saya perlu menggerakkan artikulator.

And this, of course, is solid.

Dan tentu saja, ini terlalu kaku.

But in this particular case, Nesyamun,

Tapi, dalam kasus ini, Nesyamun,

the hieroglyphics shown on the right there,

yang hiroglifnya ditunjukkan di sebelah kanan,

in English, that hieroglyphic means true of voice.

dalam bahasa Indonesia, hiroglif itu artinya “suara yang benar."

And Nesyamun wrote

Dan Nesyamun menulis bahwa

that he expected his voice to be heard in the afterlife.

ia berharap suaranya akan didengar di akhirat.

So this work was not just a technical “Can we make the sound?”

Pekerjaan ini tidak bersifat teknis saja, “Apakah kita bisa membuat suara itu?”

It also had a message, particularly to Egyptologists,

Ini juga memiliki suatu pesan, khususnya bagi ahli Mesir Kuno,

who study mummies,

yang mempelajari mumi,

of something rather special.

tentang sesuatu yang cukup spesial.

So we are hearing a voice from three millennia ago.

Sekarang kita mendengar suatu suara dari 3.000 tahun yang lalu.

So as I started, my voice is me.

Seperti yang saya katakan di awal, suara saya adalah saya.

Your voice is you.

Suara Anda adalah Anda.

Our modern, noisier world is a challenge.

Dunia kita yang lebih modern dan bising adalah suatu tantangan.

And it's a challenge from the last 100 to 150 years.

Dan ini adalah tantangan dari 100-150 tahun terakhir.

And it's something that we need to think about.

Dan ini adalah sesuatu yang perlu kita pikirkan.

We need to think about it in terms of the numbers of humans

Kita perlu pikirkan jumlah orang yang pendengarannya bermasalah

who are getting hearing problems because of the noise around us.

karena kebisingan di sekitar kita.

And if we're going to thrive as humans,

Jika kita mau berkembang sebagai manusia, kita perlu berkomunikasi dengan sesama

we need to communicate with each other

and we need our voices to do that.

dan kita perlu suara kita untuk itu.

And I've suggested three areas of vocal resilience.

Dan saya sudah menyarankan tiga kekuatan suara manusia.

So please, look after yours.

Jadi tolong, jaga suara Anda.

Thank you.

Terimakasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)