The Weird and Wonderful Art of Niceaunties | TED

Translator: Faradha Fachna Reviewer: Reno Kanti Riananda

Auntie 1: Why are you still single?

Tante 1: Wah, masih jomlo?

(Laughter)

(Tawa)

Auntie 2: How much do you earn?

Tante 2: Gajimu berapa?

(Laughter)

(Tawa)

Auntie 3: You look fat.

Tante 3: Gemukan, ya.

(Laughter)

(Tawa)

Niceaunties: I just love aunties.

Niceaunties: Saya suka sekali para tante.

(Laughter)

(Tawa)

Some of my aunties, I only see during Chinese New Year.

Beberapa tante hanya saya temui saat Tahun Baru Imlek.

I used to brace myself for inquisition prior to family gatherings.

Saya terbiasa mempersiapkan diri akan pertanyaan saat pertemuan kelurga.

They call you fat

Mereka menyebut Anda gemuk,

but present you with platters of delicious food,

tetapi menyajikan sepiring makanan yang lezat,

made with love and great skill.

dibuat dengan sepenuh hati dan dengan keterampilan luar biasa.

This is exasperating and endearing.

Hal ini menjengkelkan dan mengesankan.

I'm not alone in this.

Tidak hanya saya yang merasakannya.

This behavior and line of questioning

Perilaku dan daftar pertanyaan ini sangat lumrah,

is so common we even have memes for it.

kami bahkan memiliki meme untuk hal itu.

I grew up in a big family, where the women,

Saya dibesarkan dalam keluarga besar, di mana para wanitanya:

my late grandmother, my mother and some of my 11 aunties,

mendiang nenek, ibu, dan beberapa dari 11 tante saya,

were expected to take care of children.

dituntut untuk merawat anak-anak.

They were big influences in my life,

Mereka berpengaruh besar dalam hidup saya,

and I witnessed great personalities,

dan saya melihat kepribadian, kekuatan, sifat unik, dan humor yang luar biasa.

strength, eccentricity and humor.

They held back from fully expressing themselves because of societal pressures,

Mereka menahan diri untuk sebebasnya berekspresi karena tekanan sosial,

family expectations and lack of support.

ekspektasi keluarga, dan kurangnya dukungan.

My grandma spent most of her life at home.

Nenek saya menghabiskan sebagian besar masa hidupnya di rumah.

She did not travel and had little contact with the outside world.

Dia tidak kemana-mana dan hanya sedikit berinteraksi dengan dunia luar.

In the last 20 years of her life,

Dalam 20 tahun terakhir hidupnya,

she had dementia and was bedridden.

ia menderita demensia dan hanya terbaring di tempat tidur.

I often imagined her in an alternate reality,

Saya sering membayangkannya dalam kehidupan lain,

where she's out and about, having fun,

tempat ia bersenang-senang di luar rumah,

laughing, chatting, enjoying life.

tertawa, mengobrol, menikmati hidup.

But aunties are not just about family.

Namun, “tante” tak sekadar ungkapan untuk keluarga.

Anyone of any age, of any culture, can be labelled an auntie.

Siapa pun dari berbagai usia, dari budaya mana pun, bisa dipanggil tante.

It is not something you really want to be associated with.

Sebenarnya, kita tak ingin diasosiasikan dengan panggilan tersebut.

(Laughter)

(Tawa)

As it could mean you’re old-fashioned,

Panggilan tersebut dapat berarti Anda seseorang yang kuno,

rigid in your thinking or naggy.

berpikiran kolor, atau cerewet.

So it is rather negative to be called one.

Jadi, itu panggilan yang berkonotasi negatif.

Women of my generation live in fear of being labeled an auntie.

Wanita dari generasi saya hidup dalam ketakutan dipanggil “tante”.

But what if you could change this perception,

Namun, bagaimana jika kita bisa mengubah pandangan ini,

turning it from dread to something fun and positive?

mengubahnya dari ketakutan, menjadi sesuatu yang menyenangkan dan positif?

(Laughter)

(Tawa)

(Applause)

(Tepuk tangan)

Thank you.

Terima kasih.

I'm a designer from Singapore,

Saya seorang desainer dari Singapura,

and in the last year, also an artist.

dan setahun terakhir ini, juga seorang seniman.

I came across some intriguing and beautiful images on social media

Saya menemukan beberapa gambar menarik dan indah di media sosial

and then found out they were made with AI.

yang ternyata dibuat dengan AI.

Curious about what AI could do, I found a program, I signed up,

Penasaran dengan kemampuan AI, saya menemukan sebuah program, saya mendaftar,

I keyed in some words,

saya memasukkan beberapa kata,

and within seconds, images appeared.

dan dalam hitungan detik, gambar muncul.

I was amazed and mesmerized.

Saya kagum dan terpesona.

(Laughter)

(Tawa)

Never before have I found a medium that felt like the shortest path

Belum pernah saya menemukan media yang terasa seperti jalan pintas

between my ideas and the visual.

antara ide-ide saya dan visualisasinya.

It became addictive.

Hal itu membuat saya ketagihan.

Rather than just making images, I wanted to do more with this tool,

Daripada hanya membuat gambar, saya ingin berbuat lebih banyak dengan alat ini,

to tell stories about auntie culture.

untuk bercerita tentang budaya para tante.

My mother engages in many social activities.

Ibu saya terlibat dalam banyak kegiatan sosial.

She is very active,

Dia sangat aktif,

a result of her mother's immobility and limited life.

akibat kehidupan ibunya yang terkungkung.

She dances and performs

Dia menari dan tampil

just like the aunties do in Singapore's parks every day.

seperti yang biasa dilakukan para tante di taman Singapura setiap hari.

This was a huge inspiration for me.

Ini adalah inspirasi besar bagi saya.

So "Niceaunties" was born,

Jadi, terbentuklah “Niceaunties”,

a project about freedom, exuberance,

proyek tentang kebebasan, kegembiraan,

self-expression and fun.

ekspresi diri, dan keceriaan.

It is a lighthearted perspective on the joyful side of auntie life.

Ini adalah pandangan santai tentang sisi menyenangkan dari kehidupan seorang tante.

Also a surreal narrative, loosely based on the women in my family,

Ini juga narasi surealis, yang sebagian didasarkan pada wanita di keluarga saya,

their social lives, their relationships, their quirks, humor,

kehidupan sosial, hubungan, kebiasaan, humor,

and, of course, food.

dan, tentu saja, makanan mereka.

In the last 20 years, I worked in architecture,

Selama 20 tahun terakhir, saya bekerja di bidang arsitektur,

a profession of discipline, rules and clients.

profesi yang penuh dengan kedisiplinan, aturan, dan klien.

I always worked in a team.

Saya selalu bekerja dalam tim,

It was about fulfilling the client's brief and budgets.

dengan tujuan memenuhi keinginan dan anggaran klien.

With AI, it's just me.

Dengan AI, hanya ada saya sendiri.

It's a breath of fresh air.

Sebuah angin segar bagi saya.

This lack of restraint

Ketiadaan dari batasan ini

has transported me to an imaginary world,

membawa saya ke dunia imajinasi,

where my aunties can live freely as themselves,

di mana tante saya dapat hidup bebas sebagai diri mereka sendiri,

where anything fun can and does happen.

di mana segala sesuatu yang menyenangkan dapat dan memang terjadi.

For instance, aunties in public places,

Misalnya, tante-tante di tempat umum,

taking photos with sculptures in absurd ways.

berfoto dengan patung dengan cara yang aneh.

This is a common sight.

Ini pemandangan yang sudah biasa.

A typical holiday photo becomes aunties trying to kiss the moon,

Foto liburan yang khas menjadi tante-tante yang mencoba mencium bulan,

but failing badly.

tapi gagal total.

(Laughter)

(Tawa)

Over the course of a year --

Selama setahun --

(Laughter)

(Tawa)

instead of designing buildings,

bukannya merancang bangunan,

I developed “Niceaunties” into a world-building project:

saya mengembangkan “Niceaunties” menjadi proyek pembangunan dunia

the “Auntieverse.”

“Auntieverse.”

(Laughter)

(Tawa)

Just like in any world,

Sama seperti di dunia mana pun,

there are cities, citizens, their lives and their culture.

ada kota, warga, kehidupan, dan budaya mereka.

(Laughter)

(Tawa)

Auntieverse is partly inspired by Singapore,

Auntieverse sebagian terinspirasi dari Singapura,

where acronyms are used for everything.

di mana singkatan digunakan untuk segala hal.

A sentence would typically sound like:

Sebuah kalimat biasanya terdengar seperti

"I'm going to take the MRT to the NTUC near my mom's HDB to avoid the ERP."

“Saya akan naik MRT ke NTUC di dekat HDB milik ibu saya untuk menghindari ERP.”

In the Auntieverse,

Di Auntieverse,

we have Tofu-Engineered Sushi Luxury Autos,

kami memiliki Tofu-Engineered Sushi Luxury Autos,

aka TESLA.

alias TESLA.

(Laughter)

(Tawa)

It's a transportation factory --

Ini pabrik transportasi

(Laughter)

(Tawa)

where aunties assemble food and legs

di mana para tante menggabungkan makanan dan kaki

to create vehicles running on leg power.

untuk membuat kendaraan yang berfungsi dengan tenaga kaki.

(Laughter)

(Tawa)

It's very sustainable.

Ini sangat berkelanjutan.

(Laughter)

(Tawa)

In Chinese dialects, "legs" have the same sound as "cars,"

Dalam dialek Tionghoa, “kaki” memiliki pelafalan yang sama dengan “mobil”,

so a common joke would be to say, “Let’s get around on our own cars.”

sehingga sebuah lelucon biasanya berbunyi, “Ayo jalan dengan mobil kita.”

Meaning we can move around on our own legs,

Maksudnya, kita bisa bergerak dengan kaki kita sendiri,

implying self-reliance.

menyiratkan kemandirian.

So I imagine at TESLA,

Jadi, saya membayangkan di TESLA,

we have the usual car assembly, a car wash

kami memiliki tempat perakitan mobil, tempat cuci mobil

and, of course, a car junkyard.

dan, tentu saja, tempat rongsokan mobil.

But legs don't just move cars around in the Auntieverse.

Namun, kaki tidak hanya menggerakkan mobil di Auntiverse.

Buildings use them too,

Bangunan juga menggunakan kaki,

as do animals and vegetables.

seperti halnya hewan dan sayuran.

(Laughter)

(Tawa)

Another destination in the Auntieverse is MoMA,

Tempat lain yang dapat dikunjungi di Auntieverse adalah MoMA,

the Museum of Modern Aunties ...

Museum of Modern Aunties (Museum Para Tante Modern)...

(Laughter)

(Tawa)

Where modern auntie culture is celebrated.

Tempat budaya tante modern dirayakan.

This is a social space where aunties gather, hang out, eat, chitchat,

Ini ruang sosial tempat para tante berkumpul, nongkrong, makan, mengobrol,

have fun, chillax.

bersenang-senang, santai.

So one day, I said to my mother

Suatu hari, saya memberi tahu ibu saya bahwa beliau harus menunjukkan

that she should show others how to make, and then sell, her delicious food.

cara membuat lalu menjual masakannya yang lezat.

She said “No lah, too tired.”

Dia berkata, “Emoh, capek.”

So I imagined NASA, Nice Auntie Sushi Academy --

Jadi, saya membayangkan NASA, Nice Auntie Sushi Academy --

(Laughter)

(Tawa)

A culinary school on the moon,

Sebuah sekolah kuliner di bulan,

where aunties share their cooking skills.

tempat para tante berbagi keterampilan memasak mereka.

Here, amazing food is made available for all, 24-7.

Di sini, makanan yang luar biasa tersedia untuk semua, setiap hari.

Aunties in training learn how to forage fresh ingredients on the moon,

Dalam masa pelatihan, tante belajar cara mencari bahan makanan segar di bulan,

how to slice fish,

cara mengiris ikan,

and the cat will ensure all lessons go according to plan.

dan kucing ini akan memastikan semua pelajaran berjalan lancar.

(Laughter)

(Tawa)

But food isn't just used for eating --

Namun, makanan tidak hanya untuk dimakan.

(Laughter)

(Tawa)

In the Auntieverse.

Di Auntieverse,

It's used for all kinds of relaxing activities.

makanan juga digunakan untuk aktivitas relaksasi.

I would love to soak in this ramen hot tub with my aunties.

Saya ingin sekali berendam di bak mandi air panas ramen ini bersama tante saya.

(Laughter)

(Tawa)

Well, sushi is used extensively in Auntie Spa

Nah, sushi digunakan di Auntie Spa

for all kinds of beauty treatments and relaxing body wraps,

untuk semua jenis perawatan kecantikan dan pembungkus tubuh yang merilekskan,

a reference to many aunties' beauty tips,

terinspirasi dari tips kecantikan para tante,

like putting cucumbers and other foods on their faces and bodies.

seperti meletakkan mentimun dan makanan lain di wajah dan tubuh mereka.

Personally, I have been rubbed down in coffee grounds,

Secara pribadi, saya pernah digosok dengan bubuk kopi,

and then wrapped in cling film.

dan kemudian dibungkus dengan pembungkus plastik.

It's very unsettling.

itu sangat meresahkan.

(Laughter)

(Tawa)

Along with many beauty treatments, like lasers and acupuncture,

Seiring dengan banyak perawatan kecantikan, seperti laser dan akupunktur,

I felt like I had to try, under the promise of youth and beauty.

saya merasa harus mencobanya, dengan harapan tetap muda dan cantik.

So many women undergo the pain of these beauty treatments

Begitu banyak wanita menjalani rasa sakit dari perawatan kecantikan ini

to maintain body ideals and notions of beauty standards.

untuk mempertahankan tubuh ideal dan gagasan akan standar kecantikan.

Sometimes, it feels like having construction sites

Terkadang, rasanya seperti wajah dan tubuh kita

on our faces and bodies.

menjadi lokasi konstruksi

Does it actually work?

Apakah itu benar-benar berhasil?

I don't know.

Saya tidak tahu.

On the lighter end of the spectrum,

Di sisi yang lebih ringan,

Aunties' Nail Spa provides many beautiful options for our fingers,

Aunties Nail Spa menyediakan banyak pilihan yang cantik untuk jari-jari kita

including very useful tools for everyday life.

termasuk alat yang sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari.

(Laughter)

(Tawa)

Cute and practical.

Menggemaskan dan praktis.

(Laughter)

(Tawa)

Meanwhile, on Auntlantis,

Sementara itu, di Auntlantis,

a parallel world inspired by Plato and the Great Pacific Garbage Patch,

dunia yang terinspirasi oleh Plato dan Arus Sampah Pasifik,

my aunties take a break on the beach,

para tante beristirahat di pantai,

after a day's work cleaning out the ocean floor,

setelah seharian bekerja membersihkan laut,

in a world filled with plastic waste as we know it.

karena kita tahu, laut dipenuhi sampah plastik.

My Auntieverse is an ever-expanding narrative of food, culture,

Auntieverse adalah narasi yang terus berkembang berisi tentang makanan, budaya,

family, relationships and the world we live in.

keluarga, hubungan, dan dunia yang kita tinggali.

I could not have imagined having created this without the help of AI.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana membuat ini tanpa bantuan AI.

Before AI, I have never edited a video.

Sebelum ada AI, saya tidak pernah mengedit video.

This technology lowered the barrier to learning

Teknologi ini meniadakan penghalang untuk belajar

and allowed me to bring my imagination to life in only 12 months.

dan memungkinkan saya untuk menghidupkan imajinasi saya hanya dalam 12 bulan.

But this isn't just about AI.

Namun, ini bukan hanya tentang AI.

The Auntieverse is about honoring the memory of extraordinary women

Auntieverse adalah tentang menghormati kenangan para wanita luar biasa

who nurtured one another and their families.

yang saling menjaga satu sama lain dan keluarga mereka.

It is about celebrating personalities

Ini tentang mengangkat kepribadian

and bringing into the spotlight the mundane and the bizarre,

dan memperlihatkan keanehan serta hal-hal biasa

like some aunties' big permed hair.

seperti rambut keriting para tante.

"The taller the hair, the closer to God," some said.

Ada yang bilang, “Semakin tinggi rambutnya, semakin dekat dia ke Tuhan.”

(Laughter)

(Tawa)

[Semprot Rambut Tante]

[Auntie's Hair Spray]

(Music)

(Musik)

[smells nice]

[baunya enak]

(Music continues)

(Musik berlanjut)

[holds shape]

[menjaga bentuk]

[animal testing]

[pengujian hewan]

(Music continues)

(Musik berlanjut)

[long lasting]

[tahan lama]

(Audience laughter)

(Tawa penonton)

[while stocks last!]

[selagi stok masih ada!]

(Laughter continues)

(Tawa berlanjut)

(Applause)

(Tepuk tangan)

Thank you.

Terima kasih.

(Applause continues)

(Tepuk tangan berlanjut)